Sebagai bagian dari wilayah kekuasaan umat Muslim, Sisilia pernah diperintah oleh beberapa kekuatan Muslim seperti Aghlabiyyah, Dinasti Kalbiyah dari Fatimiyah, hingga kedatangan bangsa Norman ke pulau tersebut. Berikut uraian secara singkat periode kekuasaan pulau Sisilia dari rentang abad ke 900 M hingga 1100 M.
1) Keamiran Aghlabiyah (800 - 909 M)
Dinasti Bani Aghlab yang berpusat di Tunisia mengangkat lima orang gubenur dengan gelar amir, wali atau shahib di Sisilia dengan Palermo sebagai ibu kota nya. Penduduk Sisilia saat itu sangat heterogen terdiri dari berbagai ras dan agama; Islam, Kristen, Yahudi, bangsa Sisilia, Yunani, Lombard, Arab, Barbar, Persia, Negro. Bangsa Arab menjadi penguasa, mayoritas penduduk muslim adalah keturunan bangsa Barbar, Sisilia dan Arab. Ketika dikuasai dinasti Muslim, Di setiap kota di Sisilia dilengkapi dengan sebuah dewan kota, pada zaman ini juga mulai diperkenalkan reformasi agama. Hal itu dilakukan agar tanah tak hanya berada dalam kuasa orang-orang kaya saja tetapi meresap ke seluruh sisi. Irigasi juga mulai diperkenalkan, sehingga sektor pertanian berkembang pusat. Pada abad ke-10 M, Sisilia menjadi provinsi di Italia yang paling padat dengan jumlah penduduk mencapai 300 ribu jiwa.
2) Kekhalifahan Fathimiyah di Sisilia (909 - 965 M)
Pergolakan terjadi pada masa transisi dari Aghlabiyah ke Fatimiyah di Sisilia. Akan tetapi pergolakan disini bukan  masalah politik melainkan lebih kepada masalah yang sifatnya agamis yaitu pertentangan antara Syiah dan Sunni. Tetapi dalam jangka waktu yang tidak lama Fathimiyah bisa mengatasinya. Gubernur dinasti Fathimiyah yang terkuat adalah Hasan bin Ali al-Kalabiy yang juga merupakan keturunan Arab dari Suku Kalb. Beliau kemudian mendirikan Dinasti Kalbiyah di Sisilia, namun ia tetap setia kepada pemerintahan Fathimiyah di Afrika Utara.
3) Dinasti Kalbiyah (948 - 1053 M)
Dinasti Kalbiyah berkuasa selama 80 tahun. Sejak tahun 948 M, khalifah Fathimiyah, Ismail al-Manshur mengangkat Hasan al-Kalbi sebagi Emir Sisilia. Secara de facto, Keamiran Sicilia terlepas dari pemerintah Fathimiyah di Mesir. Lalu digantiakn Emir yang baru bernama Abu al-Qasim (946 M-982 M). Pada masa kedua emir itu berkuasa, muslim Sisilia bertempur dengan Kekaisaran Byzantium. Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat islam. Pada tahun 1061 M, Sisilia lepas tangan dari umat Islam.
4) Kekuasaan Bangsa Norman
Pada masa dinasti Normandia ini kekuasaan dinasti Islam telah berakhir namun kebudayaan Islam masih berkembang. Pada saat pemerintahan Roger I dan II yang beragama Kristen, mereka memperlakukan umat Islam dengan baik. Bahkan Roger II yang beragama Kristen mendapat gelar Mu'taz Billah. Posisi ibu kota pada saat itu masih tetap berada di Palermo. Para pejabat negara dan tentara tetap menggunakan orang-orang Islam. Roger I dan II masih mengagumi kehebatan kebudayaan dan intelektual Islam, mahir bahasa Arab, memakai baju kebesaran raja-raja Islam. Kehidupan istana menyerupai kehidupan raja-raja Islam. Menggunakan bahasa Arab sebagai salah satu bahasa resmi, mahkamah menyerupai mahkamah Agung Byzantium tetapi upacara-upacara menyerupai Mahkamah Arab. Perkembangan ilmu pengetahuan berkembang dengan pesatnya pada zaman Normandia, karena Roger II sangat tertarik dengan matematika, adsministrasi dan ilmu bumi, karena pada masa ini muncul intelektual muslim yang terkenal al-Idrisi. Â Akan tetapi saat kekuasaan Dinasti Normandia di tangan William I dan II (beragama Kristen) umat Islam diperlakukan dengan kurang baik, namun William tetap mengagumi kehebatan kebudayaan dan intelektual Islam. Hingga pada akhirnya pengaruh umat Muslim mulai menipis dan tersisihkan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI