Universal Flash Storage (UFS) adalah standar media penyimpanan modern yang digunakan pada sebagian besar smartphone kelas menengah hingga flagship. Berbeda dengan eMMC yang lebih lama, UFS menawarkan kecepatan baca-tulis yang jauh lebih tinggi, efisiensi daya lebih baik, serta kemampuan paralel yang menyerupai SSD pada komputer. Meski begitu, keunggulan ini menghadirkan tantangan tersendiri saat terjadi kerusakan atau kehilangan data. Proses recovery data dari chip UFS memerlukan teknik, alat, serta pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan perangkat penyimpanan tradisional.
Evolusi UFS dari eMMC ke Teknologi Modern
Sebelum hadirnya UFS, smartphone umumnya menggunakan eMMC (embedded MultiMediaCard). eMMC cukup sederhana, dengan arsitektur berbasis single queue, artinya hanya dapat memproses satu perintah baca atau tulis dalam satu waktu. Hal ini membatasi performa perangkat saat multitasking.
UFS membawa peningkatan signifikan dengan dukungan full-duplex dan command queuing, memungkinkan banyak perintah diproses secara paralel. Teknologi ini menyerupai protokol AHCI atau bahkan NVMe pada SSD modern. Akibatnya, smartphone dengan UFS mampu membuka aplikasi lebih cepat, mentransfer file besar dengan mulus, dan mengurangi lag secara signifikan.
Namun, peningkatan kompleksitas ini juga berarti struktur penyimpanan UFS lebih rumit, sehingga jika terjadi kerusakan baik di tingkat firmware, kontroler, atau chip NAND, proses recovery data menjadi lebih sulit.
Struktur Internal Chip UFS
Chip UFS terdiri atas tiga bagian utama:
NAND Flash -- tempat data fisik disimpan.
Controller -- otak dari UFS yang mengatur alur data, manajemen blok, hingga error correction.
Firmware -- perangkat lunak internal yang mengatur cara kerja kontroler dengan NAND flash.