Melangitkan Ramadhan

Bersyukur tiada henti, tidak hanya dengan ucapan alhamdulillah, namun kesyukuran diimplementasikan dalam ketaatan kepada Allah SWT. Nilai ketaatan dipengaruhi oleh tempat dan waktu.

Dalam melakukan amal ketaatan (sholat) di masjid dimana kita tinggal, sangat berbeda nilainya dibandingkan dengan sholat di masjidil haram, maupun masjid nabawi. Demikian juga dengan keutamaan waktu, dimana ada waktu-waktu terbaik (prime time) yang disediakan Allah SWT, untuk memaksimalkan ketaatan.

Ramadhan yang kita laksanakan tahun ini, disediakan bagi orang mukmin untuk melakukan ketaatan. Ramadhan sebagai PrimeTime yang memiliki keistimewaan, sebagaimana dalam hadist berikut :

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Artinya : “Pada malam pertama bulan Ramadhan syetan-syetan dan jin-jin yang jahat dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak ada satupun pintu yang terbuka dan pintu-pintu surga dibuka, tidak ada satu pun pintu yang tertutup, serta seorang penyeru menyeru: “Wahai yang mengharapkan kebaikan bersegeralah (kepada ketaatan), wahai yang mengharapkan keburukan/maksiat berhentilah”. Allah memiliki hamba-hamba yang selamat dari api neraka pada setiap malam di bulan Ramadhan”. (HR. Tirmidzi no. 682 dan Ibnu Majah no. 1642)

Lebih lanjut dia mengatakan, dalam bulan ramadhan terasa sekali nuansa surganya. Sebagai gambaran, di bulan ramadhan, mari kita lihat peningkatan ketaatan kepada Allah SWT., misalnya banyak membaca baca al-qur’an, sementara di luar ramadhan mungkin jarang membaca Al-qur’an. Jumlah yang melaksanakan sholat lima waktu di masjid, semakin bertambah, dan aktivitas masjid semakin bertambah.

“Ini menunjukkan tarasa surganya di bulan Ramadhan, dan ibadah yang kita laksanakan bernilai di hadapan Allah SWT. dan insyaAllah bermakna dalam kehidupan.”, ujar Razaq

Ramadhan pada dasarnya parameter bagi manusia. Menurut para ulama, manusia dalam bulan suci Ramadhan terbagi menjadi empat, yaitu pertama, ada manusia menghadapi dan dalam bulan ramadhan biasa saja, datar saja, tidak ada senang, bahkan mengeluh, Kedua, manusia yang 10 hari pertama, ibadahnya terlihat naik, dan semangat, dan pada 20 hari kedua terjun bebas, sudah mulai malas dan wegah-wegahan dengan berbagai alasan.

Golongan Ketiga, manusia yang 10 hari pertama semangat beribadah, dan mulai turun setelahnya, dan pada 10 hari terakhir semangat kembali dalam ibadah. Bahkan naiknya 10 hari terkahir tersebut, hanya pada hari-hari tertentu, misalnya saat malam ganjil terlhat semangat, sementara bila ganjil terasa menurun. Sementara golongan Keempat, manusia menjalani ramadhan 10 hari pertama semangat, 10 hari kedua tambah semangat dan 10 hari terakhir tambah semangat lagi.

Semangat tidaknya, manusia dalam menjalankan ketaatan, sangat tergantung kualitas keimanannya dan pemahaman akan fadhilah ramadhan. Semakin paham akan makna dan fadhilah ramadhan, insyaAllah akan terus menjaga kualitas dan kuantitas ibadah ramadhan yang dijalankan. Salah satunya dalam hadist berikut :