Mohon tunggu...
Ratu Naila Rahmatika
Ratu Naila Rahmatika Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah mahasiswi aktif Program Studi S1 Keperawatan di STIKes Mitra Keluarga. Memiliki ketertarikan pada dunia kesehatan, khususnya keperawatan. Aktif menulis sebagai media edukasi dan refleksi, dengan harapan bisa memberikan kontribusi positif bagi masyarakat melalui tulisan-tulisan yang informatif dan inspiratif.

Selanjutnya

Tutup

Healthy

penerapan program gentas sebagai intervensi keperawatan komunitas dalam pencegahan obesitas pada remaja

2 Juli 2025   13:06 Diperbarui: 2 Juli 2025   13:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pertumbuhan remaja tampak terlihat dengan meningkatnya tinggi, berat badan, lingkar kepala,
lingkar lengan atas, lingkar dada, serta lainnya. Pertumbuhan pada remaja juga dipengaruhi oleh
faktor gizi dikonsumsinya. dan nutrisi Salah yang satu permasalahan gizi dan nutrisi yang kurang
baik pada remaja adalah berat badan yang sangat berlebih seusianya atau disebut juga dengan
obesitas. Obesitas sendiri lazim terjadi pada siapapun, termasuk bayi, anak-anak, remaja, dewasa
serta lanjut usia juga wanita maupun laki-laki. Obesitas terjadi dikarenakan energi yang dihasilkan
dan yang dikeluarkan tidak seimbang, oleh karena itulah energi yang berlebih tersimpan dalam
bentuk lemak ditubuh (Wati, 2023)
Menurut (WHO, 2024) Obesitas adalah suatu kondisi penyakit kronis yang bersifat kompleks,
ditandai dengan akumulasi lemak tubuh secara berlebihan yang dapat berdampak negatif terhadap
kesehatan individu. Kondisi ini meningkatkan kemungkinan munculnya berbagai penyakit tidak
menular seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, gangguan sistem reproduksi, gangguan tulang
dan otot, serta jenis-jenis kanker tertentu. Selain itu, obesitas juga dapat memengaruhi kualitas
hidup seseorang, termasuk terganggunya pola tidur dan keterbatasan dalam melakukan aktivitas
fisik. Untuk menentukan status obesitas, digunakan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT), yang
diperoleh dari perbandingan berat badan dalam kilogram dengan kuadrat tinggi badan dalam
meter. IMT sering digunakan sebagai indikator utama, namun pengukuran tambahan seperti
lingkar pinggang juga penting untuk mengidentifikasi obesitas sentral. Pada anak-anak dan remaja,
klasifikasi obesitas menggunakan standar IMT yang telah disesuaikan berdasarkan usia dan jenis
kelamin.
Secara global, angka kejadian obesitas mengalami peningkatan yang sangat mencolok dalam
beberapa dekade terakhir. Menurut data (WHO, 2024), pada tahun 2022, diperkirakan satu dari
delapan orang di seluruh dunia hidup dengan obesitas. Jumlah orang dewasa yang mengalami
obesitas telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 1990, sementara pada remaja
peningkatannya mencapai empat kali lipat. Masih pada tahun yang sama, sekitar 2,5 miliar orang
dewasa berusia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, dengan 890 juta di antaranya
termasuk dalam kategori obesitas. Angka ini merepresentasikan sekitar 43% populasi dewasa yang
mengalami kelebihan berat badan dan 16% yang mengalami obesitas. Fenomena serupa juga
ditemukan pada kelompok anak-anak. Pada tahun 2024, terdapat sekitar 35 juta anak di bawah
usia lima tahun yang mengalami kelebihan berat badan. Selain itu, lebih dari 390 juta anak dan
remaja usia 5 hingga 19 tahun teridentifikasi mengalami kelebihan berat badan, dengan 160 juta
di antaranya termasuk obesitas. Data ini menunjukkan bahwa obesitas telah berkembang menjadi
masalah kesehatan masyarakat berskala global yang membutuhkan upaya pencegahan dan
penanggulangan secara terintegrasi dan berkelanjutan di berbagai sektor.
Adapun Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2023 yang diterbitkan oleh
Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
prevalensi obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun menunjukkan tren peningkatan yang
signifikan. Pada tahun 2023, angka prevalensi obesitas tercatat sebesar 23,4%, meningkat dari
21,8% pada tahun 2018. Peningkatan ini mencerminkan memburuknya situasi obesitas di
Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Beberapa provinsi tercatat memiliki prevalensi
obesitas tertinggi, yaitu DKI Jakarta (31,8%), Papua (31,3%), dan Sulawesi Utara (30,6%), yang
menunjukkan adanya variasi geografis yang signifikan dalam distribusi kasus obesitas. Selain
obesitas umum, prevalensi obesitas sentral yang diukur berdasarkan lingkar perut pada penduduk
usia 15 tahun juga tergolong tinggi, dengan angka nasional mencapai 36,8%. Provinsi dengan
angka obesitas sentral tertinggi meliputi DKI Jakarta dan Sulawesi Utara (45,7%), serta Papua
Tengah (44,3%). Data ini menunjukkan bahwa obesitas tidak hanya merupakan persoalan
individual, melainkan telah menjadi permasalahan kesehatan masyarakat yang kompleks dan
multidimensional. Oleh karena itu, intervensi yang bersifat promotif dan preventif perlu segera
dirancang dan diterapkan secara masif, terutama melalui pendekatan berbasis komunitas yang
menyasar faktor gaya hidup dan lingkungan yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko
obesitas(Kemenkes RI, 2023).
Salah satu bentuk intervensi strategis yang digagas oleh pemerintah dalam upaya penanggulangan
obesitas adalah melalui Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS). Program ini
diluncurkan sebagai respons terhadap peningkatan prevalensi obesitas di Indonesia yang kini telah
menjadi isu kesehatan masyarakat berskala nasional. GENTAS bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga berat badan ideal sebagai bagian dari
penerapan pola hidup sehat. Gerakan ini berfokus pada pendekatan promotif dan preventif, dengan
menekankan pada pengaturan pola makan seimbang, peningkatan aktivitas fisik, serta pemantauan
status gizi yang berkesinambungan. Sebagai sebuah gerakan nasional, GENTAS melibatkan
seluruh elemen Masyarakat termasuk keluarga, institusi pendidikan, tenaga kesehatan, serta
komunitas lokal dalam menciptakan lingkungan yang kondusif bagi terbentuknya perilaku hidup
sehat. Dalam konteks keperawatan komunitas, GENTAS berperan sebagai sarana intervensi yang
efektif karena mengedepankan keterlibatan langsung masyarakat dalam upaya pengendalian faktor
risiko obesitas. Hal ini diwujudkan melalui pelaksanaan edukasi kesehatan berbasis komunitas,
pelatihan kader kesehatan, dan kampanye publik yang dilaksanakan secara terintegrasi.
Pendekatan ini selaras dengan prinsip dasar keperawatan komunitas, yaitu pemberdayaan
masyarakat untuk mampu mengenali, mencegah, dan menangani masalah kesehatan secara
mandiri dan berkelanjutan.
Melalui implementasi GENTAS, diharapkan dapat terjadi penurunan prevalensi obesitas,
khususnya pada kelompok usia remaja dan dewasa muda yang merupakan kelompok paling rentan
terhadap dampak gaya hidup tidak sehat. Dengan demikian, GENTAS tidak hanya berfungsi
sebagai program kesehatan pemerintah, tetapi juga merupakan bentuk nyata intervensi
keperawatan komunitas yang mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.
Pesan utama dari program GENTAS adalah mendorong masyarakat untuk menerapkan gaya hidup
sehat secara konsisten guna mencapai dan mempertahankan berat badan ideal, serta menekan laju
peningkatan obesitas melalui strategi promotif dan preventif berbasis partisipasi aktif seluruh
lapisan masyarakat.
Perawat komunitas sebagai bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan memiliki peran
penting dalam menyukseskan program GENTAS. Melalui pendekatan keperawatan komunitas,
perawat dapat memberikan edukasi kesehatan, melakukan skrining status gizi, serta mendampingi
perubahan perilaku sehat di tingkat individu, keluarga, dan masyarakat. Esai ini bertujuan untuk
mengkaji penerapan program GENTAS sebagai salah satu bentuk intervensi keperawatan
komunitas dalam pencegahan obesitas pada remaja, serta mengevaluasi kontribusi perawat dalam
mengimplementasikan strategi promotif dan preventif dalam menurunkan prevalensi obesitas.
PEMBAHASAN
A. Program gentas
Kementerian Kesehatan, dalam menjalankan tugas, wewenang, dan fungsi utamanya, telah
menyusun Buku Panduan Pelaksanaan Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas
(GENTAS) sebagai langkah strategis untuk mengendalikan masalah obesitas. Penyusunan
panduan ini dilakukan melalui kerja sama lintas sektor, lintas program, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat, serta dunia usaha. Ditujukan menjadi acuan dalam
pelaksanaan program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM),
khususnya bagi para tenaga kesehatan dan instansi terkait di seluruh Indonesia. Program
ini menyasar masyarakat secara luas guna mendorong peningkatan kepedulian dan
partisipasi aktif dalam upaya mencapai berat badan yang ideal. Sasaran spesifik dari
program ini mencakup individu, kader, sektor pendidikan, organisasi profesi, organisasi
keagamaan dan kemasyarakatan, instansi pemerintahan, media massa, lembaga swadaya
masyarakat, serta mitra pembangunan internasional.
Tiga pesan inti dari program ini adalah mengatur pola makan, aktif bergerak, dan
menikmati hari dengan baik. Komponen pengaturan pola makan dilakukan melalui
pendekatan piring makan model T, yang mengatur porsi makanan dengan proporsi dua kali
lipat untuk sumber karbohidrat, sedangkan sumber protein disesuaikan jumlahnya dengan
karbohidrat, dan buah-buahan minimal sama banyak dengan salah satu dari dua komponen
tersebut.
Aktif bergerak mencakup aktivitas fisik dan latihan fisik secara rutin yang sangat berperan
penting dalam mencegah serta menangani obesitas. Selain itu, aktivitas ini juga berfungsi
untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular lainnya seperti jantung, stroke, dan
diabetes. Aktivitas fisik menjadi metode yang efektif untuk meningkatkan pembakaran
energi serta lemak tubuh, dan dapat dijadikan sebagai bagian integral dari gaya hidup sehat
untuk menurunkan serta menjaga berat badan ideal.
Sementara itu, pesan "nikmati harimu" mendorong masyarakat untuk melakukan kegiatan
yang menyenangkan dan menenangkan, seperti berekreasi, menekuni hobi, berlibur
bersama keluarga, serta mencukupi waktu tidur. Beberapa tujuan khusus dari program ini
antara lain adalah meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang bahaya
obesitas, mendorong kebiasaan melakukan aktivitas fisik secara teratur, mengadopsi pola
makan sehat, serta melakukan deteksi dini obesitas melalui pengukuran berat badan, tinggi
badan, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) secara berkala(Salsabila, 2023).
B. Peran Perawat Komunitas dalam Implementasi Program GENTAS
Peran perawat dalam penanganan obesitas tidak hanya terbatas pada pemberian edukasi
kepada individu atau keluarga, tetapi harus diawali dengan proses pengkajian yang
komprehensif, terutama terhadap pola asuh dalam lingkungan keluarga. Dengan
pengkajian yang tepat, intervensi dan edukasi yang diberikan dapat lebih terarah dan
efektif. Selain itu, perawat memiliki tanggung jawab untuk mengedepankan pendekatan
promotif dan preventif dalam upaya menangani obesitas, guna mencegah berkembangnya
penyakit kronis di kemudian hari.
Pencegahan obesitas terbagi ke dalam tiga tahapan utama, yaitu pencegahan primer,
sekunder, dan tersier:
1. Pencegahan primer: bertujuan untuk menghindari timbulnya obesitas sejak dini
melalui pendekatan komunitas. Upaya ini meliputi promosi gaya hidup sehat
seperti konsumsi makanan bergizi, aktivitas fisik yang cukup, serta menjaga
kesehatan fisik, mental, dan sosial. Program ini dapat dilaksanakan mulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, tempat kerja, hingga pusat pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Pencegahan sekunder: berfokus pada upaya menurunkan angka prevalensi
obesitas di masyarakat. Hal ini dilakukan melalui deteksi dini terhadap individu
yang berisiko mengalami obesitas, sehingga penanganan dapat dilakukan secara
cepat dan tepat sebelum kondisi memburuk. Intervensi pada tahap ini sangat
penting untuk mencegah obesitas berkembang menjadi lebih parah.
3. Pencegahan tersier: bertujuan untuk mengurangi dampak dan komplikasi yang
ditimbulkan oleh obesitas. Pada tahap ini, penanganan difokuskan pada individu
yang sudah mengalami obesitas agar dapat mencegah terjadinya komplikasi
lanjutan seperti penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan gangguan metabolik
lainnya. Upaya pencegahan tersier juga mencakup pengelolaan kondisi melalui
dukungan medis dan perubahan gaya hidup.
4. Prinsip utama dalam pencegahan dan penatalaksanaan obesitas adalah mengurangi
asupan energi sekaligus meningkatkan pengeluaran energi tubuh. Hal ini dapat
dicapai melalui pengaturan pola makan yang sehat dan seimbang, peningkatan
aktivitas fisik secara rutin, serta perubahan gaya hidup menuju perilaku yang lebih
aktif. Dukungan dari aspek mental dan sosial juga penting untuk memperkuat
keberhasilan intervensi. Pola diet yang dianjurkan dalam penanganan obesitas
adalah diet rendah energi yang difokuskan pada pengurangan konsumsi karbohidrat
dan lemak. Sebaliknya, dianjurkan untuk mengonsumsi bahan makanan yang
merupakan sumber protein rendah lemak, Diet ini membantu menciptakan
keseimbangan energi negatif yang diperlukan untuk menurunkan berat badan
secara bertahap dan aman(Rohmatika & Rosela, 2024).
C. Efektivitas Dan Hasil Implementasi Program GENTAS Dalam Pencegahan Obesitas
Pada Remaja
Berdasarkan berbagai sumber, Program GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka
Obesitas) merupakan respons sistematis dari pemerintah Indonesia dalam menangani
meningkatnya kasus obesitas, terutama pada remaja. Program ini menggunakan
pendekatan edukatif dan promotif yang menitikberatkan pada perubahan gaya hidup serta
pembentukan lingkungan yang mendukung perilaku sehat. Sasaran program tidak hanya
mencakup aspek fisik, namun juga mencakup peningkatan kesadaran kognitif dan
pembentukan sikap melalui pendidikan kesehatan, intervensi berbasis sekolah, serta
pelibatan keluarga dan komunitas.
Salah satu penerapan Program GENTAS yang terbukti memberikan hasil positif adalah
pemanfaatan piring makan model T sebagai media visual edukatif. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh (Nugroho, 2021) melalui jurnal Piring model T meningkatkan pengetahuan
terkait obesitas pada remaja intervensi dilakukan terhadap 40 siswa SMA dengan metode
penyuluhan, pemberian booklet, serta pendampingan melalui platform daring.
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan signifikan skor pengetahuan dari 10,72
menjadi 16,25 poin (p = 0,0001), yang membuktikan efektivitas media ini dalam
menyampaikan informasi gizi seimbang. Penggunaan media visual seperti piring model T,
jika dikemas dengan menarik dan dibarengi pendampingan yang konsisten, terbukti
mampu meningkatkan pemahaman remaja terhadap pentingnya pengaturan porsi dan jenis
makanan dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan GENTAS semakin kuat ketika dilakukan melalui pendekatan kolaboratif
antara sekolah dan keluarga. Hal ini tercermin dari hasil penelitian yang dipaparkan dalam
jurnal Optimalisasi Edukasi Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas (GENTAS) pada
Remaja oleh (Rahmawati et al., 2023). Dalam studi ini, metode yang digunakan mencakup
ceramah, simulasi, diskusi, dan pengukuran antropometri. Sebanyak 88% siswa
menunjukkan peningkatan pemahaman mengenai pencegahan obesitas dan pentingnya
konsumsi makanan sehat. Tidak hanya siswa yang menjadi sasaran edukasi, para orang tua,
terutama ibu, juga turut dilibatkan agar lebih selektif dalam menyiapkan makanan harian.
Hal ini menunjukkan bahwa intervensi GENTAS akan lebih efektif apabila ada dukungan
dari lingkungan rumah, yang turut membentuk kebiasaan konsumsi anak.
Sebagai bagian dari inovasi dalam edukasi digital, penggunaan video animasi menjadi
salah satu pendekatan yang menjanjikan. Dalam jurnal Video Animasi Piringku T
Memperbaiki Sikap dan Keragaman Makanan Remaja dalam Pencegahan Obesitas
Sentral, (Putra, E. S.; Nopindra, 2024) menjelaskan efektivitas media animasi dalam
meningkatkan sikap dan keragaman konsumsi makanan pada remaja.
Penelitian dilakukan terhadap 80 siswa SMA, yang dibagi menjadi kelompok intervensi
(video animasi) dan kontrol (booklet). Kelompok intervensi mengalami peningkatan skor
sikap sebesar 2,25 poin dan peningkatan keragaman konsumsi makanan sebesar 1,42 poin
dengan signifikansi p = 0,000. Ini menunjukkan bahwa video animasi memiliki keunggulan
dalam menyampaikan informasi secara visual dan menarik, serta lebih mudah dipahami
oleh remaja dibandingkan media konvensional.
Meskipun implementasi GENTAS menunjukkan hasil yang positif dalam meningkatkan
literasi gizi dan membentuk perilaku sehat, terdapat peluang yang lebih luas untuk
pengembangan program ini. Berdasarkan kajian literatur dalam jurnal Mewujudkan
Keberlanjutan Program Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS) sebagai
Pengendalian Obesitas oleh (Salsabila, 2023), disebutkan bahwa pemanfaatan teknologi
digital seperti media sosial dan platform pembelajaran daring sangat potensial untuk
menjangkau lebih banyak individu, khususnya generasi muda. Selain itu, keterlibatan
sektor swasta, lembaga pendidikan, serta organisasi masyarakat sipil dapat memperkuat
implementasi GENTAS di berbagai daerah. Integrasi GENTAS ke dalam kurikulum
sekolah dan pelatihan kader kesehatan juga merupakan peluang besar untuk menjaga
kesinambungan program. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sejumlah tantangan masih
perlu diatasi, seperti tingkat partisipasi masyarakat yang bervariasi, keterbatasan anggaran
di beberapa wilayah, serta kurangnya koordinasi antar pemangku kepentingan. Di samping
itu, pengaruh gaya hidup modern yang didominasi konsumsi makanan cepat saji dan rendah
aktivitas fisik juga menjadi hambatan tersendiri dalam perubahan perilaku. Meski begitu,
tantangan ini seharusnya tidak menjadi penghalang melainkan dorongan untuk menyusun
strategi yang lebih adaptif, inovatif, dan berbasis kebutuhan lokal.
Program GENTAS menunjukkan efektivitas yang signifikan dalam mendukung upaya
pencegahan obesitas pada remaja. Dengan pendekatan edukatif yang mudah dipahami,
seperti penggunaan media visual berupa piring makan model T serta penyuluhan langsung,
program ini mampu meningkatkan pemahaman remaja mengenai pentingnya pola makan
sehat dan gaya hidup aktif. Selain itu, keterlibatan sekolah dan keluarga turut memperkuat
pelaksanaan program karena lingkungan sekitar menjadi lebih kondusif untuk mendukung
perubahan perilaku remaja.
Menurut pandangan saya, GENTAS merupakan intervensi yang sangat relevan untuk
diterapkan dalam konteks komunitas, khususnya pada remaja yang sedang berada dalam
fase pembentukan kebiasaan hidup. Program ini tidak hanya memberikan edukasi, tetapi
juga mendorong keterlibatan aktif dan membangun kemandirian remaja dalam menjaga
kesehatannya. Saya melihat bahwa GENTAS sangat tepat sasaran dalam menanggulangi
masalah obesitas, karena program ini secara langsung menyasar faktor risiko seperti pola
makan tidak seimbang dan kurangnya aktivitas fisik, yang merupakan penyebab utama
obesitas pada usia remaja. Saya menilai bahwa kekuatan utama GENTAS terletak pada
pendekatannya yang sederhana namun menyentuh aspek penting dalam kehidupan remaja.
Ketika edukasi disampaikan dengan cara visual yang menarik dan menggunakan bahasa
yang mudah dipahami, pesan kesehatan menjadi lebih mudah diterima dan dihayati. Oleh
karena itu, saya berpendapat bahwa GENTAS bukan hanya efektif sebagai program
edukasi, tetapi juga memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai gerakan
perubahan perilaku yang berdampak langsung dalam pencegahan dan pengendalian
obesitas, khususnya di kalangan remaja

KESIMPULAN
Program GENTAS (Gerakan Nusantara Tekan Angka Obesitas) merupakan salah satu upaya
strategis dalam intervensi keperawatan komunitas yang dirancang untuk menekan angka obesitas
pada remaja melalui pendekatan promotif dan preventif. Program ini terbukti efektif dalam
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku remaja terkait pola makan sehat dan pentingnya
aktivitas fisik.Penggunaan media edukatif seperti piring makan model T serta inovasi video
animasi telah terbukti mampu menyampaikan informasi gizi dengan lebih efektif, menarik, dan
sesuai dengan karakteristik generasi muda. Selain itu, pelibatan aktif dari sekolah, keluarga, dan
tenaga kesehatan, khususnya perawat komunitas, menjadi faktor kunci keberhasilan program
dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perubahan perilaku hidup sehat.Meskipun masih
terdapat tantangan seperti keterbatasan sumber daya, partisipasi yang bervariasi, dan pengaruh
gaya hidup modern, peluang untuk mengembangkan GENTAS sangat terbuka. Integrasi teknologi
digital, pelatihan kader, serta kolaborasi lintas sektor merupakan langkah penting untuk
meningkatkan jangkauan dan keberlanjutan program ini.Dengan demikian, GENTAS dapat
menjadi fondasi utama dalam pencegahan obesitas pada remaja dan berkontribusi dalam
menciptakan generasi yang lebih sehat, produktif, dan sadar akan pentingnya gaya hidup
seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI. (2023). Hasil Utama Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
https://www.badankebijakan.kemkes.go.id/daftar-frequently-asked-question-seputar-hasil-
utama-ski-2023/hasil-utama-ski-2023/
Nugroho, A. (2021). Piring model T meningkatkan pengetahuan terkait obesitas pada remaja.
Darussalam Nutrition Journal, 5(2), 148--154.
Putra, E. S.; Nopindra, A. (2024). Video Animasi Piringku T Memperbaiki Sikap dan Keragaman
Makanan Remaja dalam Pencegahan Obesitas Sentral. 7(September), 526--531.
Rahmawati, H., Fatmawati, T. Y., Efni, N., & Ariyanto, A. (2023). Optimalisasi Gerakan
Nusantara Tekan Obesitas (GENTAS) pada Remaja. Jurnal Abdimas Kesehatan (JAK), 5(2),
375. https://doi.org/10.36565/jak.v5i2.538
Rohmatika, N., & Rosela, K. (2024). Hubungan Aktivitas Fisik dan Pola Makan dengan Kejadian
Obesitas pada Anggota Polri di Polda Kalimantan Tengah STIKes Eka Harap , Indonesia
karena kurang menjaga pola makan dan jarang berolahraga . global yang mengancam
kesehatan masyarakat dunia , dengan sekitar 2 , 8 juta kematian akibat. 2(2).
Salsabila, L. (2023). Mewujudkan Keberlanjutan Program Gerakan Nusantara Tekan Obesitas (
GENTAS ) sebagai Pengendalian Obesitas : Tantangan dan Peluang di Era Modern.
December.
Wati, D. (2023). Aktivitas fisik, asupan serat dan status ekonomi dengan kejadian obesitas pada
remaja di SMP Negeri 11 Kota Banjarmasin. Malahayati Nursing Journal, 5(5), 1576--1586.
https://doi.org/https://doi.org/10.33024/mnj.v5i5.8188
WHO. (2024). Obesity and overweight. https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/obesity-and-overweigh

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun