Mohon tunggu...
REGA PERMANA
REGA PERMANA Mohon Tunggu... Dosen - regapermana

Inspired by Nature

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Read Receipt: Is it really Necessary?

18 Desember 2020   17:05 Diperbarui: 18 Desember 2020   17:05 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Perkembangan teknologi di era globalisasi memberikan dampak terhadap cara kita sebagai manusia dalam berkomunikasi. Hal ini juga merubah pola kebiasaan kita dalam memberikan atau menerima informasi. Kemudahan akses untuk menjangkau seseorang dan bertukar informasi, berdampak pada adanya perubahan pola komunikasi yang mengarah ke sistem digital. Berbagai platform ditawarkan dengan berbagai fitur yang berbeda dan disesuaikan dengan preferensi masing-masing penggunanya. Tentu saja ini memiliki dampak positive maupun negative yang dapat mempengaruhi perilaku kita dalam berinteraksi di kehidupan sehari-hari. Dampak positive yang tentu saja dapat kita rasakan adalah terbukanya akses komunikasi yang lebih mudah. Namun disisi lain, hal ini bisa menjadi permasalahan ketika aktivitas komunikasi tersebut melewati batas-batas norma yang diyakini. 

Kemudahan akses untuk berkomunikasi melalui teknologi telah berkembang dari waktu ke waktu begitu pula dengan alat atau media untuk melakukan komunikasi tersebut yang selalu mengalami perkembangan. Mulai dari penemuan telepon, jaringan internet hingga ke instant messaging atau pesan cepat. Hal ini tentu mempermudah kita dalam melakukan interaksi satu sama lain bahkan dalam perbedaan waktu dan jarak yang jauh. Terutama dengan kehadiran platform instant messaging yang selalu berkembang dari masa ke masa. Berawal dari pertukaran pesan dalam bentuk teks, dengan perkembangan teknologi kini memungkinkan kita untuk berkirim foto, video, suara (voice note) bahkan file lainnya yang terkait dengan kemudahan dalam pekerjaan. Panggilan video waktu nyata (real time) juga menjadi fitur yang sangat membantu kemudahan komunikasi jarak jauh. 

Salah satu fitur pada instant messaging yang kerap kali menjadi perdebatan adalah fitur read receipt atau penanda sudah terbaca atau belumnya suatu pesan. Fitur ini pertama kali diperkenalkan oleh perusahaan apple melalui platform iMessage ditahun 2010 dan Facebook melalui platform facebook messanger di tahun 2012. Saat ini hampir semua platform instant messaging memiliki fitur ini terutama platform instant messaging yang populer digunakan, seperti Whatsapp, Wechat, Kakao Talk, Line bahkan paltform sosial media seperti Instagram dan Twitter melalui fitur Direct Message yang mereka miliki. Fitur serupa read receipt ini sebenarnya telah lama diperkenalkan di sistem surat elektronik (E-Mail) hanya saja pada platform ini read receipt merupakan fitur optional yang dapat diaktifkan maupun dinonaktifkan, bergantung pada preferensi pemakai. 

Fitur read receipt tentu saja dibuat dalam rangka menambah pengalaman komunikasi jarak jauh pengguna platform komunikasi tersebut supaya lebih nyata atau seolah-olah mereka berkomunikasi secara "face-to-face" dengan lawan bicaranya. Hal ini didesain untuk menunjang effisiensi dan efektifitas proses pertukaran informasi yang dilakukan oleh dua atau lebih subjek individu. Hal ini menjadi relevan ketika sesuatu yang bersifat penting perlu segera diketahui oleh seseorang, dapat terkait dengan urusan pribadi atau personal, maupun berkaitan dengan profesionalitas di dunia kerja. Namun diluar itu, beberapa penelitian menyimpulkan bahwa fitur read receipt memberikan efek negative terutama terkait dengan psikologi baik pengirim pesan maupun penerima pesan. Hal tersebut sering dikaitkan dengan privasi seseorang, dimana dengan adanya read receipt kebebasan kapan kita menjawab suatu pesan menjadi hilang.

Meskipun read receipt hanyalah suatu notifikasi yang menandakan suatu pesan sudah dibaca atau belum, namun sebagai manusia kita kadang memiliki rasa sungkan atau tidak-enak ketika tidak merespon suatu pesan apabila kita mengetahui bahwa pengirim pesan tersebut tahu kita sudah membaca pesan itu. Begitu pula sebaliknya, saat kita mengirim pesan dan mengetahui bahwa pesan kita sudah terbaca namun tidak direspon kadang akan menimbulkan kondisi emosional seperti salah satunya cemas dan resah. Pernyataan hasil penelitian tersebut tentu saja memiliki subjektifitas yang tinggi dan bergantung pada usia, background pendidikan, gender, kondisi emotional bahkan mood seseorang. Terlepas dari itu, sejauh mana kehadiran fitur read receipt mempengaruhi kondisi psikologis seseorang menjadi penting untuk dikaji. 

Sebuah studi kualitative yang dilakukan dengan metode interview terstruktur kepada beberapa responden yang mewakili beberapa faktor, menyatakan bahwa kehadiran fitur read receipt memberikan tekanan untuk melakukan respon cepat dan meningkatkan frekuensi pengecekan platform (media Instant Messaging). Selain itu fitur ini kerap menimbulkan perilaku menghindar serta kecemasaan saat respon yang diharapkan tidak didapatkan. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal seperti gender, hubungan antara pengirim pesan dan penerima pesan, konten dalam pesan, urgensi pesan dan lain sebagainya. Eksternal faktor ini akan sangat berpengaruh dengan kepedulian seseorang terhadap read receipt. Seperti contohnya pria lebih cenderung tidak terlalu terpengaruh dengan fitur ini terutama apabila lawan komunikasinya juga pria. Namun pada konteks dimana pengirim dan penerima pesan merupakan suatu pasangan, efek -- efek seperti yang sudah disebutkan sebelumnya akan semakin nyata.

Bagi penerima pesan, adanya fitur read receipt dan pengetahuan bahwa status pesan tersebut telah terbaca bagi pengirim, dapat menciptakan perasaan paksaan untuk menanggapi. Tekanan ini dapat menyebabkan frustrasi atau stres bagi penerima, keinginan untuk ditinggalkan sendiri, perasaan kewalahan atau bahkan rasa bersalah. Namun demikian, beberapa membuat strategi menghindar seperti membaca cuplikan di layar pada beranda telepon seluler atau menghindari membuka aplikasi atau pesan untuk berpura-pura bahwa pesan belum terbaca. Hal ini terutama jika mereka kurang tertarik dalam percakapan atau hubungan yang tidak begitu dalam atau ingin menunggu supaya dapat memberikan respon yang lebih berarti. Ada suatu pengertian atau pemahaman bahwa read receipt ada supaya meningkatkan kemungkinan respons secara langsung atau lebih cepat (Fast response) sehingga mengganggu privasi seseorang.

Bagi pengirim pesan, pesan yang ditandai sudah dibaca dapat menimbulkan kekhawatiran diabaikan, yang mungkin menimbulkan kecemasan, ketidakamanan bahkan mungkin memicu emosi yang lain seperti cemburu atau kesepian. Fitur read receipt dapat membuat pengirim pesan memeriksa telepon selulernya dengan frekuensi lebih sering dan melihat status "online" dari si penerima pesan. Waktu yang dibutuhkan untuk menunggu pesan yang belum dibaca serta menunggu tanggapannya bisa terasa tidak nyaman, menjengkelkan dan bahkan mengganggu. 

Kehadiran fitur read receipt memang merupakan suatu paket yang sepertinya tidak bisa dihindari lagi di dunia digital. Solusi untuk dapat lebih melakukan praktik komunikasi yang efektif terutama di media digital dengan hadirnya fitur read receipt adalah pertama dengan menghargai batasan -- batasan antara pengirim pesan dan penerima pesan. Batasan ini dapat berupa waktu pengiriman pesan, konten pesan maupun yang lainnya yang dianggap penting atau crucial bagi kedua pelaku. Misalnya dalam hal pekerjaan, tidak mengirimkan pesan berkaitan pekerjaan diluar jam kerja. Dengan mengerti batasan masing -- masing, akan menumbuhkan rasa empathy sehingga read receipt bukan lagi menjadi satu hal yang dihindari. Selanjutnya yang kedua adalah dengan meyakini atau memahami bahwa fitur read receipt merupakan satu fitur yang dibuat hanya untuk memberikan informasi bahwa pesan sudah diterima dan dibaca, bukan suatu fitur untuk memberikan kewajiban tambahan dalam hal memberikan respon langsung dan cepat. Jika prinsip ini dipegang oleh kedua belah pihak dan satu sama lain memiliki mutual respect and trust, maka efek-efek emosional yang telah dipetakan tersebut dapat tereduksi dengan secara signifikan. Penambahan keterangan dalam pesan untuk segara direspon dapat menjadi solusi apabila pesan memang butuh respon dalam waktu cepat. 

Lalu apa fitur ini masih penting untuk kita?

Pustaka

Lynden, J., & Rasmussen, T. (2017).  Tidsskrift for Medier, Erkendelse Og Formidling, 5(1).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun