Mohon tunggu...
Rendra Trisyanto Surya
Rendra Trisyanto Surya Mohon Tunggu... Dosen - I am a Lecturer, IT Auditor and Trainer

(I am a Lecturer of IT Governance and IT Management. And IT AUDITOR and Trainer in CISA, CISM, CGEIT, CRISC, COBIT, ITIL-F, PMP, IT Help Desk, Project Management, Digital Forensic, E-commerce, Digita Marketing, CBAP, and also Applied Researcher) My other activity is a "Citizen Journalist" who likes to write any interest in my around with DIARY approached style. Several items that I was writing in here using different methods for my experimental, such as "freestyle", "feeling on my certain expression," "poetry," "short stories," "prose," "travel writing," and also some about popular science related to my field. I use this weblog (Kompasiana) as my experiment laboratory in writing exercise, Personal Branding and my Personal Diary... So, hopefully..these articles will give you beneficial or inspiration and motivation for other people like my readers...! ... Rendratris2013@Gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pramuka Penggalang Meulaboh dan Jamboree Nasional 1977 (Esai Photo)

21 April 2018   18:54 Diperbarui: 22 April 2018   22:38 1228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Ket Photo: Beginilah gaya Pramuka PENGGALANG, usai berlatih persiapan JAMNAS 1977. Meskipun dengan sarana yang serba terbatas, mereka tetap terlihat bersemangat.../ Dari kanan-kiri (berdiri): Pak Marasudin - Guru SMPN 1 Meulaboh/Pembimbing, Rendra Trisyanto Surya (Penulis), Dedeq, Masrul, Adi (alm), Maimun, Ikhwan / Photo : Dok Pribadi)

***

Tahun 1976, saya mengikuti ortu yang pindah-pindah  tugas di Propinsi Aceh. Kali ini,  ke Kota Meulaboh, Ibu Kota Kabupaten Aceh Barat, karena menjabat  sebagai Danrem-012/Teuku Umar. Selama dua tahun,  kami sekeluarga tinggal di kota pesisir pantai barat Propinsi Aceh ini. Meskipun, kota yang berpenduduk sekitar 150.000 jiwa itu,  terpencil.  Namun, pemadangan alam lautnya indah, dan masih tampak asri. Di sana, berbagai kegiatan pun saya ikuti, sebagaimana hal anak remaja berusia SMP pada umumnya. Salah satu yang berkesan, adalah kegiatan ke-Pramukaan ini.

Photo ini, merupakan salah satu catatan kegiatan Pramuka Penggalang saat itu. Khususnya, saat  dipersiapkan mengikuti ajang Pramuka akbar nasional yang bernama: Jambore Nasional (JAMNAS) 77 di Sibolangit. Yang pada waktu itu, diselenggarakan di Propinsi Sumatera Utara.  Tidak terasa, photo lama ini sudah berusia 41 tahun di album saya. Photo  yang  semakin berjarak dengan waktu yang semakin panjang, ternyata menyimpan ceritanya tersendiri.

 Anak-anak remaja SMP di photo itu, sekarang tentu saja sudah menjadi orang dewasa, bahkan Bapak atau Kakek bagi cucu-cucunya.  Ada di antara mereka yang sudah meninggal, dan ada juga yang sekarang tinggal dan bekerja di Luar Negeri.  Ada juga yang menjadi GURU, Dosen, Pengusaha, Pegawai Pemerintah, dan lain-lain. Mereka berjalan secara alamiah menembus alang rintang dan mengukir masa depannya masing-masing.  

Tapi apapun itu. Disana ada momen abadi  yang terekam di dalam sebingkai photo tersebut.  Bahwa kami dulu, waktu  remaja belia, pernah dididik militan ber-Pramuka, dengan lumayan tegas dan keras, agar trengginas. 

Mungkin, sebagian karakter kepribadian kami hari ini, adalah karena hasil godokan di "kawah candramuka"  yang sederhana ini, yang bernama Pramuka Jamnas 77. Dan, mungkin banyak pembaca muda dewasa ini yang bertanya-tanya: apa sih  Pramuka itu..? 

Buat apa..? Dan apa asyiknya..? Pertanyaan yang dulu dirasakan aneh. Karena, dulu menjadi Pramuka merupakan dambaan banyak anak remaja. Menjadi Pramuka selalu didorong oleh orangtua di mana saja, karena dapat membuat anak remaja tersebut menjadi sehat fisik, mental dan rohani. Memiliki kegiatan yang bersentuhan dengan alam, akan menyebabkan Alam pun bersahabat dengan para kebanyakan Pramuka. 

Pramuka juga sering dijadikan menjadi wadah pembibitan nilai-nilai nasionalisme, yang bisa diselenggarakan dengan cara yang murah, efisien dan sederhana. Tapi, uniknya: justru, mengapa kegiatan ini di jaman NOW, menjadi jarang terdengar gaungnya...?  Mungkin, sebuah photo lama di atas bisa menjadi bahan renungan kembali akan pentingnya eksistensi Pramuka...

***

Di tahun 1977 itu, usia saya baru 15 tahun.  Pada era tersebut, kami tidak mengenal HP, Internet, Sosial Media  dan E-mail.  Bahkan, di kota Meulaboh ini tidak ada Televisi. Listrik juga saat itu, hanya hidup mulai jam 17:00 sampai jam 05 subuh. Maka, salah satu kegiatan rutin yang selalu asyik  kami lakukan adalah "berpetualangan" ala ke-Pramukaan ini. Kegiatan kepramukaan, yang semula dipelopori oleh Lord Baden Powell  dari Inggris itu, memang memberikan daya tarik tersendiri, khususnya bagi anak-anak remaja di kota yang terisolir seperti ini.  

Kegiatan fisiknya, sarat dengan hal-hal yang menantang adrelin anak-anak seusia SMP. Terutama, saat melakukan kegiatan naik bukit, ber-kemah (camping) di hutan, survival dan lain-lain . Kegiatan ini, tanpa disadari, mengajarkan kami agar belajar menyelaraskan diri dengan  keadaan dan "tantangan" yang dihadapi, termasuk Alam sekitar. Udara yang panas, kehujanan, kedinginan di gunung, menghadapi binatang  kecil  seperti ular dan sebagainya, seakan-akan sudah menjadi bagian sehari-hari aktivitas "anak kampung" ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun