Mohon tunggu...
Rendra PandegaPutra
Rendra PandegaPutra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

21 tahun

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran perawat masa kolonial : Penjaga dan pelayan domestik

28 November 2021   14:56 Diperbarui: 28 November 2021   15:11 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Banyak di antara tugas dokter bedah, seperti membersihkan dan membalut luka serta memberikan obat, yang tergolong bagian tugas keperawatan bagi perawat-perawat masa kini.Akan tetapi, perlu diberitahukan bahwa pada waktu itu dokter bedah sebetulnya tidak bertanggung jawab atas perawatan tingkah laku pasien. Sistem keperawatan VOC meniru sistem keperawatan di Belanda dengan mereproduksi hierarki tenaga perawat, yang terdiri dari kepala rumah tangga/kepala bangsal pria dan juru rawat di rumah-rumah sakit di Hindia Belanda.Lebih khusus, disebutkan bahwa di rumah sakit militer prajurit rendahan dipekerjakan sebagai juru rawat, sedangkan di rumah sakit sipil besar, perawatan menjadi tugas kepala rumah tangga dan juru rawat sipil. Kepala bangsal adalah adalah pegawai pria keturunan Eropa sementara juru rawat adalah pria budak pribumi.Penulis lain mengatakan bahwa perawat rumah sakit dipilih dari penduduk pribumi laki-laki, tetapi tidak menjelaskan apakah mereka itu budak atau tidak. Selain itu,rumah sakit mempekerjakan pasien yang tidak disiplin sebagai juru rawat.Mereka ditugasi untuk 'membersihkan yang kotor-kotor', sebagai ganjaran atas ketidakpatuhannya pada peraturan-peraturan rumah sakit.
Dapat disimpulkan bahwa pada mulanya keperawatan di Hindia Belanda adalah urusan laki-laki.Padahal, dalam kurun waktu yang sama,keperawatan di Eropa semakin dianggap sebagai kegiatan yang hanya dikerjakan oleh wanita. Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh kesulitan dalam mencari tenaga perempuan pribumi yang mau bekerja di rumah sakit penuh dengan pasien laki-laki. Penerapan prinsip pemisahan jenis kelamin, juga dapat menjadi alasan. karena sebagian besar pasien Belanda adalah laki-laki maka harus dirawat oleh juru rawat yang laki-laki pula. Terakhir, sifat dari tugas-tugas yang harus dilakukan oleh perawat dapat dilihat sebagai faktor yang menentukan. Para juru rawat di Hindia Belanda hanya berperan minimal dalam perawatan tingkah laku pasien, yang sesuai ideologi gender masa itu merupakan kegiatan feminim. Mereka pada umumnya berperan sebagai penjaga, yang dianggap sebagai kegiatan maskulin. Selain melaksanakan beberapa kegiatan domestik (seperi membersihkan bangsal dan memasak), sebagian besar waktunya dipergunakan untuk mengontrol pasien, mencegah pasien agar tidak lari, melawan atau melakukan tindak kekerasan pada petugas, dan menjaga pasien-pasien yang tidak waras atau yang kondisi kejiwaannya mengalami gangguan akibat demam.
Terlepas dari perbedaan gender ini, 'perawat' di rumah sakit pertama di Hindia Belanda masih mempunyai banyak kesamaan ciri dengan sejawat mereka yang sekuler di Eropa.Seperti perawat sekuler di Belanda, petugas rumah sakit di Hindia Belanda mempunyai status sosial yang rendah. Para juru rawat menempati kedudukan rendah dalam hierarki militer Kompeni, atau berasal dari kalangan masyarakat setempat yang kelas sosial ekonomi paling bawah. Mereka tidak dipersiapkan dengan latihan-latihan khusus ataupun mempunyai motivasi keagamaan. Hal ini tidak mengherankan, jika kita mengingat akan kenyataan pada saat itu di Eropa, di mana model vokasional telah mengalami kemunduran dan tenaga perawat yang terdidik dan terampil belum merupakan suatu kebutuhan. Dengan demikian, terlihat bahwa Belanda lebih mempercontohkan model keperawatan yang berkembang di lembaga-lembaga public di Eropa daripada model vokasional yang diterapkan oleh lembaga-lembaga Nasrani. Sebagaimana di hospices(perawatan pasien stadium akhir), di rumah-rumah sakit VOC, nilai-nilai keagamaan dan kedermawanan tidak menjadi acuan dalam merawat orang sakit. Disamping itu, Kompeni memilih untuk tidak mempekerjakan persaudaraan keperawatan keagamaan sebagaimana dilakukan oleh negara-negara Katolik pada masa itu. Dengan meminjam catatan Searle mengenai pola pelayanan VOC pada umumnya, dapat dikatakan bahwa di kepulauan Nusantara seleksi tenaga yang sedemikian rupa mengakibatkan mutu pelayanan yang buruk. Dari berbagai larangan dan hukuman yang dikeluarkan oleh Kompeni untuk memperbaiki situasi di rumah sakit, tampak bahwa banyak keluhan yang dialamatkan kepada juru rawat, antara lain karena 'tertidur saat sedang bertugas,mabuk, atau malas-malasan', bahkan karena menyembunyikan makanan yang seharusnya untuk pasien.
Keadaan ini semakin memburuk pada akhir abad ke-18 ketika VOC secara resmi dibubarkan (1800) karena bangkrut, dan kekayaan yang ada di wilayah kekuasaannya menjadi milik pemerintah Belanda. Sistem rumah sakit Belanda, termasuk sistem keperawatannya mengalami kemunduran. Suplai obat-obatan dan keperluan-keperluan lain dikurangi, bangunan-bangunan tidak diurus, dan terjadi pengurangan tukang bedah dan juru rawat di rumah-rumah sakit. Pasien-pasien yang telah sembuh seringkali tidak dipulangkan dan dimanfaatkan sebagai juru rawat atau petugas tambahan lain untuk mengisi kekosongan-kekosongan.
Beberapa perbaikan baru dilakukan pada tahun1808 oleh pemerintah Belanda di bawah Gubernur Jendral H.W. Daendels (1762-1818). Beliau menjadikan sistem kesehatan sebuah subdivisi dari struktur militer, dan membentuk suatu sistem rujukan yang terdiri dari rumah sakit besar maupun kecil. Rumah-rumah sakit militer besar dibangun di ibu kota Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur (Jakarta,Semarang,Surabaya), sedangkan rumah-rumah sakit kecil yang berhubungan dengan rumah-rumah sakit utama dibangun di setiap garnisun di Pulau Jawa. Rumah-rumah sakit lama ditingkatkan atau ditutup dan digantikan dengan yang dibangun sesuai dengan gagasan-gagasan baru mengenai unsur-unsur kebersihan, dengan bangsal-bangsal yang terang dan memiliki ventilasi yang bagus, serta tempat-tempat tidur pribadi pada jarak yang memadai. Para pasien juga dipisahkan sesuai penyakitnya. Semua pelayanan rumah sakit ini dijalankan oleh tenaga militer. Sama dengan rumah sakit militer di negeri Belanda, staf terdiri dari tiga tingkat tenaga, yaitu petugas kesehatan kelas satu, dua, dan tiga. Petugas-petugas ini adalah lulusan Sekolah Kedokteran Tentara yang didirikan tahun1794oleh Prof. S.J. Brugmans (1763-1819) di Leiden. Para dokter bedah dan dokter umum yang telah berpraktek di Hindia Belanda juga dimungkinkan mendapat pangkat setelah lulus dari ujian militer. Sejak itu, dokter bedah secara perlahan-lahan tergusur dan digantikan oleh dokter.Di samping tenaga kedokteran, tenaga paramedis pun mendapatkan pangkat militer. Hierarki tenaga perawatan yang telah dibuat oleh Belanda dipertahankan, namun diisi oleh tenaga-tenaga militer.Pembantu rumah sakit adalah prajurit yang direkrut dari penduduk pribumi, sementara supervisor mereka terdiri dari tentara Eropa kelas rendah.
Perubahan pada organisasi dan tenaga rumah sakit ini cenderung menguntungkan pihak tentara. Rumah-rumah sakit ternyata ditujukan untuk melayani tentara, baik pribumi maupun Eropa, yang dirawat di kelas-kelas rumah sakit tertentu sesuai tingkat dan kelompok etnis mereka. Penduduk sipil hanya diterima dengan izin khusus dan kalau masih terdapat ruang kosong. Bila syarat-syarat ini tidak terpenuhi, pasien yang mampu dirujuk ke praktek-praktek swasta ahli bedah atau dokter sipil. Sedangkan para pasien yang tidak mampu, kebanyakan penduduk asli, terpaksa harus mencari alternatif lain karena belum menjadi fokus perhatian pemerintah kolonial. Baru dengan pengangkatan Letnan Gubernur T.S. Raffles (1781-1817) selama penjajahan Inggris (1811-1817), masyarakat sipil dalam arti luas, termasuk penduduk lokal, akan mulai mendapatkan pelayanan kesehatan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun