Mohon tunggu...
Rayi Madhin Sirat
Rayi Madhin Sirat Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa di Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Internasionalisasi Bahasa Indonesia Melalui BIPA di Mesir

4 Juni 2023   23:34 Diperbarui: 4 Juni 2023   23:36 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kairo, Mesir. Sumber: KBRI Cairo

Menurut sebuah pandangan filosofis, bahasa memiliki makna yang lebih dalam daripada sekadar alat komunikasi. Bahasa dianggap sebagai sumber kehidupan dan kekuatan manusia karena vitalitasnya dan kegunaannya yang memiliki dampak besar dalam kehidupan. Saat ini, peran bahasa tidak hanya terbatas pada fungsi komunikasi, tetapi juga menjadi sarana untuk bekerja sama dan menghargai sesama. Oleh karena itu, bahasa semakin penting dalam berbagai konteks, termasuk dalam kepentingan berdiplomasi.

Melalui upaya menginternasionalisasikan bahasa Indonesia yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, memiliki tujuan untuk meningkatkan eksistensi dan martabat bangsa Indonesia di tingkat internasional. Bahasa Indonesia merupakan representasi dari bahasa Melayu yang dahulu digunakan oleh masyarakat di wilayah Asia Tenggara. Oleh karena itu, banyak orang di kawasan ini yang memahami bahasa Indonesia.

Peran Indonesia dalam hubungan internasional saat ini membuat bahasa Indonesia dianggap penting. Dalam konteks Asia Tenggara, bahasa Indonesia berpotensi menjadi lingua franca atau bahasa pengantar, yang akan memainkan peran signifikan dalam diplomasi di forum internasional. Saat ini, sekitar empat ratus juta orang dapat memahami bahasa Indonesia, dan hal ini merupakan hasil dari keberhasilan diplomasi lunak yang menggunakan bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia di negara-negara lain juga memberikan citra positif bagi Indonesia di mata internasional. Ini adalah contoh diplomasi lunak yang berfokus pada aspek kebahasaan.

Dalam upaya untuk mempromosikan penggunaan bahasa Indonesia secara internasional, pemerintah Indonesia sedang melaksanakan diplomasi budaya melalui Pusat Pengembangan dan Strategi Diplomasi Kebudayaan (PPSDK). Salah satu fokus diplomatik Indonesia adalah Mesir. Kerja sama pendidikan antara Indonesia dan Mesir menjadi faktor penting dalam menjalankan diplomasi budaya. Penyebaran bahasa Indonesia di Mesir dilakukan melalui pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA).

Menurut data yang dikutip dari Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), hingga akhir tahun 2020 terdapat 355 lembaga yang menyelenggarakan program Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) di 41 negara. Jumlah total pembelajar BIPA mencapai 72.746 orang. Dari jumlah tersebut, Kemdikbudristek telah memfasilitasi 146 lembaga di 29 negara, termasuk Mesir.

BIPA di Mesir tersebar di tiga tempat, yaitu Puskin di Kairo, Pusat Studi Indonesia (PSI) di Universitas Canal Suez Provinsi Ismailia, dan di Universitas Al-Azhar Kairo. Setiap tahun, Puskin Kairo menyelenggarakan tiga gelombang pengajaran BIPA dengan durasi empat bulan untuk setiap gelombangnya. Pada tahun 2021, gelombang pertama diikuti oleh 638 peserta, gelombang kedua diikuti oleh 631 peserta, dan gelombang ketiga diikuti oleh 668 peserta. Dengan demikian, jumlah pemelajar BIPA pada tahun 2021 mencapai 1.966 orang. Jumlah ini menunjukkan adanya sumber daya manusia yang luar biasa dalam mendukung diplomasi lunak melalui pengajaran bahasa Indonesia.

Pusat pembelajaran bahasa Indonesia yang lain, di Universitas Suez Canal di kota Ismailia, selain menyelenggarakan pembelajaran bahasa Indonesia, Universitas Suez Canal menyelenggarakan seminar internasional yang secara khusus membahas tentang warisan budaya. Seminar ini dihadiri oleh para pakar di bidang warisan budaya dari berbagai universitas di sekitar 20 negara. Mayoritas negara-negara yang hadir berasal dari Afrika Utara, negara-negara Teluk, serta Asia Tenggara, termasuk Indonesia.

Langkah diplomasi budaya Indonesia di Mesir yang lain diwujudkan dengan pembukaan BIPA di Universitas Al-Azhar Cairo pada tahun 2016 yang menambah jumlah tempat kursus BIPA aktif di Mesir menjadi 3 (tiga) tempat. Kursus bahasa Indonesia di Universitas Al-Azhar, terdapat 105 pendaftar yang terdiri dari 85 laki-laki dan 13 perempuan. Para siswa tersebut dari latar belakang yang bermacam-macam. Universitas Al-Azhar Cairo juga bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia alam pertukaran pelajar guna dapat mempelajari budaya Indonesia lebih mendalam dan sebaliknya.

Dalam pelaksanaan diplomasi budaya, ada penggunaan komunikator "government to government" melalui KBRI (Kedutaan Besar Republik Indonesia) dan Al-Azhar, serta komunikator "government to people" melalui PPSDK (Pusat Pengembangan dan Strategi Diplomasi Kebudayaan) dan masyarakat Mesir yang belajar bahasa Indonesia. Salah satu fenomena yang mencolok adalah pembukaan program studi bahasa Indonesia di Al-Azhar pada tahun 2019.

Melalui pembukaan program studi tersebut, Indonesia melakukan diplomasi budaya. Komunikator yang digunakan dalam kasus ini adalah "government to government" antara KBRI, Atdikbud (Atase Pendidikan dan Kebudayaan), Kemenag (Kementerian Agama), dan Konsorsium Pengajaran Bahasa Indonesia dengan Universitas Al-Azhar. Komunikator lainnya adalah "government to people" melalui Konsorsium Pengajaran Bahasa Indonesia dan mahasiswa Mesir yang mengambil Program Studi Bahasa Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun