Kemiskinan ekstrem, sebuah realitas kelam yang telah melanda banyak negara, menjadi fokus utama dalam pembangunan berkelanjutan. Di tengah tantangan global, Indonesia tidak terlepas dari masalah ini.Â
Namun, di balik bayang-bayang kemiskinan, ada sorotan optimis tentang pertumbuhan kelas menengah yang menggairahkan, seperti yang diungkapkan oleh Bank Dunia dalam laporannya yang berjudul "Aspiring Indonesia -- Expanding the Middle Class."
Landscape Kemiskinan Ekstrem di Indonesia
Sebelum membahas tentang kelas menengah yang tumbuh, penting untuk merinci kondisi kemiskinan ekstrem di Indonesia. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan World Bank menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem di Indonesia pada 2022 berada pada angka 2,04% versi BPS dan 1,5% versi World Bank. (Sumber)
Meskipun angka ini menunjukkan penurunan dari tahun sebelumnya, tantangan besar tetap hadir, terutama dengan target ambisius pemerintah untuk mendekati 0 persen kemiskinan ekstrem pada tahun 2024.Â
Pertumbuhan Kelas Menengah: Angin Segar di Tengah Badai Kemiskinan
Sejalan dengan upaya mengatasi kemiskinan ekstrem, Bank Dunia memberikan gambaran yang optimis tentang pertumbuhan kelas menengah di Indonesia.Â
Menurut laporan tersebut, hampir separuh penduduk Indonesia, atau sekitar 114,7 juta orang, telah melangkah menuju kelas menengah pada tahun yang sama. Angka ini, yang mencapai 44% dari total populasi Indonesia pada 2016, menjadi yang terbesar dibandingkan dengan kelompok lain.
Pentingnya kelompok ini tidak hanya terletak pada dimensi ekonomi, tetapi juga dalam konteks pembangunan nasional. Bank Dunia menyatakan bahwa "kelompok masyarakat menuju kelas menengah sangat penting untuk membuka potensi pembangunan Indonesia dan mendorong Indonesia ke status negara berpenghasilan tinggi."Â
Dengan demikian, pertumbuhan kelas menengah tidak hanya menjadi cerminan kemajuan ekonomi, tetapi juga merupakan pijakan untuk eksplorasi potensi pembangunan yang lebih luas.Â