Mohon tunggu...
Ratfa Saputra
Ratfa Saputra Mohon Tunggu... Buruh

Buruh

Selanjutnya

Tutup

Diary

Ketidaktegasan Pemerintah Indonesia Terhadap Bangunan Kelenteng di Indonesia yang Sengaja Disalahgunakan

26 September 2025   07:18 Diperbarui: 26 September 2025   07:18 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Maraknya bangunan tempat ibadah di Indonesia mungkin bisa membawa dampak positif bagi masyarakat terutama umatnya. Tetapi semakin banyak tempat ibadah bisa membawa dampak negatif bagi sebagian masyarakat karena ada sebagian tempat ibadah di Indonesia ternyata juga disalahgunakan untuk kepentingan pribadi daripada kepentingan beribadah. Salah satunya kelenteng Ben Shan Bio yang berada di Jalan Fatahilah Kelurahan Rajawali Kecamatan Jambi Timur Kota Jambi.

Setiap IDUL ADHA dan setiap IDUL FITRI, kelenteng itu ternyata sesuka hati memutar musik non sembahyang kencang kencang dan saat itu ada warga lain yang tidak sengaja melintas disana saat umat muslim di sekitar sana sedang sholat IED di masjid sekitar jam 7 lebih. Bukan cuma itu saja, setiap SENIN, RABU, dan JUMAT di depan patung dewi, lansia cina itu sengaja datang ke kelenteng jam 5 pagi sampai jam 9 pagi (paling lama) yang ternyata cuma mau senam dan setelah selesai senam sekitar jam setengah 7 pagi lebih sampai jam setengah 9 pagi. Mereka sengaja putar musik non sembahyang kencang kencang dan tidak peduli apakah warga yang tinggal di sekitar kelenteng sedang sakit atau sedang berduka. Bahkan ada salah satu warga muslim ngomel ngomel di depan warga lain saat saya juga berada disana jika dia sering sekali lewat depan kelenteng itu setiap diatas jam setengah 7 pagi sampai jam setengah 9 pagi. Warga itu pernah melihat kelenteng itu masih saja putar musik non sembahyang kencang kencang saat tidak ada lagi lansia cina senam, termasuk hari SELASA dan KAMIS yang sengaja mengganti hari Senin, Rabu dan Jumat hanya karena hujan kalaupun hujannya turun sebelum setengah 6 pagi ataupun bukan hari senam. Padahal di sekolah atau di lokasi lain, kalau saat hari senam cuaca sedang turun hujan, tidak ada ganti ganti hari seperti kelenteng gak punya etika macam tempat hiburan. Jika hujannya baru turun jam setengah 6 pagi, lansia cina itu betah sekali senam dengan kondisi hujan ataupun kabut asap dan tidak mau pulang sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi atau sampai jam 9 pagi, tidak peduli itu hari raya Natal, hari Wafatnya Yesus Kristus dan hari raya besar lainnya semacam tidak punya etika menghargai umat yang sedang merayakan hari raya itu beribadah padahal di tempat ibadah lain seperti masjid dan gereja tidak pernah ada yang membiarkan umatnya melakukan kegiatan tersebut di depan tempat ibadah apalagi hampir setiap hari, kecuali di lapangan yang jauh dari tempat ibadah. 

Parahnya, saat makan ronde dan makan bacang, lansia cina itu malah menganggap tidak ada perayaan hari keagamaan di dalam agama mereka semacam warga Israel yang masih saja ingin menghancurkan dengan warga Palestina karena masih saja putar musik non sembahyang kencang kencang saat hari itu padahal hari raya MAKAN RONDE dan MAKAN BACANG itu hari raya umat china diluar tanggal merah dan umat cina pagi pagi sudah mulai sembahyang seperti umat muslim yang akan melaksanakan sholat IED. Warga itu sudah minta bantuan kepada babinsa tetapi mereka malah mengabaikan dengan masalah ini. Warga lain mengatakan jika pemilik kelenteng itu juga merupakan pemilik perusahaan Sentosa Primatama Grup di Jalan Kolonel Abunjani kawasan sipin Kota Jambi. Anehnya, kejadian ini banyak dianggap informasi bohong padahal ada warga muslim lain mengaku tidak sengaja melintas tempat ibadah itu saat IDUL ADHA 1444 H dan IDUL FITRI 1445 H terdapat kebisingan di sana karena senam dari setengah 6 pagi sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi ataupun sampai jam 9 pagi padahal IDUL ADHA 1444 H lalu bertepatan dengan hari KAMIS dan bukan hari mereka senama. Ada warga cina ribut ribut di salah satu rumah yang gak jauh dari tempat ibadah itu. Tempat ibadah itu memang sudah keterlaluan karena seharusnya tempat ibadah itu melarang adanya kebisingan diluar kegiatan sembahyang di kelenteng termasuk senam saat warga muslim sedang sholat IED. Ada warga muslim lain yang mengaku curiga jika sebelum ada penghuni baru di sekitar tempat ibadah itu, tidak ada kegiatan senam seenaknya yang tidak punya etika semacam itu. Meskipun diisukan sempat ada, tetapi selama belum adanya covid, kegiatan senam tidak pernah selesai sampai jam 8 atau sampai jam 9 pagi. Bahkan saat itu hanya sampai sebelum jam 7 pagi, tetapi sejak covid mereda, semakin lama semakin menjadi jadi. Warga itu juga protes jika sifat lansia cina yang selalu ikut senam ini gak pernah berubah, kalau kegiatan senam sudah selesai, seenaknya baru bubar dari kelenteng itu sampai jam setengah 8 pagi, jam 8 pagi atau sampai jam 9 pagi sambil putar musik kencang kencang yang bukan musik sembahyang semacam tidak ada tempat lain untuk putar musik kencang kencang padahal kelenteng itu digunakan untuk tempat ibadah atau kegiatan penting. 

Bahkan seringkali ada laporan dari warga yang lewat kalau sebelum jam 6 pagi, kelenteng cina itu semacam tidak ada kerjaan setiap hari SELASA dan KAMIS. Pagi pagi sekelompok lansia cina putar musik kencang kencang padahal disana tidak ada kegiatan senam atau kegiatan lain yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan sampai jam 9 pagi (paling lama) baru dimatikan seolah olah lansia cina ini tidak punya hati menghargai tempat ibadah itu dan tidak ada waktu & tempat lain yang sengaja menganggu warga sekitar yang tinggal disana. Warga itu juga protes jika kegiatan senam rutin setiap 3x seminggu bukan kegiatan penting kalau sengaja putar musik kencang kencang yang bukan musik sembahyang sampai jam 8 atau sampai jam 9 pagi tanpa adanya kegiatan senam. Warga itu emosi kalau setiap SENIN, RABU dan JUMAT turun hujan sebelum jam 05.30 dan berhenti sebelum jam 6 PAGI atau berhenti sebelum jam 06.30 PAGI, lansia cina itu sengaja datang ke sana. Jika selalu terjadi, dikhawatirkan mereka sengaja pulang sampai jam 8 pagi atau jam 9 pagi. 

Jika itu sering dilakukan tanpa batasan waktu yang sudah ditentukan, apa gunanya tempat ibadah tersebut dibangun? Sedangkan kelenteng tersebut hanya ramai dikunjungi umat jika ada perayaan hari jadi. Kalau saya sarankan, sebaiknya tempat ibadah ini ditutup dan dibangun menjadi sebuah tempat sanggar senam. Jadi disana masyarakat bisa puas berolahraga sampai jam tutup yang sudah ditentukan. 

Sejak awal September 2025 lalu hingga sekarang, sudah lewat jam 7 pagi di setiap hari Senin, Rabu dan Jumat musik non sembahyang sengaja tidak mau dimatikan dan sengaja dikencang kencangin padahal musiknya mulai sebelum jam 5.30 pagi dan sebelum jam 7 pagi, mereka sudah selesai dan hanya duduk saja disana bahkan sebagian sudah pulang. Padahal awal janjinya jam 7 pagi selesai.

Saya hanya meminta kepada pembaca artikel ini agar bisa diteruskan kepada pemerintah pusat karena ini sudah melanggar aturan tempat ibadah. Datang pagi pagi bukan mau beribadah, tapi lebih penting putar musik non sembahyang kencang kencang 3x seminggu.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun