18 September 2025 | Tim RedaksiPurwodadi – Usaha budidaya ikan air tawar semakin menunjukkan prospek menjanjikan. Salah satunya dijalankan oleh Bapak Suranto Arifin, seorang pengusaha sekaligus pengolah kolam ikan di Desa Purwodadi, Jalan Rambutan, RT05. Sejak tahun 2017, ia merintis usaha pemancingan sekaligus budidaya ikan air tawar yang kini mampu memasok
Bapak Suranto Arifin memulai usaha ini dengan alasan sederhana, yaitu agar masyarakat desa tidak perlu lagi mengambil pasokan ikan dari luar daerah. “Dari dulu saya memang tertarik dengan ikan air tawar. Saya ingin supaya masyarakat sini tidak tergantung dari luar,” ujarnya.
Saat ini, jenis ikan yang dibudidayakan cukup beragam, di antaranya ikan emas, nila, lele, dan patin. Menurutnya, jenis-jenis ikan tersebut dipilih karena harga yang relatif murah, banyak peminat, dan terjangkau bagi masyarakat kecil. Dari sisi waktu panen, ikan lele bisa dipanen dalam waktu 3 bulan, sedangkan ikan nila dan ikan emas membutuhkan waktu 5–6 bulan.
Usaha ini menggunakan kolam tanah dengan sistem paik ramba, yaitu satu lokasi dengan ukuran 10x50 meter yang dibagi menjadi beberapa bagian untuk menampung berbagai jenis ikan. Bibit ikan sebagian besar diperoleh dari pemijahan sendiri.Bapak Suranto Arifin memelihara indukan ikan hingga bertelur, kemudian menghasilkan larva dan dikembangkan menjadi bibit.
Dalam hal perawatan, pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari, yakni pagi, siang, dan sore. Selain itu, ia menjaga kualitas air dengan pupuk agar pH tetap stabil. Untuk mengendalikan hama seperti biawak, ia menggunakan jebakan umpan berupa ikan mati di sekitar kolam.
Produk ikan yang dihasilkan bersifat terus-menerus karena merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Dalam setahun, ikan lele bisa dipanen tiga kali, sedangkan nila dan emas rata-rata dua kali. Dari setiap panen, ia bisa memperoleh keuntungan rata-rata Rp3–4 juta per bulan berkat sistem rotasi panen.
Hasil panen umumnya dipasarkan di Desa Purwodadi dan wilayah kecamatan sekitar. Promosi dilakukan secara sederhana melalui media sosial seperti WhatsApp dan Facebook. Menurutnya, cara ini cukup efektif karena bisa menjangkau pembeli tanpa harus mengeluarkan biaya besar.
Kendala utama dalam usaha budidaya ini adalah tingginya harga pakan serta serangan hama. Untuk mengatasi biaya pakan, Bapak Suranto Arifin mulai menggunakan alternatif pakan alami, seperti tumbuhan azolla dan kangkung. Meski menghadapi tantangan, ia tetap optimis untuk terus mengembangkan usaha ini, bahkan mulai merintis peternakan sebagai usaha tambahan.
Dari sisi legalitas, usaha ini sudah memiliki izin resmi dari pemerintah kabupaten. Bapak Suranto Arifin juga pernah mendapatkan bantuan bibit dan pakan dari pemerintah untuk meringankan biaya produksi.
Ke depannya, ia berharap masyarakat sekitar juga ikut mengembangkan budidaya ikan air tawar, baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk menambah penghasilan. “Saya harap masyarakat bisa memanfaatkan waktu luang dengan budidaya ikan, misalnya menggunakan kolam terpal yang lebih murah dan ramah lingkungan,” jelasnya.
Bapak Suranto Arifin menegaskan, meski usaha ini tidak lepas dari jatuh bangun, semangat dan ketekunan adalah kunci untuk tetap bertahan. “Namanya usaha pasti ada pahit manisnya. Yang penting jangan menyerah,” pungkasnya.