Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adu Parang dengan Tetangga

15 Oktober 2022   08:01 Diperbarui: 15 Oktober 2022   08:04 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kos yg sekarang jd warung makan, tempat mangkal tetangga jd kantor notaris / foto dari google maps

"Awas, kau.." Katanya.
"Kau juga, kataku" Tak mau kalah
"Tunggu di sini, aku mau ambil parang!" Bergegas dia masuk ke dalam rumah.
"Eh, dikira aku takut!"  Aku juga tak mau kalah, cepat-cepat menuju dapur, mengambil senjata tajam yang ada di situ, parang tak ada, adanya cuma pisau besi yang berat dan besarnya lumayan.

Sesampai halaman, tetanggaku sudah siap sedia mengacungkan parangnya ke arahku, seraya berteriak
"Sini kalau berani!"
Aku pun tak mau kalah, menghunus senjata tajam yang ada di tangan.
"Kau yang ke sini!"

Itulah ingatanku berpuluh tahun silam, saat saling acung senjata tajam dengan tetangga samping rumah.  Konyolnya itu kami lakukan waktu sama-sama di bangku sekolah dasar.   Saya sendiri lupa persisnya, berantem gara-gara apa, sampai-sampai muncul ide untuk saling menghunus benda yang seharusnya harus dengan pengawasan orangtua.

Yang jelas endingnya tidak seru.  Cuma saling adu pamer golok.  Untuk kemudian malah sama-sama ketawa, lalu sama-sama balik masuk rumah mengembalikan golok kembali ke tempatnya.

Rasanya lebih dari sekali kami berantem, tapi tak sampai adu fisik.  Itupun tak lama, sampai akhirnya berbaikan dan main bersama lagi, apalagi selain tetangga, dia juga keluarga jauh sebenarnya, yang pindah ke samping rumah tak berapa lama, walau akhirnya kembali pindah lagi.

Masa kecil menyenangkannya begitu, marah-marahan bentar, berantem bentar, tapi nanti terus berkawan lagi, tak ada yang dimasukin hati.  Untunglah pas dewasa dan berkeluarga saya tak pernah mengalami masalah yang berarti dengan tetangga, semoga sampai kapan pun selalu damai sentausa.

Sepertinya masalah cukup pelik terkait tetangga yang saya ingat selain masa kecil itu adalah kala kos sewaktu kuliah.  Di samping kiri kos kami adalah kosan cewek, sedangkan samping kanan sekretariat sebuah partai yang penjaganya terkadang mabok.  Nah, pada suatu saat tetangga penjaga yang konon dulunya preman itu, pernah pinjem motor saya yang waktu itu Alfa II R, entah mau dibawa pergi kemana.  Karena memang sedang tak terpakai ya saya pinjamkan saja.

Alfa saya waktu itu kebetulan gir dan rantainya dalam keadaan mengenaskan, harusnya diganti karena kadang los saking tajamnya gir bagian belakang dan rantainya sudah tak bisa dikencangkan lagi, sudah mentok.  Sementara untuk menggantinya belum bisa karena belum ada kiriman bulanan.

Saat tetangga itu datang kembali entah dari mana, saya liat ada bercak darah di bajunya, saya pun kaget ada apa, takutnya itu motor dibawa untuk berantem dengan musuhnya. Eh, ternyata kekhawatiran saya ternyata salah, tetangga preman itu malah mengembalikan motor saya sembari minta maaf.

Katanya ada sedikit kecelakaan di jalan, tapi tak mengatakan kejadian persisnya kenapa.  Saya menduga pasti karena jatuh, karena kebetulan kanvas rem motor itu rasanya juga sudah tak begitu berfungsi. Saya yang balik minta maaf karena secara tak langsung bikin celaka.

Eh, tetangga tetap bersikeras meminta maaf, sembali bilang bahwa gir dan rantai motor saya sudah diganti yang baru.  Saya pun terhenyak, tak tahu lagi harus bilang apa.  Cuma bisa berkata terimakasih banyak dan lagi-lagi minta maaf. Lah, beliau yang kecelakaan gara-gara makai motor saya malah berbaik hati mengganti suku cadang motor dengan yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun