Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Kamar Kos Tanpa Jendela yang Atapnya Bocor

12 Desember 2022   19:10 Diperbarui: 12 Desember 2022   19:43 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebenarnya ini semacam kisah nostalgia saja, tak terasa sudah nyaris 30 tahun saja kenangan kos waktu kuliah dulu, yang mana waktu itu yang nyariin kos adalah abah (bapak), entah bagaimana ceritanya sampai beliai menemukan kos yang dekat perempatan dan cuma berjarak sekitar tiga ratus meter dari kampus dengan harga yang cukup kebanting.

Di rumah kos bernama Malvinas Camp tersebut- iya waktu itu kos-kosan dikasih nama semau-maunya, bukan hanya berdasar nama empunya kos-kosan- ada tiga kamar dalam area rumah yang sepertinya memang sudah ada sejak rumah tersebut berdiri, satu paviliun di depan yang dihuni oleh putra pemilik kos, dan empat kamar tambahan di samping.  

Kamar di dalam rumah harganya sekitar tiga puluh ribu, karena memang cukup luas dan posisinya aman, yang di nempel di samping rumah utama harga sewanya 25 ribu per bulannya, kamar saya sendiri yang sepertinya dibikin dadakan dari bekas gudang di bagian paling belakang rumah kos itu adalah dua puluh ribu per bulannya,  paling murah yang di antara kamar-kamar yang lain.

Sebagai perbandingan, di tahun 1993 harga bensin adalah 700 rupiah per liter, nilai tukar rupiah terhadap dollar masih sekitar dua ribuan, Kalau dibandingkan dengan kurs dollar hari ini, artinya kamar kos saya waktu itu sekitar 150 ribuan per bulannya sih ya, masih saja murah ternyata.

Namanya juga dibikin dadakan, di belakang di antara kamar utama paling belakang dan dapur, jadi dinding yang utara bersebelahan dengan kamar dalam, dinding timur adalah tembok bata ekspos tanpa jendela, selatan adalah dinding dari tripleks yang berbatasan dengan dapur kecul, barat adalah pintu yang langsung terhubung dengan lorong menuju dapur dan kamar mandi. Estetik sekali memang.

Bagian lainnya yaitu lantai adalah semen polos dengan satu dipan kayu, satu meja belajar dan kursi sebagai pelengkap, yang paling istimewa adalah bagian atas kamar, yang cuma terdiri dari satu lembar plastik cukup tebal berwarna biru yang dibentangkan di bagian yang harusnya adalah plafon, di atasnya lagi adalah atap genteng.

Semester awal kuliah di pertengahan tahun tidak ada kejadian yang menarik selain kamar yang pengap seperti inkubator karena tiada jendela dan lubang angin sama sekali, kalau gerah triknya adalah buka pintu biar adem.  Mungkin akibat kurangnya pasokan udara menjadikan saya yang aslinya sudah kurang rajin menjadi bertambah malas saat jadwal kuliah mendekati akhir semester, rasanya lebih enak pingsan di dalam kamar dibanding berjalan kaki ke kampus.

Semester berikutnya yang sekaligus memasuki musim hujan, barulah masalah muncul.  Genteng ternyata tak tersusun cukup rapat, sampai ada air yang menetes setiap kali hujan turun.  Namanya air biarpun menetes, lama-lama yang menumpuk juga, sampai akhirnya seperti tercipta gelembung air yang tercipta dari 'plafon' plastik menampung tetesan air entah berapa lama.

Bukannya berusaha memperbaiki genteng karena takut ketinggian, atau lapur ibu kos karena malas, akhirnya menyiapkan ember yang cukup besar, dan plastik penampung air hujan temporer itu saya tusuk, air pun mengucur sampai satu ember penuh.

Setelah air habis, baru muncul kekhawatiran bagaimana nanti kalau hujan turun dan air menetes lagi.  Saat itulah saya baru tergerak untuk melaporkan pada ibu kos akan genteng yang bocor tersebut, konyol sekali memang.

Jadi intinya kalau ada atap bocor, mending serahkan saja kepada ahlinya, apalagi saat sadar diri kalau memang tak punya keahlian ditambah takut ketinggian.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun