Pernahkah Anda merasa sangat bersemangat dengan sebuah proyek menulis, tetapi tiba-tiba tergoda oleh ide baru yang terasa lebih menarik? Anda pun meninggalkan proyek lama dan mulai mengerjakan yang baru, hanya untuk menemukan bahwa siklus ini terus berulang. Jika ya, Anda tidak sendirian. Dalam dunia kreatif, fenomena ini dikenal sebagai New Idea Syndrome, yaitu kondisi penulis yang terus-menerus dihujani ide-ide segar, tetapi sulit untuk menyelesaikan satu karya atau satu proyek hingga tuntas. Meskipun terdengar seperti hal yang baik karena menunjukkan kreativitas yang melimpah, New Idea Syndrome juga bisa menjadi penghalang besar dalam menyelesaikan karya. Jadi, bagaimana cara mengenali, memahami, dan mengatasinya? Mari kita telusuri bersama!
Berikut adalah penjelasan tentang kelebihan, kekurangan, dan tips mengatasinya.
Kelebihan New Idea Syndrome:
1. Â Kreativitas Melimpah: Penulis selalu memiliki banyak ide segar yang bisa menjadi bahan untuk berbagai karya.
2. Â Menghindari Kebosanan: Ide-ide baru membuat Penulis terus merasa antusias dan tidak terjebak dalam satu pola monoton.
3. Â Bank Ide untuk Masa Depan: Semua ide baru yang muncul bisa disimpan dan dikembangkan di kemudian hari.
Kekurangan New Idea Syndrome:
1. Â Sulit Menyelesaikan Proyek: Anda terus berpindah ke ide baru sebelum menyelesaikan ide sebelumnya.
2. Â Kurangnya Fokus: Perhatian yang terpecah menghambat kemajuan dan hasil karya.
3. Â Kepuasan Tertunda: Anda mungkin tidak pernah merasakan kepuasan karena tidak ada proyek yang selesai.
Tips Mengatasi New Idea Syndrome:
1. Â Gunakan Idea Parking Lot
Buat sebuah daftar khusus, seperti jurnal atau aplikasi catatan, untuk menyimpan ide-ide baru. Tuliskan secara singkat agar Anda tidak merasa kehilangan ide tersebut, tetapi tidak perlu langsung mengerjakannya.
Misalnya: "Karakter A bertemu di museum, konflik cinta."
2. Â Prioritaskan Proyek Berdasarkan Tujuan
Tentukan satu proyek utama yang paling mendesak atau sesuai tujuan Anda, seperti menyelesaikan novel dalam tenggat waktu tertentu.
Prioritaskan proyek berdasarkan pentingnya, misalnya dari sudut pandang karier atau kepuasan pribadi.
3. Â Tetapkan Batas Waktu
Buat jadwal untuk setiap proyek. Misalnya, "Saya harus menyelesaikan draf pertama novel ini dalam 2 bulan.'
Dengan tenggat waktu, Anda terfokus pada penyelesaian.
4. Â Jalankan Sistem Reward dan Punishment
Beri diri Anda hadiah kecil setelah menyelesaikan milestone, seperti menonton film favorit.
Jika tergoda untuk pindah proyek sebelum menyelesaikannya, batasi akses ke kegiatan hiburan.
5. Â Gunakan Teknik Pomodoro
Atur waktu kerja dalam sesi pendek (misalnya 25 menit), lalu istirahat sebentar.
Fokus pada satu proyek selama sesi tersebut untuk membangun kebiasaan menyelesaikan pekerjaan.
6. Â Bekerja dengan Mentor atau Kelompok Penulis
Bergabunglah dengan komunitas penulis atau temukan mentor yang bisa membantu Anda tetap fokus.
Diskusi dan masukan dari orang lain bisa memberi Anda perspektif untuk tetap pada jalur.
7. Â Lakukan Evaluasi Mingguan
Tinjau perkembangan Anda setiap minggu. Lihat proyek mana yang mendekati selesai dan tentukan langkah berikutnya.
8. Â Pisahkan Antara Planning dan Writing
Beri waktu khusus untuk merencanakan ide dan waktu lain untuk benar-benar menulis. Jangan mencampur keduanya agar tidak terjebak dalam merancang ide baru tanpa eksekusi.
9. Â Cintai Proyek yang Sedang Anda Kerjakan
Ingat alasan Anda memulai proyek tersebut dan fokus pada nilai atau emosi yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Buat visualisasi akhir, bayangkan proyek selesai dan reaksi positif dari pembaca.
Jadi, New Idea Syndrome bisa menjadi keuntungan bila Anda mengelola ide-ide baru dengan bijak. Gunakan sistem pencatatan untuk menyimpan ide tanpa mengganggu fokus Anda pada proyek yang sedang dikerjakan. Dengan disiplin, manajemen waktu, dan komitmen, Anda dapat menyelesaikan proyek satu per satu sambil tetap menjaga kreativitas Anda tetap hidup. Selamat berkarya! (*)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI