Mohon tunggu...
Ray Indra T. Wijaya
Ray Indra T. Wijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Pejuang Literasi

Studied Business Intelligence | Web Developer | Pencinta Humanisme dan Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Etiskah Membaca Buku di Toko Buku?

2 Januari 2018   10:12 Diperbarui: 2 Januari 2018   22:27 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membaca Buku di Toko Buku via Tribunnews

Awalnya, saya ingin membuat judul "Dosakah Membaca Buku di Toko Buku?", namun saya urungkan niat tersebut. Kenapa perihal dosa harus dibawa-bawa ke dalam ranah membaca buku, sepertinya itu tidak etis. Jika kita membicarakan tentang etis atau tidak etisnya sesuatu, itu semua tergantung perspektif indivindu itu sendiri. Pantaskah jika saya seandainya menggunakan judul "Dosakah Membaca Buku di Toko Buku?" pada artikel kali ini? Jawabannya pasti beragam, karena etis, kepantasan, atau kepatutan sesuatu itu tidaklah mutlak. Bisa saja saya menjawab, "Sah-sah saja." atau berbeda dengan para pembaca di sini yang tidak menyetujuinya, atau malah dengan tegas menjawab: "Boleh, tidak ada masalah."

Lupakan perihal judul di atas, karena saya sudah memutuskan untuk membuat judul seperti yang ada di atas. Mari kita masuk ke pembahasan utamanya. Etiskah membaca buku di toko buku? Jawabannya pun akan sama beragamnya seperti halnya saat kita memperdebatkan soal judul. Saya pribadi akan menjawab bahwa membaca buku di toko buku itu TIDAK ETIS. 

Maksud membaca buku di toko buku ini adalah seseorang yang dengan sengaja dan sadar telah membaca buku yang ada di toko buku tanpa membelinya. Jawaban saya pun mungkin akan sama persis bagi para staf, pemilik atau pengurus toko buku tersebut, "Hei, kalian para pencuri kecil telah merugikan bisnisku!"

Pencuri? Terlalu berlebihan, kah? Sepertinya tidak, karena para pembaca usil tersebut memang macam pencuri. Diam-diam mengendap, lalu mengambil salah satu atau lebih buku dari toko buku. Lalu dengan beringasnya mereka merobek plastik pembukus buku tersebut. Mereka macam pencuri saja, karena mereka secara tidak langsung telah mencuri hak-hak para pembeli buku yang legal. Hak untuk membuka pembungkus buku untuk pertama kalinya, hak untuk membaca pengantar, bab pertama dan lainnya.

Bagi pemilik toko pun, para pencuri ini secara perlahan telah merugikan bisnis mereka. Siapa yang mau membeli buku yang sudah 'diperawani' oleh orang lain? Apalagi sudah lecek dan kotor karena sudah dibaca oleh banyak pencuri usil. Jujur, apakah kamu akan membeli buku dengan kondisi seperti itu? Kalau saya sih tidak mau, lebih baik mencari buku yang sama di toko buku lain dengan kondisi yang baik.

Tidak bisa dipungkiri, saya pun pernah membaca buku di toko buku namun saya membaca buku yang sudah dibuka dan dibaca oleh pencuri lainnya. Entah saya pembaca ke berapa, dan kondisi bukunya pun sudah memprihatinkan. Saya berjanji tidak akan ikut 'mencuri' lagi.

Lalu bagaimana dengan pembelaan para pencuri usil tersebut? Mereka mungkin akan membela diri, "Kau terlalu berlebihan, Ray. Saya di sana hanya membaca sekilas. Tidak keseluruhan." atau "Saya hanya ingin memastikan apa isinya sebagus cover-nya,"

"Hei, itu memang faktanya. Kau mencuri hak-hak para pembeli lainnya. Sedikit atau bahkan kau selesaikan pun sama saja, kau tetap sudah merusak buku tersebut," ucapku geram, "Hei, apa kau tidak tahu dengan yang namanya sinopsis yang ada di belakang buku? Kalau pun ingin lebih, silakan cari puluhan resensi bukunya di internet." Ucapku.

Saranku, jika kamu ingin membaca buku secara gratis, datanglah ke Perpustakaan Nasional, perpustakaan di daerah atau minimal perpustakaan yang ada di sekolahmu. Jika memang kau belum mampu membelinya, menabunglah sedikit demi sedikit atau kamu bisa membeli buku tersebut dalam bentuk eBook yang biasanya lebih murah dibandingkan buku fisiknya. 

Jadi, apakah kamu masih ingin membaca buku di toko buku? 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun