Mohon tunggu...
Recia KurniaRachman
Recia KurniaRachman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pendidikan Sosiologi UNJ

Hallo

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sosiolog Polandia serta Pemikirannya: Zygmunt Bauman

15 Oktober 2022   13:53 Diperbarui: 15 Oktober 2022   14:10 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
search : elpais.com

Zygmunt Bauman atau dikenal dengan Bauman adalah seorang sosiolog asal Polandia yang lahir pada tanggal 19 November 1925. Ia merupakan professor emeritus sosiologi di Universitas Leeds dan Warsawa. Pemikiran Bauman sangat kritis dalam mengevaluasi kondisi modernitas, analisis budaya, serta tatanan sosial di Eropa dan dunia. Ia berpendapat mengenai solusi dalam menghadapi masalah global ini dengan cara perubahan radikal perilaku masyarakat. Pemikiran kritis Bauman melewati tiga masa peradaban yaitu Holocaust, Modernisme dan Postmodernisme.

Holocaust, Modernitas, dan Postmodernisme

Paradigma modern menurut Bauman adalah holocaoust (penghancuran sistematis orang Yahudi oleh Nazi) karena hal ini direncanakan dengan kompleks dan dilaksanakan dengan tujuan tertentu. Birokrasi digunakan sebagai salah satu alat utama mereka dalam melakukan holocaust. Holocaust ini adalah produk modernitas, bukan akibat modernitas. Prinsip dasar industrialisasi dan penerapan system pabrik digunakan holocaust untuk menghancurkan manusia. Jadi holocaust adalah paradigma rasionalitas dan modernitas yang menunjukan irasionalitas dan bahaya dehumanisasi yang berkaitan dengan modernitas dan peningkatan rasionalitas.

Modernitas hanya penanda sesuatu, bukan keseluruhan realitas. Modernitas merupakan terminology khas dalam ilmu sosiologi yang berbeda dari modernism atau postmodernisme yang diasosiasikan dengan bentuk kultural estetis. Menurut Bauman modernitas mengklaim totalitas atas semua bentuk kehidupa manusia.

Bentuk masyarakat menurut Bauman yang keduanya memiliki proses dan prinsip yang berbeda yaitu

  • Sebagai struktur (masyarakat atau sosialisasi)

Cirinya heterogenitas, tidak setara, perbedaan status dan adanya system tata nama (nomen klatur), adanya kalsifikasi dan diferensiasi yang dimana keduanya membagi kelompok masyarakat menjadi kelompok elite dan massa (ras inferior, orang miskin, bodoh, wanita) sosialisasi membuat moralitas menjadi rasional.

  • Anti struktur (komunitas atau sosialitas)

Cirinya homogenitas, kesetaraan, ketiadaan status dan anonym (tanpa tujuan, kepentingan dan autotelic)

Postmodernitas merupakan perspektif yang muncul akibat modernitas. Etika postmodern mempertanyakan atau menolak peraturan normative yang memaksa, pencarian pondasi dan bentuk universal serta mutlak dari etika, pencarian kode etik modrn yang non ambivalen dan tidak menggandung kontradiksi. Perbedaan dengan modern, menurut Bauman modernitas menggunakan peraturan yang dibuat secara rasional dan bersifat universal untuk mengukur tanggung jawab manusia. 

Universal dalam perspektif postmodern menurut Bauman hanya berkaitan dengan masalah globalisasi seperti IPTEK, ekonomi, budaya, dan otoritas moral. Jadi usaha universalisasi etis dilihat sebagai upaya menggantikan otonomi moral individu dengan perturan rasional yang heteronom dengan dalil etis. Postmodernitas ini ditandai dengan adanya ambivalen (tidak ada nilai yang pasti) dan ambiguitas. Ambivalensi adalah kemungkinan untuk menempatkan objek atau peristiwa kedalam lebih dari satu kategori. Dalam hal ini terjadi proses pengklasifikasi dilakukan dengan cara inklusi maupun ekslusi. Klasifikasi dalam tatanan modernitas terjadi tindak kekerasan yang dipaksakan.

Manurut Bauman dalam karyanya Life in Fragments (1994) kehidupan itu sangat beragam sehingga tidak mungkin ditata dengan satu moral yang rasional dan universal. Jadi moral itu hanya cover kebersamaan dan keteraturan dan tidak mungkin hanya ada satu moral yang dimana moral ini bersifat rasional bagi seluruh kehidupan. Moralitas dan peraturan yang memaksa perlu dilepaskan dan semuanya kembali kepada tanggung jawab individu. Manusia menjadi bermoral bukan karena being with other tetapi karena being for other (relasi asimetri).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun