Mohon tunggu...
rayhant wijaya
rayhant wijaya Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

menyukai main games dan musik

Selanjutnya

Tutup

Trip

Pengalaman Karya Wisata yang Tidak Akan Pernah Terlupakan

2 Oktober 2022   19:13 Diperbarui: 2 Oktober 2022   19:23 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

Pagi-pagi aku sudah duduk di ruangan kelas yang masih bersih daripada insan. Bosan menghampiriku lalu akhirnya aku keluar dan bersandar di dinding lorong lantai 3. Ku diam termenung memandang langit sambil menunggu beberapa kawanku datang.

Dua puluh lima menit pun berlalu dan bel masuk berbunyi. Aku kembali ke kelas dan duduk tenang sembari menunggu wali kelasku datang. Seorang wanita parubaya dengan dandanan seadanya dan baju batiknya yang berwarna biru cerah masuk ke kelasku. Cahaya matahari menembus jendela dan menyorot langsung Ibu 2 anak tersebut sehingga terlihatlah siluet rambutnya yang kecoklatan. Seorang wanita dengan tinggi 157 cm memakai kacamatanya yang eksentrik memberikan pengumuman kepada kelas 7A yang berhadapan langsung dengan gedung timur yayasan. Kami diberikan informasi bahwa sekolah kami akan mengadakan study tour ke Daerah Istimewa Yogyakarta. Serentak kami bersorak-sorai mendengar berita tersebut. Para murid sibuk dengan topik obrolan mereka dan rencana-rencana seru mereka, seketika wali kelasku menyuruh kami tenang. Beliau pun memberikan informasi lanjutan terkait study tour tersebut. Senyuman lebar terpampang di wajahku, tak bisa ku sembunyikan kegiranganku walau aku harus tetap mendengarkan pengumumannya.

Bel pulang berbunyi, dengan cepat dan sigap aku segera meninggalkan kelas. Aku berjalan cepat menuju rumah, ingin segera membagikan informasi yang kudapat kepada orang tuaku. Mereka jelas dapat membaca keantusiasan diriku. Mereka menyetujuinya. Ku siapkan barang-barangku, ku masukkan semuanya ke dalam tas berwarna hijau dengan kapasitas 28 liter. Dengan ijin dari orang tuaku pun aku tak bisa tertidur malam itu. Begitu banyak bayangan dan rencana yang melintas di pikiranku.

Esok pun tiba walau langit masih gelap. Kami diwajibkan berkumpul di sekolah pada pukul 6.00, karena bis akan berangkat pada pukul 6.30. Setelah memeriksa semua barang-barangku, ayahku mengantarkanku ke sekolah. Aku pun masuk ke bis setelah berpamitan dengan ayahku. Balok panjang bermesin pun melaju meninggalkan lapangan sekolah, siap menghampiri lokasi makanan gudeg berasal.

Aku duduk bersama Josef, temanku. Laki-laki berkulit sawo matang dengan rambutnya yang sedikit ikal, tubuhnya cukup tinggi. Dia adalah seorang teman yang sangat seru, kami sering menghabiskan waktu bersama. Aku duduk dan kepalaku menyender di dinding transparan sembari melihat pemandangan sepanjang perjalanan. Ini akan menjadi pengalaman yang sangat berkesan, pikirku pada saat itu. Perjalanan memakan waktu cukup lama, saat siang hari kami sudah dekat dengan destinasi pertama yaitu Candi Borobudur, sebelum itu kami berhenti dulu di rest area.

Akhirnya kami sampai di Candi Borobudur. Tempat yang diakui sebagai salah satu keajaiban dunia. Cuacanya begitu cerah, sangat cerah hingga awan pun tak muncul saat itu. Membuat metabolisme kami mengeluarkan banyak keringat. Tapi semua itu terbayar dengan keindahan tempat tersebut. Sebuah tempat bersejarah yang membuatmu menyadari kenapa tempat ini disebut sebagai salah satu keajaiban dunia. Kami dibagi beberapa kelompok dan dipandu mengelilingi candi tersebut. Begitu banyak ilmu yang didapat saat berkeliling. Satu hingga dua jam pun berlalu, tak disangka langit seketika berubah menjadi abu. Awan terlihat dekat sekali dengan tanah membawa beban air yang begitu banyak. Kami pun bergegas kembali ke bis masing-masing sebelum air menghujani tubuh kami.

Semua sudah berada di dalam bis. Karena sudah sore kami pun meninggalkan candi dan menuju lokasi penginapan. Hotel yang kami tempati ternyata dekat dengan Jalan Malioboro. Malam pun tiba dan jam makan malam datang. Kami semua menghabiskan makanan yang disediakan sembari bersenda gurau dan berbincang. Setelah makan murid-murid pun diberikan jam bebas, ada yang pergi ke Malioboro, ada yang mengunjungi Taman Lampion, dan ada pula yang memilih beristirahat di hotel. Aku memilih pergi ke Taman Lampion bersama teman-temanku. Memang betul nama tempatnya jelas menggambarkan lokasinya, begitu banyak lampion disana. Selain lampion ada hiburan lain, temanku ada yang memilih menaiki trampolin, memasuki rumah hantu, menaiki mobil tetapi kakimu harus menggoesnya agar bisa melaju. Selain itu ada beberapa kuliner juga yang tersedia disana. Aku terlalu bingung ingin mencoba hiburan yang mana, akhirnya aku hanya mengelilingi Taman Lampion selama setengah jam bersama temanku. Keadaan sudah semakin larut dan kami diarahkan untuk kembali ke hotel. Karena perjalanan jauh dan hari yang sibuk membuatku lelah membuatku ingin segera tidur setelah mandi. Berbeda dengan teman sekamarku yang begadang memainkan gawainya, jam 2 dini hari ia baru terlelap.

Hari telah berganti dan aku siap-siap untuk sarapan di rooftop. Begitu banyak lauk berjajar di meja dengan panjang 4 meter, seperti pramusaji pikirku. Aku makan dengan lahap bersama teman-temanku sambil sesekali aku memerhatikan sebuah tugu. Ternyata itu adalah replika tugu yang ada di pusat Yogyakarta.

Guru memberitahukan destinasi kami pada hari itu, kami akan outbound di kaki Gunung Merapi. Kami kesana akan menaiki Jeep dari lokasi parkir bis. Melewati aspal, jalan tanah, dan sungai. Sialnya aku malah memakai baju rangkap sehingga kedua bajuku basah sekaligus saat melewati sungai. Akhirnya kami pun tiba di Museum Gunung Merapi, begitu banyak dokumentasi saat gunung tersebut meletus. Ada beberapa barang yang sudah rusak terkena dampak dari meletusnya gunung ini, bahkan ada sepeda motor yang dipajang saat memasuki museum ini.

Hari menjelang siang, kami pun kembali ke tempat parkir bis. Ternyata setelah ini kami akan jalan-jalan di Jalan Malioboro, tapi sebelum itu kami akan ke hotel dulu dan memarkir bis di hotel. Hari sangat cerah pada saat itu, panas matahari langsung menyorot kulitku. Bahkan saat di Candi Borobudur tidak sampai sepanas ini. Begitu banyak turis lokal maupun mancanegara berjalan di trotoar dengan lebar kurang lebih 3-4 meter. Kami jalan kurang lebih selama setengah jam hingga kami sampai di sebuah mall di tengah-tengah Malioboro. Begitu memasuki mall, seakan kami berada di surga, begitu sejuk disana hingga membuatku ingin berlama-lama diam tak melakukan apa-apa selain sibuk memainkan gawaiku di dalam sana.

Waktu berjalan begitu cepat dan langit berwarna kuning keemasan. Aku pun kembali ke hotel, untungnya sore itu tidak panas. Malam pun tiba, seperti biasa aku tidur cepat dan langsung terlelap. Aku tak kuasa menahan rasa kantukku semenjak makan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun