Artikel ini membahas bagaimana generasi emas dapat berubah dari generasi muda yang biasanya "rebahan" atau pasif menjadi generasi yang produktif, kreatif, dan berkontribusi nyata bagi bangsa. Penulis menawarkan tiga formula rahasia yang sederhana namun berhasil untuk mendorong transformasi ini. Â
1. Mindset Perubahan---Berpikir Tumbuh (Growth Mindset) Mengubah pola pikir adalah kunci pertama. Â Generasi rebahan sering terjebak pada area yang nyaman dan merasa waktu mereka masih panjang. Â Growth mindset---keyakinan bahwa kemampuan dapat diperoleh melalui usaha dan pembelajaran---ditunjukkan oleh formula ini. Â Pola pikir ini mendorong remaja untuk mencoba hal baru, tidak takut gagal, dan selalu mencari peluang baru.
2. Manajemen Waktu dan Disiplin Diri: Manajemen waktu adalah formula kedua. Â Artikel ini menekankan bahwa produktivitas adalah kemampuan untuk menghabiskan waktu untuk hal-hal yang bermanfaat daripada bekerja tanpa henti. Â Anak-anak dapat melepaskan diri dari kebiasaan rebahan dengan menggunakan strategi sederhana seperti membuat jadwal harian, menggunakan teknik untuk membatasi waktu, atau menetapkan tujuan kecil tapi konsisten.
3. Â Aksi & Kolaborasi Nyata: Formula terakhir menggarisbawahi betapa pentingnya aksi. Â Mereka tidak hanya memiliki ide bagus, mereka juga berani melakukannya. Â Penulis menyarankan anak-anak untuk berpartisipasi secara aktif dalam komunitas, organisasi, atau proyek sosial agar mereka terbiasa bekerja sama dan melihat hasil kerja mereka. Â Dengan bekerja sama, jejaring berkembang, guru kepemimpinan muncul, dan karakter tangguh dibentuk.
Perincian  Untuk tetap relevan dengan dinamika dunia kerja dan industri yang berubah cepat di era komputer dan internet saat ini, perguruan tinggi harus secara menyeluruh mengalami transformasi.  Transformasi ini mencakup pengembangan sistem pembelajaran berbasis teknologi seperti e-learning, hybrid, dan pemanfaatan big data untuk analisis kinerja akademik.  Perguruan tinggi sekarang lebih dari sekadar tempat untuk belajar, tetapi juga tempat untuk menciptakan ide-ide baru. Mereka mendidik siswa menjadi individu yang inovatif, cerdas, dan berdaya saing di seluruh dunia.  Sebaliknya, renovasi industri memerlukan tenaga kerja yang memiliki kemampuan baru seperti literasi data, kecerdasan buatan, Internet of Things (IoT), dan sustainability. Ini adalah bagian dari proses digitalisasi industri.  Ini berarti bahwa perguruan tinggi harus menyesuaikan kurikulum mereka dengan kebutuhan industri 4.0. Mereka juga harus memperkuat kolaborasi riset dengan bisnis, dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan magang atau proyek riil.
Terakhir, keberhasilan perguruan tinggi di era digital diukur dari kemampuan mereka untuk menggunakan teknologi yang canggih dan bagaimana mereka dapat membangun lingkungan pembelajaran yang inklusif, fleksibel, dan berbasis nilai. Perguruan tinggi yang berhasil adalah yang mampu menghasilkan lulusan yang berkarakter, inovatif, dan siap menghadapi tantangan industri yang terus berubah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI