Mohon tunggu...
Rayhana Syahidah
Rayhana Syahidah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Menulis seputar isu internasional

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Lebanon Alami Kemerosotan Ekonomi yang Memicu Krisis Perbankan

9 Oktober 2022   08:06 Diperbarui: 9 Oktober 2022   08:07 498
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto : PEXELS/ahsanjaya

Pada akhir 2019 krisis ekonomi Lebanon mulai dirasakan oleh masyarakat. Keputusan pemerintah untuk mengenakan pajak pada panggilan telepon pada aplikasi WhatsApp mendapat penolakan besar-besaran dari masyarakat. Kontrol modal yang tidak teratur diberlakukan, merampok tabungan orang-orang saat mata uang mulai berputar.

Lebanon terkena depresiasi 90% dalam mata uangnya. Belum lagi kenaikan inflasi yang berujung pada krisis pangan dan energi. Lebanon menderita krisis ekonomi akibat gangguan pemerintah dan serangan teroris karena perang saudara yang berlangsung lama menghambat pemulihan negara itu. 

Lebanon merupakan salah satu negara paling tidak berkembang di Timur Tengah dalam hal infrastruktur dan pembangunan, termasuk pemadaman listrik besar-besaran yang berlangsung 32 tahun setelah berakhirnya perang saudara. Menurut PBB, ini membuat 80% populasi atau sekitar 3 juta orang yang berada dibawah garis kemiskinan. Perekonomian Lebanon menjadi lebih kacau karena kemiskinan dan pengangguran meningkat dan nilai rekening tabungan turun.

Lebih buruk lagi, Lebanon belum membayar utangnya sebesar $90 miliar. Rasio utangnya juga meningkat 170% dibandingkan produk domestik bruto (PDB). Bank Dunia menganggap krisis ekonomi Lebanon sebagai salah satu krisis terburuk di dunia selama lebih dari 150 tahun.

Melihat data yang tertera diatas menunjukkan bahwa Lebanon memang sudah diambang "kegagalan negara" lantas apa akibatnya jika krisis ekonomi terus melonjak?

Salah satunya adalah bank-bank yang kesulitan menerima penarikan oleh para nasabah karena mata uang yang menurun drastis sampai inflasi yang melambung tinggi. Tentu saja hal ini berdampak pada masyarakat Lebanon yang sedang merasakan perihnya krisis ekonomi.

Sudah sejak tahun 2019 dimana pemerintah secara bertahap memperkenalkan kontrol yang lebih ketat pada deposito dan tabungan terhadap bank-bank Lebanon. Ini memiliki akses terbatas ke tabungan mata uang asing karena jutaan pelanggan memiliki tabungan mereka diblokir.

Dan masyarakat yang ingin menarik uang dari bank akan mendapat potongan rambut de facto, di Lebanon disebut sebagai potongan rambut yang artinya secara ekonomi adalah pengurangan yang diterapkan pada nilai aset.

Jika dilakukan penarikan uang maka harganya akan lebih rendah dari nilai pasar begitu juga dalam pound Lebanon dimana nilai tukar bank yang sangat tidak menguntungkan saat penarikan uang oleh nasabah. 

Nah, akibatnya banyak bank yang mengalami kekurangan uang tunai dan tidak dapat menarik simpanan mereka dari bank mereka, nasabah tentu saja meresahkan hal tersebut karena tidak dapat menarik uang simpanannya. Hal itu berujung pada kenekatan masyarakat untuk mengambil uang mereka secara paksa di bank, perampokan bersenjata di bank-bank Lebanon menjadi semakin umum belakangan ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun