Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kuliah Bukanlah Kebutuhan Tersier

19 Mei 2024   11:05 Diperbarui: 19 Mei 2024   11:16 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 sumber gambar: cnbc.com

Cecuap seorang petinggi Kementerian Pendidikan di negeri ini tampaknya meresahkan banyak pihak, yaitu bahwa kuliah tidaklah wajib, tapi masuk ranah tersier.  Sangat disayangkan juga kalau kuliah hanya dianggap sebatas kebutuhan yang termasuk ranah gaya hidup. Bukan hal pokok dalam alur hidup masyarakat.

Berkaca dari sepotong kalimat petinggi tersebut, sekan-akan pendidikan tinggi hanyalah hak orang-orang yang berpenghasilan di atas rata-rata.  Artinya masyarakat umum hanya perlu mengenyam pendidikan dasar 12 tahun.  Menyedihkan memang.

Adanya sistem UKT (uang kuliah tunggal) bagi sebagian masyarakat yang anak-anaknya sudah memasuki masa kuliah memang terasa memberatkan.  Hal yang baru muncul sejak perguruan tinggi mengikuti skema berbadan hukum (PTN-BH) ataupun berbentuk Badan Layanan Umum (PTN-BLU).

Salah satu implikasi utamanya adalah UKT tersebut, yang walaupun besarannya disesuaikan dengan kondisi orangtua mahasiswa, tapi di beberapa perguruan tinggi tetap dirasa memberatkan.  Meskipun ada pengimbangnya berupa beasiswa bagi mahasiswa tidak mampu yang berprestasi.

Besaran UKT juga berbeda-beda bagi mahasiswa lewat jalur SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi),  SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan yang lewat jalur UTBK/SNBT (atau biasa disebut jalur mandiri).  Mahasiswa yang diterima lewat SNBP besaran UKT-nya lebih kecil daripada SNMPTN.  Terakhir adalah jalur mandiri yang grade UKT-nya paling tinggi.


Belum selesai sampai situ, calon mahasiswa yang dinyatakan lulus lewat jalur mandiri,selain UKT juga dikenakan biaya tambahan berupa uang pangkal yang besarannya berbeda-beda, tergantung universitas dan jurusan.

Universitas dan jurusan favorit biasanya mematok uang pangkal yang relatif tinggi dan UKT yang tak kalah tinggi.  Dua hal yang sempat membuat saya pusing saat salah seorang putra dinyatakan diterima di salahsatu perguruan tinggi.

Besaran UKT sebenarnya relatif fair karena didasarkan atas penghasilan orangtua.  Akan tetapi tetap saja rasanya pembedaan biaya kuliah sekarang ini terasa cukup berat dibandingkan saat kuliah dulu, dimana biaya kuliah yang masih bernama SPP sama rata semua.  Asal berhasil lolos ujian masuk, biaya perkuliahan cukup terjangkau.

Oleh karena itulah, pernyataan petinggi kementerian tersebut ada benarnya, jika mengacu besaran uang kuliah yang semakin meninggi.  Apalagi indikatornya hanyalah pendapatan orangtua, tanpa menghitung berapa orang dalam keluarga tersebut yang memerlukan biaya pendidikan juga. Yang diperhitungkan hanyalah input bruto orangtua tanpa menghitung rasio outputnya dengan detail.

 Ujung-ujungnya, pendapat kuliah adalah kebutuhan tersier menjadi nyata.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun