Mohon tunggu...
Rahadian Setiya Nugroho
Rahadian Setiya Nugroho Mohon Tunggu... Guru Bimbingan Konseling SMK 3 Tegal

Saya menyukai politik, sejarah, psikologi, sport dan peternakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

SMK DINAMIKA TEGAL, Jejak Sekolah Marhaenis Yang Tetap Menyala

7 Oktober 2025   08:37 Diperbarui: 7 Oktober 2025   08:37 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan Indonesia memiliki akar ideologis yang kuat dalam perjuangan kemerdekaan bangsa. Salah satu sumber ideologi tersebut adalah Marhaenisme, gagasan politik dan sosial yang diperkenalkan oleh Ir. Soekarno pada awal tahun 1930-an. Marhaenisme merupakan bentuk konkret dari semangat rakyat kecil yang berjuang untuk berdiri di atas kaki sendiri, bebas dari penindasan kolonial maupun ketergantungan ekonomi asing (Soekarno, 1964).Dalam pandangan Soekarno, pendidikan memiliki peran strategis untuk menumbuhkan kesadaran nasional dan membentuk manusia Indonesia yang merdeka. Ia mengkritik sistem pendidikan kolonial yang hanya mencetak tenaga kerja untuk kepentingan penjajah, bukan membangun karakter bangsa (Latif, 2011). Oleh karena itu, pendidikan Marhaenisme diarahkan untuk membebaskan manusia dari kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan, serta menjadikan rakyat sebagai subjek pembangunan.

Runtuhnya kekuasaan Sukarno yang ditandai dengan peristiwa G.30 s/ 1965, merupakan awal diambil alihnya aset-aset milik orang dan komunitas yang dianggap kiri, oleh tentara dan Orde Baru. Termasuk di dalamnya sekolah-sekolah berideologi Marhaenis. STM Maerhaenis Tegal berubah pengelolaan menjadi STM YDW, dengan manajemen barunya. 

Pada masa Orde Baru, ideologi Marhaenisme mengalami marginalisasi. Pemerintah menekankan pembangunan ekonomi teknokratis dan stabilitas politik yang kurang membuka ruang bagi ideologi kerakyatan Soekarno (Nasution, 2014). Akibatnya, pendidikan lebih diarahkan pada efisiensi dan produktivitas ekonomi, sementara aspek kesadaran sosial dan kemandirian rakyat cenderung diabaikan.

Namun demikian, spirit Marhaenisme tetap bertahan di kalangan aktivis pendidikan alternatif. Beberapa organisasi masyarakat dan guru progresif mengembangkan pendekatan pendidikan rakyat yang berorientasi pada kesadaran kritis, sejalan dengan pemikiran Paulo Freire (Freire, 1984) dan gagasan Soekarno tentang pendidikan pembebasan.

Awal pertentangan ideologis inilah yang menginspirasi 5 orang guru STM YDW Tegal bekerja sama untuk mendirikan STM yg sesuai dengan spirit ideologisnya. Pak Bandrio, Sarjito, Abas, Sudibyo dan Samsudin bahu membahu dengan modal semangat mendirikan STM Dinamika, 10 Januari 1974. Dinamika merupakan kepanjangan dari Dinamo dan Kontruksi Air, dua program studi awal pendiriannya.STM Dinamika diawal pendiriannya nebeng di gedung koprasi di Gudang Barang, salah satu tempat warisan kolonial di Kota Tegal. Kampus awal ini harus berbagi tempat dengan pertunjukan ketoprak, salah satu seni budaya kemasyarakatan yang sangat populer di masanya. Semangat ideologis ini terus menyala dengan modal awal 100 murid, jumlah yang lumayan besar untuk awal pendirian sebuah sekolah. Jumlah murid terus bertambah sehingga pengelola, menyewa kelas tambahan di SMP Negeri 8. Sampai akhirnya mampu membangun kampus mandiri di jalan glatik 68, Randugunting, Kota Tegal.

doc pribadi dmc68
doc pribadi dmc68

Sekarang SMK Dinamika tetap eksis dengan mengusung spirit pendidikan untuk marhaenis yang tetap sejalan dengan kondisi jaman. Isi dari pendidikan di SMK Dinamika yaitu,

1. Kemandirian dalam Belajar

  • Program: Student Independent Project
    Siswa diberi ruang membuat proyek sederhana sesuai minat, misalnya budidaya tanaman, aplikasi digital, atau karya seni.

  • Tujuan: Melatih kemandirian, kreativitas, dan kemampuan problem solving.

  •  Siswa SMK Dinamika membuat aplikasi sederhana untuk jual beli produk lokal sekolah dengan modal terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun