Itulah yang terjadi saat negara-negara ASEAN:
- Menerima investasi besar dari China melalui Belt and Road Initiative (BRI), tetapi tetap menjaga hubungan strategis dengan AS dan Jepang.
- Menerima bantuan pertahanan dari AS, tetapi tetap berusaha membangun kemandirian militer.
- Menjalin kerja sama ekonomi dengan Uni Eropa dan India untuk memastikan tidak ada satu pihak pun yang terlalu dominan.
Strategi ini bukan sekadar oportunisme, tetapi keahlian politik tingkat tinggi.
AS yang Sering Lupa dan China yang Sering Terlalu Percaya Diri
AS sering bertanya-tanya: "Mengapa ASEAN tidak langsung memihak kita?"
- Mungkin karena AS sendiri sering menganggap enteng kawasan ini.
- Mereka sibuk berbicara tentang "Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka," tetapi sering kali gagal memberikan komitmen nyata dalam kebijakan perdagangan dan ekonomi.
- Mereka ingin ASEAN berpihak, tetapi dengan syarat yang berat dan tanpa kepastian dukungan jangka panjang.
- Mereka membanggakan demokrasi, tetapi tetap bekerja sama dengan pemerintahan otoriter jika kepentingannya sesuai.
China, di sisi lain, percaya bahwa uang bisa membeli segalanya.
- Mereka membanjiri ASEAN dengan investasi infrastruktur, tetapi lupa bahwa nasionalisme tetap kuat di kawasan ini.
- Mereka menganggap ASEAN terlalu kecil untuk menolak pengaruh mereka, tetapi nyatanya setiap negara ASEAN tetap menjaga hubungan dengan AS.
- Mereka agresif di Laut China Selatan, tetapi tidak menyadari bahwa tindakan tersebut justru mempererat hubungan ASEAN dengan AS dan sekutu lainnya.
Masa Depan ASEAN: Dari Penonton Menjadi Pemain Utama
Jika kita melihat ke depan, ASEAN harus mengambil langkah lebih jauh dari sekadar menjaga keseimbangan. ASEAN perlu membentuk keseimbangan itu sendiri.
1. Memperkuat Keamanan Kolektif
Jika AS tidak dapat diandalkan sepenuhnya dan China terlalu agresif, ASEAN harus mulai memperkuat mekanisme pertahanannya sendiri.
Ini bukan berarti membentuk aliansi militer seperti NATO, tetapi meningkatkan interoperabilitas pertahanan dan berbagi intelijen di antara negara-negara ASEAN.
2. Mengurangi Ketergantungan Ekonomi Tunggal
ASEAN perlu memanfaatkan tren de-risking dengan diversifikasi perdagangan dan investasi, termasuk dengan India, Uni Eropa, dan Jepang.
Jangan biarkan ketergantungan pada satu negara (China atau AS) menjadi alat tekanan politik di masa depan.