Mohon tunggu...
Rawi Muin
Rawi Muin Mohon Tunggu... -

https://rawimuin.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Umur Bukan Penentu Kedewasaan, Melainkan dari Proses Belajar

29 Juli 2017   23:01 Diperbarui: 29 Juli 2017   23:47 21367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sebagian orang beranggapan bahwa dewasa adalah saat usia kita menginjak angka tertentu. Angka 17 tahun adalah angka yang paling sering dikaitkan dengan usia dewasa. Karena saat itulah seseorang diwajibkan untuk memiliki kartu identitas kependudukan. Inilah yang juga membuat remaja-remaja seolah mewajibkan perayaan 17 tahun atau lebih dikenal dengan sebutan Sweet Seventeen.

Ketika berusia 17 tahun, seorang yang tadinya berada pada fase remaja kini berpindah ke tahap dewasa. Jika usia 17 tahun saja dianggap dewasa, maka tentu usia yang lebih matang atau lebih tua dari itu dianggap lebih dewasa. Tapi benarkah kedewasaan itu diukur dari usia? Kenyataan yang dilihat adalah banyak orang yang berusia matang tapi justru bertingkah kekanak-kanakan. Atau sebaliknya seroang remaja belasan tahun justru bisa bersikap bijak layaknya orang yang berusia tua

Jadi, bukanlah usia yang menjadi penentu kedewasaan seseorang, melainkan bagaimana cara ia berpikir dan bersikap. Saya pun juga belum yakin apakah saya benar-benar telah dewasa atau masih belum dewasa. Meski telah berusia seperempat abad, tapi saya masih sering tidak sadar dengan umur sendiri. Saya menyukai hal-hal yang juga disukai anak-anak. Membicarakan hal-hal sepele yang sering menjadi topik perbincangan anak usia remaja.

Saat menulis ini, tiba-tiba saya teringat dengan sebuah kutipan dari novel karangan Ari Noer yang berjudul Dilatasi Memori.

Jiwa kekanakan itu takkan pernah hilang berapapun usia pemiliknya. Ia menetap seumur hidup, tersimpan di salah satu lapisan jiwa dan akan muncul sewaktu-waktu. Jiwa kekanakan yang teramat manis. Jiwa kekanakan yang membuat seseorang menjad sentimental.

Meski begitu, jiwa kekanakan tak lantas harus terus dipelihara. Jika memang ia tengah datang maka biarkan hingga ia pergi dengan sendirinya. Karena terlalu menahan diri dengan hal itu juga akan menghambat proses menuju kedewasaan. Kita hanya akan stuck di situ tanpa berniat memikirkan hal lainnya.  Padahal untuk menuju kedewasaan diperlukan kesabaran dan keikhlasan dalam menghadapi segala masalah.

Tidak ada standar pasti untuk menunjukkan kedewasaan seseorang. Semua masih relatif tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Kedewasaan sering pula diidentikkan dengan sikap bijak. Ketika seseorang mampu melihat masalah secara bijak, tenang, dan mampu memberikan solusi pemecahan masalah, itu juga kadang disebut sebagai dewasa.

Intinya, kedewasaan adalah proses bukan hasil. Karena sampai kapan pun manusia akan terus bersikap tidak dewasa. Manusia lanjut usia saja akan kembali bertingkah seperti anak-anak padahal umurnya sudah jauh dari kata muda. Jika tua adalah dewasa maka semua orang yang berusia tua pastilah bersikap dewasa. Tapi yang terlihat tidaklah demikian.

"Tua adalah pasti tapi dewasa adalah pilihan". Artinya kedewasaan adalah sebuah pilihan hidup. Tidak semua orang memilih untuk menjadi dewasa. Ada orang-orang yang hidup tanpa mempedulikan kehidupan sekitarnya. Ada pula orang yang hidupnya penuh masalah sementara yang lain hidupnya tenang dan damai. Namun, apapaun jenis kehidupan yang dilalui, kedewasaan tetaplah sebuah pilihan yang didasarkan atas prinsip yang dipegang.

Sopan santun, menghargai orang lain, kepedulian sosial, dan sederet sikap baik lainnya adalah sikap-sikap yang sering diasosiasikan sebagai kedewasaan. Intinya, kedewasaan tidak dilihat dari tahun berapa ia lahir, melainkan dari sikap dan cara berpikirnya. Yang paling mudah dilihat adalah bagaimana cara kita memperlakukan orang lain serta bagaimana cara ia berbicara. Tapi seorang yang dewasa bukan asal bicara melainkan bagaimana cara ia menyampaikannya dan apa isi topik pembicaraannya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun