Mohon tunggu...
Rendy ArthaLuvian
Rendy ArthaLuvian Mohon Tunggu... Penulis - Staf Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG. Anggota FLP (Forum Lingkar Pena). Mahasiswa Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM.

Pegawai biasa dan pemimpi yang mencurahkan hikmah, ide, serta gagasan ke dalam tulisan karena menulis adalah bagian dari membangun sebuah peradaban.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Rekayasa Makanan, Gaya Hidup, dan Diabetes

11 Februari 2023   11:00 Diperbarui: 19 Februari 2023   10:32 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diabetes (sumber: free license photo from freepik.com)

Kasus diabetes dari tahun ke tahun di Indonesia kian terasa meresahkan. Di masa lalu penyakit ini biasa kita lihat menghinggapi lansia dan orang-orang yang sudah renta, namun saat ini diabetes juga menyerang mereka yang berusia muda dan produktif. Benar-benar sesuatu yang perlu diberikan perhatian khusus.

Banyak yang lupa kalau faktor keturunan memegang peranan penting iya dan tidaknya seseorang mengidap diabetes. Orang-orangtua di masa lalu yang jumlahnya banyak mengidap diabetes berarti semakin banyak pula orang-orang di masa depan, dalam hal ini keturunannya, yang kemungkinan besar juga akan mengidap penyakit ini.

Akan tetapi ternyata faktor keturunan masih kalah dengan faktor asupan yang masuk ke dalam tubuh manusia serta pola gaya hidup yang mereka jalani sehari-hari.

Meskipun mendapat faktor genetik untuk lebih rentan terkena diabetes yang didapat dari orangtuanya, mereka yang rajin berolahraga, mengatur pola makan dengan baik, memilih makanan yang layak konsumsi dilihat dari segi nutrisi dan kandungannya, serta menerapkan pola gaya hidup sehat ternyata jauh dari diabetes bahkan hingga masa tuanya sekalipun. Asupan gula yang lebih sedikit ketimbang kebanyakan orang tentu juga menjadi perhatian.

Sayang pada kenyataannya bukan hal itu yang terjadi. Semakin buruknya gaya hidup anak muda di masa sekarang yang banyak bersentuhan dengan gadget, membuat mereka hanya memikirkan olahraga sebagai kegiatan sampingan di kala benar-benar tak ada hal yang menarik untuk ditonton di layar yang selalu menemani kesehariannya.

Bahayanya hal ini sudah terbentuk semenjak dini, membuat jumlah penderita penyakit diabetes di negara ini semakin bertambah saja, bahkan di usia kurang dari dua puluh tahun.

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh International Diabetes Federation pada desember 2022 lalu Indonesia menempati urutan pertama negara di ASEAN dengan jumlah penderita diabetes tipe 1 terbanyak. Pandemi selama lebih kurang dua tahun dengan penerapan pola hidup di rumah yang tak sehat dan selalu bersentuhan dengan gadget amat mendukung data yang sudah dipaparkan.

Jumlah Penderita Diabetes Tipe 1 di ASEAN per Desember 2022 (sumber: International Diabetes Federation - katadata.com)
Jumlah Penderita Diabetes Tipe 1 di ASEAN per Desember 2022 (sumber: International Diabetes Federation - katadata.com)

Setelah memahami bahwa ada yang lebih berpengaruh ketimbang faktor genetika dalam menambah jumlah penderita diabetes, marilah kita juga membahas mengenai makanan yang dikonsumsi oleh anak-anak dan keluarga kita setiap harinya.

Makanan yang benar-benar alami dan organik sudah berkurang jumlahnya di pasar-pasar dekat dengan lingkungan tempat kita tinggal. Penggunaan pestisida semakin meningkat dari tahun ke tahun, belum lagi rekayasa genetika yang dilakukan terhadap tanaman pokok yang menjadikannya tak lagi dapat ditanam ulang setelah panen.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun