Mohon tunggu...
Ratu Patricia
Ratu Patricia Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

hanya seorang mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tragedi Rumah Bolotu

2 Desember 2022   21:04 Diperbarui: 2 Desember 2022   21:12 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Rumah Bolotu

"Andreas! Jangan ganggu adikmu terus!", seru Mama dari dalam kamar utama. "Yah, begitu saja mengadu ke Mama, mental yupi kamu dik! Hahahah", hardik Andreas kepada Pia. "Abang itu sudah jelek, bau, tidak sayang pula sama adik sendiri, memang kakak aku yang paling baik seperti malaikat hanya Bang Kido!", balas Pia sembari menjulurkan lidah kepada Andreas, melihat reaksi Pia yang kesal tidak membuat Andreas sebal justru ia merasa kurang puas karena adiknya tidak kunjung menangis setelah ia jahili.

Ya, Andreas tinggal bersama Mama dan Pia di Bajo, sedangkan anak sulung Mama, Bang Kido, tengah bertugas di Papua, sedangkan Papa? Tidak ada yang tahu Papa dimana sejak 9 tahun yang lalu, dimana saat Papa sedang mendapat panggilan untuk bertugas di Tidore. Hilang. Tidak ada kabar. Anehnya Mama tidak pernah menangis akan hal itu.

Malam telah tiba, seperti biasa Pia dan Andreas segera pergi menuju Rumah Bolotu mereka, sambil mengendap-endap Pia pergi keluar pekarangan rumah dengan tangan yang penuh, membawa cokelat, susu, selimut rajut Mama, dan beberapa snack lainnya, sedangkan Andreas berjalan santai di belakang adiknya sembari membawa karpet bulu dan teleskop. "Abang, cepatlah sedikit, kenapa abang seperti siput?", ucap Pia, "Sudahlah dik, Mama tidak akan marah kalau tahu, kita sedang libur! Bagaimana sih kamu ini", balas Andreas, "Uhuh, kalau Pia lebih dulu sampai Rumah Bolotu.

SEMUA SNACK AKAN JADI MILIK PIA BAHAHAHAH", ucap Pia kepada Andreas lantas berlari kencang, "Hey! Pia! Jangan rakus ya kamu! tunggu aku Pia!", teriak Andreas, sayangnya Pia sudah berlari jauh di depan Andreas. Jarak Rumah Bolotu dengan rumah Mama tidaklah jauh, cukup menyebrangi jalan dan sampailah mereka di tepi pantai, ya, memang Andreas dan Pia memiliki markas disana, mereka berdua sangat menyukai laut sehingga Papa membuatkan mereka Rumah Bolotu di pantai seberang rumah.

Pia telah samapi terlebih dahulu di Rumah Bolotu, dengan tangannya yang penuh ia berusaha untuk membuka pintu tapi tetap saja, Pia kewalahan, alhasil ia memilih untuk menunggu Andreas tiba. Tak lama setelah kedatangannya, Andreas datang dengan menenteng teleskop dan karpet bulunya, "Dik, selagi pantai sedang sepi, bagaimana kalau kita berbaring di atas pasir saja? Tidak usah di dalam Rumah Bolotu!", Andreas berucap dengan semangat,

"Mau berbaring dengan apa bang? Karpet bulu mana cocok digelar di atas pasir, kalau kotor lalu Mama mengomel, Pia tidak akan ikut campur ya", balas Pia sedikit melotot, "Haduh Pia.. Pia, santailah sedikit, tidak masalah nanti abang yang tanggung jawab! Gimana? Mau?", tanya Andreas, "Oke, Pia mau", jawab Pia singkat. 

Tanpa membuang waktu lagi Pia dan Andreas bergegas menata barang bawaan mereka, dengan semangat Pia membuka bungkus cokelat yang ia bawa dan melahapnya semari berbaring sedangkan Andreas hanya berbaring di sebelah Pia sembari menatap langit. Malam itu cerah, tidak ada awan yang menghalangi gemerlapnya bintang dan terangnya bulan, sungguh indah. Nyaman. Andreas dan Pia memiliki banyak kesamaan, salah satunya mereka sangat senang dengan suasana malam yag cerah di Pantai.

"Pia", panggil Andreas, "Mau apa kamu bang", balas Pia, "Ya Tuhan, sewot sekali makhluk satu ini", Andreas mendengus, "Abang jangan seperti perempuan deh, begitu saja dibawa perasaan, kenapa abangku sayang? Ada apa gerangan memanggil Pia yang manis ini", jawab Pia gemas, "Hahahah, lebih manis Putri daripada kau! hahahahah", Andreas kembali jahil, "Sudahlah bang, akui saja sekali bahwa Pia itu manis, selalu saja abang bandingkan aku dengan kak Putri, tidak Pia restui baru tau rasa", ucap Pia sinis, "Hahahah, becanda Pia, kau itu adik abang yang paling manis, cantik, dan lucu sedunia!", hibur Andreas, 

"Ya ya ya, cepat jawab sekarang kenapa abang tadi memanggilku! Mau cokelatkah?", tanya Pia, "Tidak.. hanya saja terlintas dipikiran Abang, sekarang ini adalah masa yang yang abang suka, menatap langit bersama Pia, melihat bintang, berbaring di atas pasir, apa ini semua bisa berlanjut selama-lamanya?", ucap Andreas, "Abang ini kenapa tiba-tiba mengatakan kalimat mellow seperti itu, nikmati saja apa yang sedang terjadi sekarang, selagi bisa bahagia tidak usah memikirkan hal-hal yang membuat galau", jawab Pia, 

"Abang sedang ada masalah ya? Atau abang sedang..", tuduh Pia, "Enggak ada ya, jangan ngaco, abang itu gak kenapa-napa, yaa cuman random aja Piaa", potong Andreas, "Sebetulnya bang, Pia rindu papa, Pia juga rindu bang Kido, kapan ya kita bisa kumpul bersama lagi?", ucap Pia lirih, Andreas yang mendengar kalimat yang dikatakan Pia hanya bisa diam, masalahnya Andreas juga merasakan hal yang sama terlebih ia tidak tahu harus membalas dengan kata-kata apa untuk menjawab pernyataan Pia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun