Mohon tunggu...
ratih puspa
ratih puspa Mohon Tunggu... Bankir - swasta

suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Langkah Kecil Perkuat Bangunan Kebangsaan Kita

27 November 2019   17:38 Diperbarui: 27 November 2019   17:57 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah terbetik pada pikiran kita bahwa kita adalah sebagian kecil dari ratusan juta masyarakat yang dipersatukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ? Bagaimana menggambarkan isi kepala 265 juta jiwa itu bahwa mereka berharga bagi negara ini ? 

Tentu sulit membayangkan. Mungkin kita mulai dari isi kepala 10 orang dulu. Bagaimana mereka melihat negara ini dan dirinya sendiri. Merasa cinta kah? Atau merasa diperlakukan secara tak adilkah ? Atau merasa bahagiakah dengan keadaaan sekarang. Dari sepuluh orang itu, hasilnya pasti bermacam-macam. Mungkin ada seorang kakek nenek atau buyut yang alami zaman kemerdekaan. Tentu mereka menghargai makna berbangsa dan bernegara karena tahu betul bagaimana memperoleh kemerdekaan dari penjajahan dan segala hal yang merintanginya.

Mungkin juga ada seorang senior yang pernah lama mengecap suasana zaman Orde Baru dimana kebebasan banyak dikekang sehingga tak leluasa dalam mengekspresikan sesuatu. Mereka biasanya juga menghargai bangsa dan negara ini karena era reformasi memberi harapan akan kebebasan berekspresi kepada mereka.

Mungkin kita mulai melihat isi kepala 25 orang lagi dimana kita jumpai adalah para millenials yang mungkin berjarak dengan sejarah Indonesia. Mereka mengekspresikan kebangsaan dan negara, tanah air mereka dengan bermacam ekspresi. Tak jarang mereka mencintai tanah air dengan cara mereka sendiri yang kadang tidak jamak (tidak umum)

Bisa saja kita juga mendapati anak millennials yang begitu berjarak dengan ke-indonesia-annya. Mungkin karena minimnya sejarah kebangsaan yang mereka baca atau lingkungan yang mendapat pengaruh faham radikal yang salah sehingga mereka tidak bisa mencintai Indonesia dengan tulus. Hal itu bisa kita dapati pada beberapa keluarga yang punya faham salah soal kebangsaan dan konsep negara dalam Islam tersebut.

Paham yang tidak tepat ini bisa saja didapatkan oleh keluarga dari berbagai hubungan dengan lingkungan yang salah -- semisal yang punya konsep salah terhadap agama dan negara berdasarkan agama. Seakan yang sudah terlewati oleh Indonesia merupakan hal yang salah dan tidak tepat, sehingga harus dibangun system khilafah dalam negara kesatuan republic Indonesia ini. Dengan berbagai pengalaman bangsa ini penulis percaya bahwa diantara 265 juta kepala, banyak pemikiran yang salah soal konsep berbangsa kita.

Tentu saja hal ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi sebagai sebuah negara yang mendasarkan diri pada pancasila yang berbasis keberagaman, tanpa menonjolkan satu keyakinan tertentu atau suku tertentu.  

Karena itulah kita perlu berbenah dan memperkuat wawasan kebangsaan kita. Mungkin bisa kita mulai dari keluarga inti dulu, kemudian keluarga besar. Di lingkungan professional mungkin kita bisa memulai dengan memberikan teladan kebinekaan pada teman seruangan kita. Inilah langkah kecil kita agar bangunan kebangsaan kita bisa lebih kuat.

Jika ini dilakukan oleh 10 keluarga, 2 keluarga kemudian meningkat pada 100 keluarga dan jutaan keluarga makan bangunan kebangsaan kita akan kokoh dan kuat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun