Klaten (23/7/2025) – Bullying atau perundungan masih menjadi persoalan serius yang mengancam kenyamanan dan keamanan lingkungan sekolah. Menghadapi kondisi ini, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) PPM Universitas Slamet Riyadi (UNISRI) 2025, Nur Muhammad Yusuf, mengadakan program edukasi bertema “Sahabat Tanpa Bully: Membangun Sekolah Ramah Teman” di SMPN 1 Jatinom, Klaten. Kegiatan ini dirancang untuk meningkatkan kesadaran siswa, guru, dan orang tua akan bahaya bullying sekaligus mendorong terciptanya budaya sekolah yang saling menghargai.
Materi yang disampaikan mencakup definisi bullying, bentuk-bentuk perundungan seperti fisik, verbal, sosial, dan cyberbullying, hingga dampaknya terhadap korban. Yusuf menjelaskan bahwa korban perundungan berisiko mengalami gangguan kesehatan fisik seperti luka atau sakit psikosomatik, serta masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, dan penurunan kepercayaan diri. Tidak hanya itu, bullying juga berdampak pada menurunnya prestasi akademik dan keterasingan sosial siswa.
Selain memaparkan dampak, Yusuf mengajak siswa mengenali tanda-tanda seseorang menjadi korban bullying, seperti perubahan perilaku, menghindari sekolah, penurunan nilai, atau cedera fisik yang tidak jelas penyebabnya. Penyebab terjadinya perundungan, menurutnya, bisa berasal dari tekanan sosial, kurangnya empati, pengaruh lingkungan, atau dorongan untuk
menunjukkan kekuasaan terhadap orang lain.
Kegiatan ini juga menekankan langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan seluruh warga sekolah. Di antaranya, memberikan pendidikan anti-bullying secara rutin, menerapkan kebijakan tegas terhadap pelaku, mendorong sikap toleransi, serta menyediakan layanan konseling bagi korban maupun pelaku untuk mencegah perundungan berulang. Guru dan orang tua turut diingatkan pentingnya memantau interaksi anak, baik di sekolah maupun di media sosial.
“Bullying adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak harus berperan aktif untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan saling mendukung,” tegas Yusuf di akhir kegiatan.
Melalui program ini, diharapkan SMPN 1 Jatinom dapat semakin memperkuat budaya saling menghormati, menghargai perbedaan, dan menumbuhkan empati di antara siswa. Dengan begitu, setiap peserta didik dapat berkembang optimal tanpa rasa takut atau tekanan sosial yang merugikan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI