Mohon tunggu...
renaylaaliyaa
renaylaaliyaa Mohon Tunggu... Mahasiswa Politeknik STIA LAN Jakarta

Hallo!

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

"Generasi Muda dan Tantangan Mendapatkan Pekerjaan: Solusi untuk Pengangguran Kaum Muda"

20 April 2025   18:09 Diperbarui: 20 April 2025   18:09 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Pengangguran Generasi Muda

Generasi muda Indonesia (usia 15-30 tahun) adalah tulang punggung masa depan bangsa dan angkatan kerja terbesar yang menentukan pertumbuhan ekonomi. Namun, di tengah peluang dari kemajuan teknologi dan globalisasi, mereka menghadapi tantangan besar mendapatkan pekerjaan layak sesuai kompetensi. Tingginya pengangguran pemuda disebabkan ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri, persaingan ketat, serta perubahan pola kerja akibat digitalisasi dan otomatisasi. Selain itu, kurangnya motivasi, soft skills, dan kemampuan komunikasi juga menghambat penyesuaian di dunia kerja. Untuk mengatasi hal ini, diperlukan sinergi antara pemerintah, pendidikan, dan sektor swasta dalam menciptakan ekosistem kerja yang mendukung pengembangan keterampilan dan lapangan kerja inklusif, sementara generasi muda harus aktif meningkatkan kompetensi dan berinovasi.

Ketidaksesuaian keterampilan lulusan dengan kebutuhan pasar kerja adalah penyebab utama pengangguran kaum muda. Banyak lulusan perguruan tinggi dan SMK belum memiliki kompetensi yang relevan, terutama di era digital dan ekonomi kreatif. Persaingan ketat dan perubahan pola kerja akibat otomatisasi memperparah kondisi ini, sehingga generasi muda harus cepat beradaptasi dan mengembangkan keterampilan baru yang sesuai dengan tuntutan industri modern

Selain faktor eksternal, generasi muda juga menghadapi tantangan internal seperti kurang motivasi, inisiatif, dan soft skills seperti komunikasi, kerja sama, dan profesionalisme, yang sering menghambat pencarian kerja dan penyesuaian di lingkungan kerja yang dinamis.

Diperlukan solusi terpadu antara pemerintah, pendidikan, dan dunia usaha untuk membantu generasi muda mengatasi hambatan kerja melalui pengembangan keterampilan, pendidikan vokasi, dan penciptaan lapangan kerja inklusif. Generasi muda juga harus aktif meningkatkan kompetensi dan inovasi, termasuk di sektor kewirausahaan dan ekonomi digital. Artikel ini akan membahas tantangan dan solusi strategis agar generasi muda lebih siap menghadapi dunia kerja dan berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

TANTANGAN YANG DIHADAPI GENERASI MUDA

1. Kesenjangan antara Keterampilan dan Kebutuhan Industri 

Data dari BPS 2023 menunjukkan sekitar 30% lulusan universitas bekerja di bidang tidak sesuai jurusan, dan 40% pekerja di Indonesia tidak sejalan dengan keahlian mereka menurut World Bank 2022. Banyak lulusan belum memiliki keterampilan praktis yang relevan dengan industri modern, terutama di sektor teknologi dan kesehatan. Survei Kemendikbudristek 2023 menyatakan 60% lulusan merasa pendidikan mereka kurang mempersiapkan untuk pasar kerja. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh kurikulum yang terlalu teoritis dan kurang fokus pada keterampilan praktis, serta kekurangan soft skills yang dibutuhkan di dunia kerja.

2. Persaingan yang Ketat
Kompetisi di dunia kerja semakin intensif. Dengan banyaknya sarjana baru yang muncul setiap tahunnya, jumlah pelamar jauh lebih banyak dibandingkan jumlah pekerjaan yang tersedia. Berdasarkan informasi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, lebih dari 1 juta lulusan baru akan bergabung dengan angkatan kerja di tahun 2023. Pertumbuhan kesempatan kerja tidak sejalan dengan jumlah lulusan yang ada. Banyak perusahaan memilih untuk mengurangi tenaga kerja mereka atau menunda perekrutan baru karena situasi ekonomi yang tidak menentu.

3. Kurangnya Pengalaman Kerja
Banyak organisasi mencari individu dengan latar belakang kerja yang cukup. Malangnya, banyak generasi milenial yang baru saja menyelesaikan studi tidak memiliki pengalaman yang memadai. Sebuah survei oleh JobStreet pada tahun 2023 mengungkap bahwa 70% perusahaan lebih suka kandidat yang sudah memiliki pengalaman kerja selama minimal 2 tahun, yang menjadi rintangan besar bagi lulusan baru. Selain itu, pengaruh Globalisasi telah memperluas pasar kerja, tetapi juga mengintensifkan persaingan. Banyak perusahaan multinasional lebih condong memilih pekerja yang memiliki pengalaman di luar negeri atau kemampuan dalam berbahasa asing.

4. Minimnya Pengalaman Kerja

Salah satu penyebab utama yang meningkatkan jumlah pengangguran, terutama di antara lulusan muda, adalah kurangnya pengalaman di tempat kerja. Situasi ini menghasilkan jarak antara keterampilan yang dimiliki oleh lulusan dan apa yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Perusahaan biasanya lebih memilih kandidat yang memiliki pengalaman sebelumnya karena dianggap lebih siap menghadapi stres dan tantangan kerja. Sebagai hasilnya, lulusan baru mengalami kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan akibat minimnya pengalaman kerja yang mereka miliki. Ironisnya, mereka tidak dapat memperoleh pengalaman tersebut tanpa terlebih dahulu mendapatkan pekerjaan. Hal ini menciptakan siklus negatif yang memperpanjang masa transisi dari pendidikan menuju dunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun