Mohon tunggu...
relia andina
relia andina Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UKWMS

Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Financial

Perilaku Konsumtif Tinggi Bagian dari Dilema Moral

2 Desember 2022   07:00 Diperbarui: 2 Desember 2022   07:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Masa pandemi yang diakibatkan oleh penyebaran virus covid-19 telah menyebabkan penurunan dalam berbagai sektor yang ada di Indonesia. Salah satu sektor yang dampaknya sangat dirasakan adalah ekonomi. Selama hampir dua tahun Indonesia menagalami lock-down banyak sektor penghasil dan penggerak ekonomi Indonesia terpaksa diberhentikan. Mulai dari pedagang kecil sampai perusahaan besar. 

Melihat dari laman website Kementrian Keuangan menyatakan bahwa, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS), akibat dari pandemi covid-19 ini Indonesia mengalami konstraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar -2,07 persen. Hal ini menyebabkan perekonomian di Indonesia pada tahun 2020 mengalami deflasi atau penurunan drastis karena perkembangan ekonomi yang tidak stabil. 

Ditambah dengan adanya berita mengenai resesi yang akan terjadi, menurut laman website Unicef Indonesia bahwa International Monetary Fund memproyeksikan bahwa ekonomi global akan menyusut sekitar 4,4 persen pada tahun 2020 -- resesi, dan terhitung sebagai yang terparah sejak Perang Dunia Kedua.

Resesi dikatakan sebagai penurunan aktivitas ekonomi yang signifikan dalam waktu yang stagnan dan lama. Resesi juga berarti konstruk besar-besaran dalam hal kegiatan ekonomi. Sejak awal pandemi Indonesia telah mengalami resesi yang sangat drastis, namun hal tersebut banyak tidak disadari oleh masyarakat Indonesia. Karena ketidaksadaran ini masyarakat Indonesia tetap pada kebiasaan impulsif untuk mengkonsumsi barang kebutuhan tersier. 

Jumlah pembelian barang melalui online shop semakin gencar dilakukan karena pada masa pandemi masyarakat tidak bisa bebas pergi ke mall atau pusat belanja lainnya untuk berbelanja. Selain itu kebijakan untuk belanja dengan non-tunai juga diberlakukan bahkan dianjurkan untuk menggunakan e-wallet karena dinilai dapat menghambat penyebaran virus covid-19. Akan tetapi dampak yang muncul adalah perilaku konsumtif yang semakin tinggi. 

Ragam e-wallet semakin bertambah semenjak masa pandemi, mulai dari Go-Pay, DANA, OVO, Link-Aja, bahkan bank-bank juga membuka konsep e-wallet untuk media pembayaran. Dengan kemudahan yang diberikan sistem pembayaran dalam aplikasi belanja online juga semakin mudah dilakukan. Individu tidak perlu repot-repot pergi ke bank untuk melakukan transaksi pembayaran, cukup duduk dan melakukan pembayaran lewat devicenya.

Perilaku Konsumtif adalah perilaku atau gaya hidup individu yang senang membelanjakan uangnya tanpa pertimbangan yang matang. Sedangkan menurut Setiaji dalam Konsumerisme (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumtif adalah perilaku berlebihan dan membabi buta dalam membeli suatu barang. Dampak negatif yang terjadi akibat tingginya perilaku konsumtif, dikutip dari laman website Kementrian Keuangan antara lain, munculnya perilaku hedonisme yang sulit dikontrol, tidak adanya dana darurat, adanya pengeluaran yang membludak, dan munculnya perilaku yang tidak dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan dalam berbelanja.

Perilaku ini jika dinilai dari prinsip moral dasar, menentang prinsip hormat terhadap diri sendiri. Prinsip ini menegaskan bahwa manusia wajib memperlakukan diri sendiri dengan hormat dan tidak membiarkan dirinya diperalat. Dalam prinsip ini juga dijelaskan bahwa manusia adalah autonomous agent, yang berarti manusia adalah individu yang memiliki otonom sendiri. Hal itu menjadi mutlak karena manusia memiliki martabat, kebebasan, dan suara hati (Diniafiat dan Loho 2020). Prinsip ini termasuk dalam teori-teori etika. 

Etika sebagaimana dijelaskan dalam buku Etika yang ditulis oleh K. Bertnes, merupakan refleksi manusia tentang apa yang dilakukannya dan dikerjakannya mempunyai suatu tradisi yang panjang. Etika mengajak individu untuk merefleksikan ajaran moral dan menghasilkan sebuah pemikiran baru yang kritis dan
rasional. 

Moral merupakan sistem nilai adat dan budaya yang memberikan petunjuk bagaimana seseorang harus bertindak. Dalam hal ini seharusnya apa yang sudah dituliskan dalam sistem nilai tidak dapat dirubah dan dipertimbangkan. Namun seiring perkembangan jaman banyak hal-hal menyangkut moral yang sangat perlu dipertimbangkan sehingga mewujudkan dilema moral.

Hasil dari pemikiran ini menunjukkan bahwa tidak adanya pemikiran kritis yang dilakukan oleh individu ketika melakukan kegiatan belanja online secara terus menerus, apalagi dengan dimanjakan oleh kemudahan dalam berbelanja dan bertransaksi hal ini membuat individu semakin "kalap mata" melakukan pembelian diluar kebutuhan sehari-harinya. Menghadapi resesi sebaiknya individu bisa lebih berpikir kritis dengan mempertimbangkan dampak tersebut. 

Resesi tidak dapat dihindari, namun sesuai dengan teori autonomous agent individu memiliki pilihan untuk dapar survive menghadapi resesi dengan menahan nafsu untuk berperilaku komsumtif yang berlebihan atau menikmati perilaku konsumtif tingginya saat ini namun tidak memiliki simpanan atau cadangan dana dikemudian hari saat resesi benar-benar terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun