Mohon tunggu...
Moeh Zainal Khairul
Moeh Zainal Khairul Mohon Tunggu... Konsultan - Penjelajah

Tenaga Ahli Pendamping UKM Dinas Koperasi dan UKM Kota Makassar 2022 dan 2023 Coach Trainer Copywriting LPK Magau Jaya Digital

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Hari Kasih Sayang dalam Menekan Perceraian

14 Februari 2018   13:38 Diperbarui: 14 Februari 2018   13:45 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Semoga Cinta Tetap Awet di Musim Hujan (.pinterest.com)

 

Hari Kasih sayang  yang  lagi dirayakan hampir di seluruh dunia dengan berbagai pernak-perniknya. Hotel-hotel dan tempat makan restaurant pun berlomba menawarkan paket malam romantic berdua dengan harga special. 

Dilengkapi dengan dekorasi romantis dan ditambah dengan live music untuk menghibur dua insan yang saling mencintai dan di mabuk asmara dan kasih sayang.

Semua itu merupakan perwujudan cinta dan kasih sayang akan dua insan dimana tidak mengenal tua muda bahkan yang sudah bertahun-tahun menikah pun ingin kembali mengulang kisah-kisah romantic ketika mereka baru pertama kali mengikrarkan cinta mereka sehidup dan semati.

 Para abg pun tak kalah romantic diberbagai media, terutama media cetak seperti Di tribun milenial para abg pun mengungkapkan ingin diberi coklat atau bunga di momen special mereka nanti. Sebagai wujud cinta mereka yang berharap abadi dan langgeng hingga maut memisahkan.

Ironisnya dikutip badan pusat statistik (BPS) khususnya di wilayah provinsi Sulawesi Selatan jumlah kasus perceraian dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan signifikan. Pada tahun 2012 jumlah kasus perceraian pasangan mencapai 11.742 pasangan dan meningkat signifikan di tahun 2014 sebanyak 12.211 pasangan yang mengajukan cerai. 

Apa sebenarnya masalah ini mengapa pernikahan sekarang sangat mudah mengucapkan kata cerai. Semakin banyak jumlah peceraian tentunya akan semakin merusak tatanan hidup masyarakat. Sebab yang bercerai bukan hanya dua insan tetapi dua keluarga yang dipersatukan dalam sebuah pernikahan tak jarang menjadi renggang bahkan saling bermusuhan.

Dari data perceraian yang semakin meningkat tiap tahun sebaiknya pasangan yang akan menikah terlebih dahulu meniatkan dalam dirinya bahwa menikah dan berumah tangga itu adalah ada seperti seperti sekolah tiada akhirnya. 

Setiap hari adalah ujian, namun tidak pernah ada kelulusan dan nanti berakhir setelah kita dipanggil ke haribaan Allah Yang Maha Kuasa. Tidak jarang kita mendengar kisah seorang kakek dan nenek memutuskan bercerai, jika dipakai akal logis buat apa mengajukan cerai ? Apa lagi yang dicari dalam hidup namun itulah sebuah pernikahan layaknya sekolah tanpa akhir.

Pernikahan adalah sekolah tanpa akhir, tidak akan pernah ada yang ahli dalam sebuah pernikahan, bahkan penulis bisa menjamin tidak akan ada lembaga yang memberi sertifikat lulus dalam sebuah pernikahan. 

Sebab pernikahan adalah proses belajar tiada henti memahami pasangan anda dan melihat lebih jernih setiap persoalan yang datang silih berganti hingga maut datang memisahkan dua insan. Siapa sangka seorang kakek dan nenek pun masih terkena proses drop out.Belajar tiada henti disinilah letak seni dan keindahan sebuah pernikahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun