Mohon tunggu...
Dian Alifirdaus
Dian Alifirdaus Mohon Tunggu... Petani - Penulis Pembaca dan Pendengar

Tidak semua yang mengkilap itu emas atau berlian.Tak penting bagaimana bangkainya, namun lihatlah! Apakah ada yang istimewah dalam hatinya💕 Instagram @dian_alifirdaus 💕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lintah Pengisap Darah (Kisah Nyata)

25 Januari 2020   21:15 Diperbarui: 26 Januari 2020   08:51 3137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beginilah jenis lintah yang mengigitku by mildch.com

Hari itu masih pagi matahari sudah terbit dari ufuk timur, suara burung berkicau di pagi itu saling bersahut-sahutan. Udara dingin menusuk tulang-belulang, jauh dari dari kebisinggan kendaraan. Kulihat lihat Ibu dan saudara perempuanku telah bersiap-siap ngetam padi dengan ani-ani. Padi menguning merunduk penuh khusuk, seakan memangil  tuanya untuk segera memanen mereka. Ibuku dan saudari perempuanku akhirnya turun dari pondok yang berdinding kulit kayu. Begitu tentram berada dikebun yang terdengar hanya suara burung pagi yang menambah kedamaian, asap - asap putih  seperti kabut melebur jatuh diatas dedaunan apa saja melebur jadi tetesan embun yang basah, pokoknya di kebun itu benar-benar tenang, adem dan riuh.

Sementara itu aku bersiap-siap mengikuti abangku, untuk menjelajahi rawa yang tak terlalu jauh dari kebun. Dan memang hanya dipisahkan oleh hutan yang gelap. Oh iya orang-orang menamainya Keluat. Dahulu kala sebelum di tumbuhi berbagai macam tanaman liar, Keluat ini merupakam sebuah dusun tempat dimana orang mengais rejeki, terbukti ada banyak sisa  tanaman seperti rambutan, pohon keranji dan lain-lain.

Aku sudah  lengkap membawah umpan serta batang tajur. Aku mengikuti abanku dari belakang untuk mencari ikan pagi itu. Dan memasuki hutan yang gelap, lembab dan basah mulai di sambut srigala-srigala kecil alias nyamuk yang memiliki jarum suntik yang bikin gatal ya nyamuk-nyamuk kecil itu menyerang secara berkelompok. Nyamuk itu menyerang bagian mana saja demi mendapatkan darah dari kami, salah satu khas ciri hutan yang gelap memang banyak nyamuk. Meski banyak melewati serangan  nyamuk aku dan abangku tetap pergi ke rawa untuk mencari ikan.

Sesampai di rawa aku dan abangku mulai meletakan tajur-tajur yang di beri umpan, kami letakan tajur-tajur itu dari hilir ke hulu, dan rawa ini kondosinya lembab dedaunan hitam nan pekat menutupi permukaan tanah, dan saat dedaunan itu di pijak akan menghasilkan lumpur tanah yang berair. Kondisi dedaunan yang hitam pekat itu membuatku harus hati-hati karena  bukan tidak mungkin bisa saja nanti ada ular. Aku yang tidak memakai sepatu but otomatis kakiku kotor belum lagi di bagian mata tumitku ada bekas luka koreng, dan luka koreng itu belum sembuh, maklum usia segitu aku memang jorok.

Setelah selesai meletakan tajur-tajur itu , dan abangku mengajak menaiki pohon yang di dekat rawa tersebut  tak jauh dari tajur yang kami pasang. Setelah itu kami mengawasi dari ketinggian pohon yang tak seberapa itu, sebetulnya belum bisa disebut pohon karena usia tumbuhan tersebut masih kecil, walaupun masih kecil pohon tersebut, namun dahanya lumayan kokoh menampung daya berat badan kami berdua . Dan berselang beberapa waktu duduk di atas pohon tersebut, aku merasakan rasa gatal yang tak tertahankan.

Karena betis kakiku gatal di gigit nyamuk, aku mengalihkan pandanganku ke arah mata kakiku yang ada luka koreng. Aku lihat ada sesuatu yang menempel, aku pikir daun yang menempel, pas aku  coba lepaskan ternyata tidak mau lepas, setelah aku sadar ternyata seekor lintah kerbau hitam yang sebesar jempol orang dewasa sedang mengisap darah di bagian luka korengku, bayangkan beberapa centimeter bagian kepala lintah itu membenam dalam luka korengku, dan syukurnya tidak menimbulkan rasa sakit, dan bila disuruh memilih digigit nyamuk atau digigit lintah mending digigit nyamuk, secara meski digigit dan dihisap lintah tidak menimbulkan sensasi rasa sakit tetap saja itu mengerikan. Arrrrrrrrrrrrrgh aku berteriak kencang dan histeris dan memukul-mukul linta tersebut agar copot dari lukaku ternyata tiada bisa lepas semakin kuat dia menancapkan bagian mulutnya, perasaanku tidak karuaj yang ada kecemasan akibat ulah lintah itu. Aku berteriak ketakutan sampai terdengar oleh ibu dan saudara perempuanku yang lagi ngetam padi. Beruntung abangku tak tingal diam, awalnya abangku tarik lintah kerbau itu namun hasilnya sia-sia mala semakin merajalela lintah itu menghisap lukaku. Dan bersyukur abangku mengeluarkan dari mulutnya air ludah dan dia oleskan pada bagian kepala lintah tersebut fiuuuuh akhirnya lintah itu lepas juga, dan memang rasa air ludah yang asin merupkan senjata ampuh untuk mem uatnya melepaskan diri dari luka korengku. Rasa panik dan takut itu membuat abangku mengajak balik ke kebun, sebelum itu abangku hujamkan ranting ke lintah tersebut guna membinasakanya.

Sesampai dikebun aku dan abangku di sambut ibuku.

" Dian kenapa kau teriak-teriak tadi ? , tanya Ibuku.

" Anu Emak tadi aku di gigit lintah kerbau," jawabku dengan masih rasa yang cemas, saudara perempuanku tertawa dan senyum melihat melihat ekspresiku yang ketakutan.

" Makanya lain kali kalau mau ke rawa pakai sepatu but ," celetuk saudari perempuanku .

Semenjak kejadian itu aku benar-benar parno dengan yang namanya lintah, meskipun lintah kalau mengisap darah gigitannya tidak sakit tetap saja aku takut. Soalnya pernah ibuku cerita bahwa dulu Ada riwayat lintah sama pacat. Di mana dalam kilas cerita Ibuku itu, beliau bilang dahulu kala terjadila perjumpaan antara linta dan pacat. Nah linta ini bertanya pada pacat katanya pacat makan apa, dan pacat jawab makan darah, apesnya lintah ini pekak alias tidak dapat mendengar dengan baik yang dia tangkap dari jawaban pacat adalah makan jantung, jadi Ibuku bilang kalau lintah hingap di tubuh manusia lintah tersebut berusaha mencari akses untuk masuk ke dalam tubuh . Cerita ini ibu ceritakan kepadaku ketika aku berusia masih kecil jauh sebelum kejadian yang kualami barusan, belum lagi Ibuku bercerita tentang seorang perempuan yang sedang menangguk ikan di musim kemarau dan kata Ibuku perempuan ini tubuhnya dimasukin lintah dari area anus, dan perempuan itu tiada merasa apapun, itupun setelah kehuan dari bagian anusnya mengeluarkan darah dan perempuan itu mengalami rasa sakit d ibagian dadanya . Dan Ibuku melanjutkan ceritanya bahwa untuk mengeluarkan lintah tersebut perempuan itu disuruh berada di tempat penumbukan gabah dan posisinya harus berdiri, jadi orang-orang  akan menumbuk antan yang kosong itu dengan kayu yang dibuat sedemikian rupa, dan hentakkan antan yang ke bawah ke atas akan menciptakan ritme getaran pada sang perempuan yang berdiri di bagian tempat penumbukam gabah teesebut. Dan lintah itu keluar sebesar lengan orang dewasa, perempuan itu itu meninggal kehabisan darah, dan lintah itupun dibunuh memang saat lintah itu keluar dari badan perempuan tersebut juga sudah tiada berdaya. Aku tidak tahu apakah cerita yang Ibuku itu ceritakan itu kisah nyata atau bukan, yang pasti cerita tersebut membuatku takut dan sugestinya sampai terbawah sampai sekarang dan aku harap cerita tersebut tidaklah benar lagipula secara logika lintah kan hewan yang hidup di alam liar dan bukan kategori parasit . Aku sudah pernah di gigit kalajengking waktu panen kopi, pernah di gigit beruang tanah sejenis black widow pernah juga di gigit lebah sampai bengkak, dan lintah merupakan satu-satunya hewan yang buatku takut,  sangat jelas di bandingkan dengan binatang seperti kalajengking, black widow, dan lebah yang jelas-jelas bila mereka mengigit dan menyerang itu rasanya sangat sakit. Tapi kalau sudah di gigit lintah ampun takut dan ngeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun