Mohon tunggu...
Abdur Rauf
Abdur Rauf Mohon Tunggu... Dosen

Sociolinguistik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Iman yang Menjaga Tanah Air

20 Agustus 2025   11:12 Diperbarui: 20 Agustus 2025   11:12 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bangsa Indonesia adalah anugerah sejarah yang sangat berharga. Ia lahir dari pergulatan panjang rakyat yang beragam suku, bahasa, dan agama, tetapi bersatu karena satu cita-cita: merdeka dan berdaulat. Kemerdekaan yang telah kita nikmati ini tidak jatuh dari langit begitu saja. Ia ditebus dengan darah dan pengorbanan generasi terdahulu. Karena itu, menjaga dan membela negara adalah kewajiban moral, bukan hanya urusan militer atau politik.

Baru-baru ini, Indonesia menerima sistem persenjataan baru, rudal KHAN dari Turki. Bagi sebagian orang, ini mungkin hanya catatan teknis dalam bidang pertahanan. Tetapi lebih dari itu, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa dunia tidak pernah benar-benar sunyi dari ancaman. Kedaulatan bangsa tidak bisa dijaga dengan doa semata, tetapi juga dengan ikhtiar yang nyata.

Dalam tradisi Islam, iman bukan hanya urusan ritual. Ia harus hadir dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam urusan menjaga tanah air. Allah berfirman dalam QS An-Nisa ayat 66, bahwa bila manusia diperintah untuk berkorban, hanya sedikit yang benar-benar sanggup. Pesan ayat ini jelas: iman menuntut keseriusan, keberanian, dan kesiapan untuk membayar harga dari sebuah keyakinan.

Bela negara, dalam pengertian yang luas, adalah konsekuensi dari iman itu sendiri. Seorang Muslim yang sadar akan agamanya akan memahami bahwa membela tanah air bukanlah pilihan, melainkan kewajiban. Tanah air adalah tempat iman ditegakkan, masjid-masjid berdiri, anak-anak belajar, dan keluarga-keluarga bernaung. Menjaga Indonesia berarti menjaga ruang bagi kehidupan beragama yang tenang dan bermartabat.

Para pendiri bangsa telah memberi teladan. Mereka datang dari latar belakang yang berbeda, tetapi memiliki satu kesadaran: tanpa kedaulatan, tidak ada masa depan. Para ulama, santri, dan tokoh Islam sejak awal memahami hal ini. Mereka berjuang bukan hanya demi bangsa, tetapi juga demi iman yang mereka hayati.

Kini, ketika negara memperkuat pertahanannya dengan sistem modern seperti rudal KHAN, kita harus melihatnya sebagai bagian dari amanah itu. Amanah untuk memastikan rakyat dapat hidup aman dari ancaman luar, agar energi bangsa bisa dicurahkan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Persenjataan bukan untuk gagah-gagahan, tetapi sebagai pagar, agar rumah kita tidak mudah diusik orang lain.

Namun, kita tidak boleh terjebak dalam pandangan bahwa kekuatan bangsa hanya terletak pada senjata. Senjata hanyalah alat. Yang lebih menentukan adalah kualitas iman, moral, dan kecintaan kita kepada bangsa ini. Tanpa itu semua, bahkan senjata paling canggih pun tidak akan berarti.

Karena itu, bela negara bukan hanya tugas tentara di medan perang, melainkan juga tugas guru di kelas, petani di sawah, dokter di rumah sakit, dan mahasiswa di kampus. Semuanya bagian dari ikhtiar menjaga Indonesia agar tetap kokoh.

Di sinilah letak optimisme kita. Bahwa dengan iman yang kokoh, persatuan yang tulus, dan ikhtiar yang sungguh-sungguh, Indonesia akan tetap berdiri tegak di tengah dunia yang penuh gejolak. Maka, mari kita pahami: bela negara adalah konsekuensi iman. Iman yang hidup tidak akan membiarkan bangsanya rapuh. Setiap Muslim yang baik adalah warga negara yang baik, karena ia sadar bahwa tanah air adalah amanah Allah.

Dengan sikap ini, kita tidak hanya menjaga diri dari ancaman luar, tetapi juga membangun peradaban dalam negeri yang adil, makmur, dan diridai Tuhan. Mari menatap masa depan dengan harapan: bahwa Indonesia, dengan segala keberagamannya, akan tetap menjadi rumah yang damai bagi umat Islam dan seluruh warga bangsa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun