Mohon tunggu...
Re Ayudya
Re Ayudya Mohon Tunggu... Lainnya - Psikoedukator_Konselor

Enthusiast to Psychology and Education

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Baper Nonton Drakor A World of Marriage Couple? Yuk, Pahami Dinamika Perselingkuhan dalam Perspektif Psikologi

11 Mei 2020   22:28 Diperbarui: 11 Mei 2020   22:45 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menonton drama Korea (drakor) menjadi salah satu aktivitas yang dianggap mampu membunuh rasa bosan selama di rumah, karena himbauan social-physical distancing di tengah pandemik Covid-19 ini. Serial drakor peraih rating tertinggi dalam sejarah TV kabel Korea, yang berjudul A World of Marriage Couple, baru-baru ini cukup menghebohkan para penikmat drakor.

Tema perselingkuhan yang diangkat sebagai konflik drama tersebut cukup sukses mengaduk emosi penonton. Tidak sedikit penonton yang dibuat baper, hingga banyak yang secara terbuka mengekspresikan rasa jengkelnya terhadap pemeran pelakor (orang ketiga-perebut laki orang) di drama tersebut. Ada tim penonton yang membela korban (istri yang diselingkuhi) dengan mengekspresikan rasa jengkelnya terhadap pelaku (suami yang berselingkuh) dan terhadap pelakor. Ada tim penonton yang membela pelakor dengan mengganggap "tidak selamanya pelakor itu salah". Lalu ada juga tim penonton yang membela korban dan pelakor dengan menyalahkan si pelaku perselingkuhan.

Selain di drama Korea tersebut, sebenarnya tema perselingkuhan cukup sering menjadi topik di berbagai serial dan film lainnya, baik di Indonesia maupun di luar negeri. Hal itu menandakan bahwa kasus perselingkuhan menjadi salah satu tema yang menarik, karena merupakan masalah klasik dalam kehidupan sosial, khususnya dalam relasi romantisme.

Dirangkum dari berbagai sumber, perselingkuhan merupakan kebohongan, kecurangan, pelanggaran kesetiaan, pelanggaran rasa percaya, hubungan seksual dan atau emosional dengan orang lain selain dengan pasangan utama, yang jika diketahui, pasangan utama tidak akan menyetujui dan tidak akan menerima. Perselingkuhan juga dipandang sebagai pelanggaran komitmen terhadap pasangan utama.

Berbagai penelitian menemukan faktor-faktor yang mendorong terjadinya perselingkuhan di antaranya:

  • Faktor kepribadian. Individu yang dianggap rentan terlibat perselingkuhan adalah individu dengan kepribadian terbuka terhadap pengalaman baru dan lekas bosan, individu yang memiliki kepribadian pasif yang tidak mampu berkata "tidak" dan mudah simpatik pada kondisi orang lain, individu dengan kepribadian narsistik, individu dengan self control yang lemah, individu yang memiliki kecemasan, individu yang cenderung memiliki self esteem dan self regulation rendah. Penelitian bahkan menemukan bahwa individu yang memiliki sisi psikopat dan individu dengan kepribadian yang belum matang juga dianggap rentan terhadap perselingkuhan, karena cenderung labil dan tidak sadar peran.
  • Kelekatan yang dimiliki oleh individu di masa kecil dengan orang tua atau pengasuhnya berpengaruh terhadap dorongan individu melakukan perselingkuhan di usia dewasa. Ada beberapa pola kelekatan yang dikemukakan oleh Bartholomew dan Horowitz, salah satunya adalah preoccupied attachment. Individu yang memiliki pola kelekatan ini cenderung memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri, tetapi memiliki pandangan positif terhadap orang lain, sehingga sangat tergantung pada hubungannya dengan orang lain. Individu cenderung lebih terikat dan menggunakan hubungan untuk meningkatkan rasa berharga serta pengakuan dari orang lain. Tidak heran jika individu seperti ini mampu berselingkuh hingga berkali-kali.
  • Kondisi emosi yang tidak stabil, ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri dan ketikdamampuan dalam menyelesaikan masalah juga dipandang sebagai penyebab perselingkuhan. Individu menjadikan perselingkuhan sebagai upaya pengalihan atau pelarian. Misalnya ketidakmampuan dalam menyesuaikan diri di masa transisi ketika memiliki anak, yang membuat individu mulai mengalami kecemasan, merasa tertekan atau bahkan merasa kesepian, karena perhatian pasangan lebih banyak tercurah pada anak. Karena ketidakmampuannya dalam menyelesaikan masalah, maka individu berlari dengan melakukan perselingkuhan.
  • Merujuk pada teori kebutuhannya Maslow, adanya kebutuhan yang besar akan kasih sayang dan cinta, penerimaan dan penghargaan, kebutuhan seks yang tidak terpenuhi, adanya kebutuhan untuk diperhatikan dan dihormati, kebutuhan akan kebersamaan dan rasa aman, salah satunya aman secara finansial, dipandang menjadi faktor yang mendorong seseorang berselingkuh.
  • Adanya pandangan tidak realistis terhadap cinta dan pernikahan, sehingga individu memiliki ekspektasi yang juga tidak realistis terhadap hubungan dengan pasangannya. Misalnya individu  memandang bahwa pernikahan akan selalu membahagiakan, dan pasangannya akan selalu menyenangkan hatinya seperti cerita di novel-novel romantis atau di serial-serial drakor, maka ketika harapannya tidak sesuai, individu mudah kecewa dan tidak puas terhadap pasangannya.
  • Ketidakpuasan dalam hubungan pun dianggap sebagai salah satu penyebab individu berselingkuh. Penelitian menemukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan, keduanya sama-sama dapat mengalami ketidakpuasan baik secara seksual atau fisik, maupun secara relasional atau emosional. Ketidakhadiran pasangan baik secara fisik maupun emosional dapat membuat hubungan menjadi ringkih dan rentan terjadi perselingkuhan.
  • Daya tarik fisik juga dapat menyebabkan seseorang berselingkuh. Individu merasa pasangannya tidak mampu memenuhi ekspektasinya ketika realita kondisi fisik pasangannya tidak sesuai dengan ekspektasinya. Individu terlibat perselingkuhan hanya untuk mememuaskan ekspektasinya saja. Misalnya individu bertemu dengan pihak ketiga yang lebih muda dan menarik secara fisik yang mampu memenuhi ekspektasinya, maka terjadilah perselingkuhan.
  • Adanya kesempatan menjadi penyebab seseorang berselingkuh. Pada awalnya individu tidak niat untuk berselingkuh, tetapi karena ada yang mendekati dan menggoda di tempat dan waktu yang memungkinkan, maka individu memutuskan untuk berselingkuh. Misalnya ada rekan kerja yang mendekati, ada kesempatan untuk melakukan pertemuan rahasia ketika perjalanan pekerjaan ke luar kota, yang memberi kemudahan untuk melakukan perselingkuhan.
  • Faktor keinginan untuk membalas dendam juga menjadi faktor pendorong seseorang berselingkuh. Biasanya pelaku melakukan perselingkuhan untuk membalas dendam terhadap pasangannya yang pernah lebih dulu berselingkuh. Tujuannya agar pasangannya merasakan sakit hati  akibat perselingkuhan seperti yang pernah diderita oleh korban.
  • Di dalam bukunya, Gary Chapman menuliskan bahwa banyak kisah di dalam Kitab Suci yang menceritakan bagaimana manusia tidak setia pada Tuhan. Di sepanjang sejarah, Tuhan menghubungkan ketidaksetiaan dengan penyembahan berhala. Perselingkuhan dalam pernikahan merupakan pelanggaran terhadap kekudusan yang tak ubahnya seperti penyembahan berhala. Bibit dosa itu membuat manusia memiliki kecenderungan untuk tidak setia.
  • Lingkungan yang permisif terhadap perselingkuhan diduga menjadi salah satu faktor yang mendorong seseorang berselingkuh. Misalnya individu yang tinggal di lingkungan keluarga, lingkungan kerja atau lingkungan pergaulan yang terbuka terhadap perselingkuhan, membuat nilai-nilai individu terhadap kesetiaan menjadi pudar.

Ada yang mengatakan perselingkuhan fisik jauh lebih mudah diakhiri dari pada perselingkuhan emosional. Perselingkuhan secara fisik yaitu perselingkuhan kontak fisik yang dilakukan tanpa melibatkan sisi emosional, seperti hubungan seks yang hanya untuk pemuasan diri semata, sedangkan perselingkuhan secara emosional yaitu perselingkuhan yang melibatkan sisi emosi yang terjadi di dalam pikiran dan perasaan, meskipun tidak ada kontak fisik. Penelitian menemukan baik laki-laki maupun perempuan keduanya memiliki potensi yang sama untuk terlibat dalam perselingkuhan fisik maupun perselingkuhan emosional.

Perselingkuhan emosional terjadi ketika ada rasa nyaman secara emosi, misalnya karena merasa ada yang memperhatikan dan mendengarkan. Kemungkinan anggapan bahwa perselingkuhan fisik lebih mudah diakhiri karena jenis perselingkuhan tersebut tidak melibatkan hati, sedangkan perselingkuhan emosional sangat melibatkan hati, sehingga perselingkuhan emosional dianggap lebih sulit untuk diakhiri. Perselingkuhan emosional dapat berujung pada perselingkuhan fisik juga. Jadi, bisa dipahami ya kenapa Yeo Da Kyung dan Lee Tae Oh di dalam cerita drakor A World of Marriage Couple tidak mudah mengakhiri hubungan perselingkuhannya.  

Menurut Rona B Subotnik dan Gloria Harris, jenis perselingkuhan berdasarkan derajat keterlibatan emosional, dapat dijelaskan sebagai berikut :

  • Serial Affair

Hubungan perselingkuhan ini tidak melibatkan emosi, hanya sekedar untuk memperoleh kenikmatan fisik dan petualangan sesaat, tetapi perselingkuhan dapat terjadi berkali-kali. Meskipun jenis perselingkuhan ini dianggap mudah untuk diakhiri, tetapi tetap membahayakan, salah satunya beresiko menularkan penyakit seksual.

  • Flings 

Hubungan perselingkuhan ini cenderung berupa perselingkuhan semalam atau beberapa waktu, tetapi hanya dilakukan satu kali saja. Jenis perselingkuhan ini mirip dengan serial affair yang sedikit melibatkan sisi emosional.

  • Romantic Love Affair

Individu yang terlibat jenis perselingkuhan ini memiliki pemikiran untuk mengakhiri pernikahan dengan pasangan utamanya dan ada keinginan untuk menikahi pasangan selingkuhnya. Ketika perceraian tidak mudah diwujudkan pun, perselingkuhan tetap dijalani dalam waktu yang cukup lama, karena jenis perselingkuhan ini melibatkan sisi emosional.

  • Long Term Affair

Hubungan ini dapat berlangsung hingga bertahun-tahun bahkan bisa jadi sepanjang usia pernikahan dengan pasangan utamanya. Jenis ini merupakan hubungan perselingkuhan yang sangat melibatkan kelekatan dan kenyamanan emosional secara mendalam. Terkadang hubungan perselingkuhan seperti ini diketahui oleh pasangan utamanya, tetapi dikarenakan ketidakmampuan pasangan utama untuk melepaskan pernikahan, misalnya karena ketergantungan secara finansial dan adanya anak-anak, maka pasangan utama hanya mendiamkan pasangannya berselingkuh dengan syarat kebutuhan keluarga tetap tercukupi.

Kira-kira kasus perselingkuhannya Yeo Da Kyung dan Lee Tae Oh di dalam cerita drakor A World of Marriage Couple masuk kategori jenis perselingkuhan yang mana ya?

Bagaimanapun, perselingkuhan memberi dampak besar terhadap korban, pelaku, dan terhadap pihak ketiga. Jika pasangan memiliki anak, maka anak pun akan turut terdampak secara negatif. Menurut penelitian, pelaku perselingkuhan kemungkinan akan mengalami dinamika emosi seperti perasaan malu, bingung, merasa bersalah, merasa tidak layak, merasa tidak bermoral, tertekan, bahkan juga putus asa ketika berhadapan dengan kemarahan dari pasangan yang diselingkuhinya. Dengan demikian, sebaiknya setiap individu dapat berupaya menghindari perselingkuhan. Beberapa hal yang dapat dilakukan agar individu berhenti berselingkuh yaitu:

  • Belajar mengenali dan memahami diri sendiri. Temukan alasan mendasar yang mendorong untuk berselingkuh? Jujur pada diri sendiri mengenai keinginan terdalam. Apakah keinginan itu cukup realistis?
  • Sadari kelemahan diri dan permasalahan yang sedang dialami. Tidak perlu menyalahkan siapapun atau kondisi apapun. Belajar menerima kelemahan dan mulai bertanggungjawab untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi. Berhenti menuntut orang lain untuk memenuhi pemuasan diri, karena setiap kita bertanggung jawab terhadap hidup kita sendiri.
  • Membereskan dan memaafkan diri sendiri, sehingga tidak terus larut dalam perasaan bersalah. Ambil komitmen untuk menjadi pribadi yang bertumbuh dan merasa utuh, serta mampu mencintai diri sendiri dengan cara yang tepat. Hal ini cukup penting, karena akan mempengaruhi cara kita memandang dan menjalani hubungan dengan orang lain. Belajar menjadi pribadi yang dewasa dan sehat secara emosi.
  • Tingkatkan kemampuan berkomunikasi secara efektif dan asertif, lalu mulai belajar berkomunikasi dengan pasangan dengan jelas dan terbuka.
  • Jika merasa kesulitan dalam mengidentifikasi diri dan menyelesaikan permasalahan diri sendiri maupun dengan pasangan, sebaiknya minta pendampingan dari tenaga profesional seperti psikolog, konselor, penasihat perkawinan atau penasihat spiritual.

Perselingkuhan memberikan dampak negatif bagi korban (pasangan yang diselingkuhi). Berbagai perasaan negatif dapat dialami secara bersamaan dan dalam waktu yang berkelanjutan. Korban merasakan gejolak emosi seperti perasaan marah, terluka, tidak percaya diri, bahkan menyalahkan diri sendiri. Tanpa disalahkan pun, pihak yang menjadi korban sudah cukup tertekan dan merasa menjadi sumber kesalahan yang menyebabkan pasangannya berselingkuh. Individu yang menjunjung kesetiaan merupakan individu yang paling terpukul ketika mengetahui pasangannya berselingkuh. Perselingkuhan juga dapat menimbulkan trauma dan depresi bagi korban, dan bagi anak yang mengetahui perselingkuhan yang dilakukan oleh orang tuanya. Lalu apa yang dapat dilakukan jika berada di posisi korban?

  • Berhenti menyalahkan diri sendiri, karena bagaimana pun keputusan berselingkuh itu sepenuhnya berasal dari si pelaku sendiri. Keputusan pasangan mau menghentikan perselingkuhannya atau tidak pun,  sepenuhnya bergantung dari pelaku itu sendiri. Kesadaran dan keputusan untuk berhenti selingkuh harus muncul dari diri si pelaku. Pasangan yang menjadi korban hanya dapat membantu dengan menciptakan hubungan yang sehat, baik secara fisik maupun secara emosi. Bukan berarti harus selalu membuat pasangan bahagia, tetapi membangun ruang diskusi yang nyaman dan komunikasi yang terbuka bagi kedua belah pihak.
  • Membereskan diri sendiri dari luka bathin akibat perselingkuhan. Baik nantinya akan memutuskan untuk mempertahankan pernikahan, ataupun akan menceraikan pasangan, pemulihan luka bathin tetap diperlukan, sehingga keberhargaan diri dapat kembali dibangun dan bertumbuh secara individu. Sadari juga bahwa perselingkuhan bukan akhir dari segalanya.
  • Ketika memutuskan untuk menerima dan memaafkan pasangan yang berselingkuh, maka sebaiknya dapat meminta pertolongan tenaga profesional untuk memberikan pendampingan dan konseling pernikahan, sehingga dapat membereskan diri sendiri dan pasangan dari dampak perselingkuhan yang terjadi. Meskipun tidak mudah, upayakan juga untuk berhenti menghakimi, tidak mengungkit-ungkit, menerima secara sadar terhadap peristiwa yang dialami, karena penerimaan merupakan awal dari pemulihan. Bangun kembali rasa percaya diri dan kepercayaan terhadap pasangan. Berhenti menuntut dan bangun rasa empati.
  • Hadirkan Tuhan sebagai 'jantung' dalam hubungan dengan pasangan. AnugerahNya akan menolong untuk menghidupkan kembali hubungan dengan pasangan dan memulihkan diri secara individu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun