Mohon tunggu...
Pena ReSuPaG
Pena ReSuPaG Mohon Tunggu... Guru - "Jangan pernah ragu meniru penulis lain. Setiap seniman yang tengah mengasah keterampilannya membutuhkan model. Pada akhirnya, Anda akan menemukan gaya sendiri dan menanggalkan kulit penulis yang Anda tiru" (William Zinsser)

Penikmat Kertas-Pena dan Kopi-....

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Kehidupan Yesus di Usia Muda-Nya? [Part 2]

24 November 2021   10:52 Diperbarui: 24 November 2021   11:04 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Terbuka terhadap Sesama

Sebagai manusia, Yesus membuka diri terhadap semua orang yang berada di seputar kehidupan-Nya. Dia membangun relasi yang harmonis dengan orang-orang yang berada di sekitar kehidupan-Nya. Dia adalah anak laki-laki dari desa seperti anak-anak muda lainnya yang memiliki hubungan yang normal. 

Tidak ada seorang pun yang menganggap diri-Nya orang muda yang aneh atau terasing dari orang lain. Karena alasan inilah, maka ketika Dia tampil dan berkhotbah di hadapan umum, semua orang merasa takjub akan kuasa dan kewibawaan-Nya.

Dua cara hidup Yesus ini sungguh-sungguh menjadi teladan bagi orang muda agar mencari dan menemukan sukacita hidup dengan cara membangun relasi yang penuh cinta dengan Allah dan sesama. Yesus menunjukan bahwa sukacita dalam diri-Nya ditemukan dalam kesetiaan, kepercayaan dan ketaatan-Nya yang mutlak kepada Bapa serta merawat persahabatan dengan para murid dan semua orang yang dijumpai-Nya. 

Yesus menunjukan bahwa sukacita diri-Nya ditemukan dalam belarasa yang mendalam kepada orang-orang yang paling lemah, orang-orang miskin, mereka yang sakit, para pendosa dan mereka yang di singkirkan. Karena itu, Yesus mengundang orang muda untuk mempercayakan hidup dan mimpi-mimpi mereka dalam kasih-Nya dan dalam perjumpaan serta persahabatan yang intim dengan-Nya dalam diri sesama. Dia adalah Kristus, Sang teladan kemudaan sejati.

4. Mengisi Diri-Hidup dengan Kasih dan Rela Berbagi Kasih

 Allah menyatakan isi cinta-Nya secara sempurna dan mulia dalam diri putera-Nya Yesus. Dia hadir di tengah-tengah realitas hidup orang muda agar mereka memperoleh sukacita hidup. Seluruh peristiwa kehidupan Yesus selama di dunia menjadi inspirasi bagi orang muda yang sedang bertumbuh untuk menunaikan misi-Nya. Yesus menyingkapkan kesaksian otentik dalam membangun relasi yang mesra dengan Bapa-Nya dan dipenuhi dengan Roh Kudus. Isi hidup Yesus menjadi terang bagi orang muda untuk menjalankan misi dan panggilan hidup mereka.

Atas dasar ini Paus menegaskan bahwa Yesus tidak menerangi orang muda dari jauh atau dari luar, tetapi dari dan dengan kemudaan-Nya sendiri. Dia membagi isi kasih-Nya dengan orang muda agar mereka juga memperoleh kasih-Nya. Yesus hadir dalam diri orang muda untuk menuntun mereka agar menemukan dan mengalami kasih dan sukacita hidup. Di atas semuanya itu, kepercayaan mutlak atas kasih Bapa dalam diri-Nya memampukan diri-Nya menjadi terang bagi orang muda.

Yesus adalah terang kemudaan sejati yang menyinari langkah hidup orang muda. Peristiwa kebangkitan-Nya membawa terang baru yang tidak pernah pudar. Dia hadir dengan Tubuh yang Baru dan mengundang orang muda hidup serta mengalami terang yang ditawarkan-Nya. Terang-Nya menuntut mereka untuk mengalahkan rasa takut dan menerima perutusan untuk mewartakan sukacita terang-Nya ke penjuru dunia.

Paus Fransiskus mengundang semua orang muda kristiani untuk senantiasa menyalakan bintang-bintang yang terang bagi orang muda lainnya. Terang yang diberikan Allah adalah terang kehidupan yang menghalau kegelapan hati manusia serta menghantar mereka untuk terus berjalan dalam mimpi-mimpi mereka. "Sekalian bintang gemerlapan di tempat penjagaannya dan bersukacita; apabila dipanggil oleh Allah semua menyahut" (Bar 3:34-35). Dia adalah "Bintang timur yang gilang-gemilang" (Why 22:16), terang pengharapan bagi orang muda.

5. Menjadi Diri Sendiri 

Dalam menjalani kemudaan-Nya, Yesus menatap Yerusalem untuk menyempurnakan misi penyelamatan-Nya bagi manusia. Di tengah perjalanan menuju Yerusalem, Yesus bertanya kepada para murid-Nya mengenai pendapat orang banyak dan pendapat mereka sendiri, siapakah diri-Nya yang sesungguhnya. Para murid berkata, "Ada yang mengatakan Elia, Yeremia atau salah seorang dari para Nabi. (Mat 16:14). Yesus tidak puas dengan pendapat orang banyak mengenai diri-Nya. Sebagai orang muda, Yesus tidak mau diri-Nya disamakan dengan orang lain. Karena itu, Yesus bertanya, "Menurut kamu, siapakah Aku ini?

Pada saat itu, Allah yang meletakkan kata-kata-Nya di mulut Simon Petrus berkata, "Engkau adalah Mesias, Putra Allah yang hidup" (Mat 16:16). Yesus adalah Mesias yang hidup. Dia pun menyatakan identitas-Nya sebagai Mesias dengan berani beranjak ke Yerusalem untuk menyempurnakan misi-Nya, yaitu menyelamatkan semua manusia melalui jalan penderitaan dan kematian. Sebagai Orang Muda, Yesus menjadi diri-Nya sendiri, yaitu Mesias yang Hidup. Sikap Yesus ini mengajarkan orang muda untuk kembali pada maksud Allah di saat menciptaan diri mereka, yaitu menjadi diri sendiri dalam terang kemudaan Yesus, Mesias, Putra Allah sendiri.

Paus Fransiskus mengakui bahwa salah satu ketakutan "mendasar" dalam diri banyak orang dewasa terhadap orang muda adalah "merasa tidak mencintai, tidak menyukai dan tidak menerima diri apa adanya". Apabila sikap ini sedemikian menguat dalam diri orang muda, maka mereka akan cenderung mencari dan mengubah gambaran diri mereka, bersembunyi di balik topeng dan identitas palsu, bahkan menjadi diri yang palsu. Banyak juga orang muda yang terobsesi dengan godaan untuk mendapatkan sebanyak mungkin "likes" dari media sosial. 

Ketakutan yang bertubi-tubi dan ketidakpastian muncul dari perasaan tidak cukup ini. Ketakutan lain terhadap orang muda adalah mereka tidak akan bisa mendapatkan perasaan aman dan mereka akan mengalami kesendirian selamanya. 

Kenyataannya, saat ini ketakutan yang paling menguat dalam diri orang muda bertautan dengan rasa percaya diri. Rasa takut yang sedemikian menghantui orang dewasa ini dipandang wajar karena walaupun orang muda menerima dan memiliki karunia iman serta memiliki jalan untuk menemukan panggilan mereka, namun mereka tetaplah seorang manusia yang mudah dipengaruhi oleh arus zaman.

Menurut Paus Fransiskus, ketika keraguan dan ketakutan membanjiri hati orang muda, diskresi menjadi penting. Diskresi menyanggupkan mereka untuk mengatur semua kebingungan yang menguasai pikiran dan perasaan mereka agar mereka mampu bertindak dengan cara yang tepat dan bijaksana. Dalam proses ini, langkah pertama dalam mengatasi ketakutan adalah mengidentifikasikannya dengan jelas sehingga mereka tidak menyia-nyiakan waktu dan energi karena diikat dan dikuasai oleh hantu-hantu yang kosong dan tidak berwajah. Karena itu, Paus mengundang mereka untuk melihat ke dalam diri dan memberi "nama" pada ketakutan-ketakutan tersebut.

Berkaca pada terang kemudaan Yesus, Paus Fransiskus dengan tegas mengundang orang muda untuk berani menjadi diri sendiri. Bagi Paus, menjadi diri sendiri berarti menyatakan yang terbaik dari dalam diri, terutama melalui perkataan, tindakan, kesederhanaan hidup, kerendahanan hati, dan kekudusan hidup. 

Apabila mereka mampu menyatakan yang terbaik dari diri mereka sendiri, maka mereka akan mampu menerima seluruh keutuhan diri yang diberikan Allah secara cuma-cuma. Paus menambahkan bahwa menjadi diri sendiri bukan berarti meniru gaya hidup orang lain atau berusaha agar menyamakan diri serupa dengan orang-orang yang diidolakan. Sebaliknya, menjadi diri sendiri berarti dengan rendah hati, mensyukuri rahmat kehidupan yang luar biasa yang dianugerahkan Allah dari isi cinta-Nya.

Paus Fransiskus menghendaki agar orang muda hidup seturut jati diri sendiri sebagai masa kini Allah. Dengan meneladan Yesus yang menjadi Diri-Nya sendiri, orang muda dituntut agar berani hidup dalam teladan dan terang kemudaan-Nya "masing-masing melalui jalannya sendiri." Bagi Paus, hidup yang dianugerahkan Allah kepada mereka merupakan sebuah rahmat yang hidup dan menuntut mereka untuk menerima serta menghidupinya dengan berani menjadi diri sendiri. Dengan demikian, mereka tidak akan merasa takut dan mampu menyatakan yang terbaik dari diri sendiri serta berani mewujudkan kasih Allah kepada keluarga, Gereja, komunitas dan sesama.

Paus Fransiskus yakin bahwa orang muda tidak akan jatuh dalam ketakutan-ketakutan yang tidak jelas atau kultus kemudaan apabila mereka membuka diri dan bersedia bertumbuh sesuai rencana unik yang dianugerahkan Allah kepada mereka. Mereka harus yakin bahwa Allah memiliki rencana yang luar biasa bagi mereka. Namun jalan yang harus mereka lalui adalah hidup dalam terang kemudaan Yesus supaya hidup mereka menghasilkan buah yang berlimpah.

Karena itu, orang muda harus mengenakan terang kemudaan Yesus di dalam diri mereka. Teladan kemudaan-Nya menghantar mereka dengan kuasa Ilahi-Nya untuk mampu menerima diri serta mampu menyatakan sukacita hidup mereka dengan cinta kasih Allah dalam diri mereka. Dengan demikian, seluruh harapan, mimpi, visi-misi, dan sukacita hidup mereka dilimpahi dengan kasih yang berlimpah dari Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun