Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) memukau dunia dengan keindahan alamnya, tetapi di balik pesonanya, terdapat masalah besar yang sering terabaikan: kesenjangan akses informasi kesehatan. Masalah ini bukan sekadar isu logistik atau ekonomi, melainkan menyentuh inti hak asasi manusia (HAM). Informasi kesehatan adalah hak dasar yang dijamin dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Pasal 25), yang menegaskan bahwa setiap orang berhak atas taraf hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan diri serta keluarganya. Namun, di NTT, realitasnya jauh dari harapan.
Di berbagai wilayah NTT, terutama daerah-daerah terpencil, masyarakat masih menghadapi hambatan besar dalam mengakses informasi kesehatan. Hambatan ini menciptakan ketidaksetaraan yang mencolok dibandingkan provinsi lain di Indonesia, seperti DKI Jakarta, yang memiliki infrastruktur kesehatan dan digital lebih maju. Ketidakadilan ini merugikan hak masyarakat NTT untuk memperoleh informasi yang dapat menyelamatkan nyawa mereka.
Mengapa Akses Informasi Kesehatan Penting?
Akses informasi kesehatan adalah bagian penting dari hak asasi manusia (HAM). Informasi yang memadai membantu masyarakat membuat keputusan kesehatan yang tepat, seperti pemberian gizi pada anak, pentingnya imunisasi, dan kebersihan lingkungan. Namun, di NTT, banyak masyarakat yang kesulitan mendapatkan informasi ini karena berbagai hambatan, mulai dari geografis hingga budaya.
Tantangan Akses Informasi  Kesehatan di Nusa Tenggara Timur
Hambatan GeografisÂ
Wilayah yang terpencil dan infrastruktur yang terbatas membuat akses ke fasilitas kesehatan dan informasi menjadi sulit. Misalnya, rasio posyandu terhadap penduduk di NTT hanya 0,002, jauh di bawah rata-rata nasional.
Budaya dan Literasi
Tradisi lokal yang masih kuat sering kali bertentangan dengan pendekatan medis modern. Selain itu, rendahnya literasi kesehatan menghambat pemahaman masyarakat akan pentingnya pencegahan penyakit.
Kemiskinan dan Teknologi
Tingginya tingkat kemiskinan di NTT membatasi kemampuan masyarakat untuk memanfaatkan teknologi seperti internet, yang semakin menjadi sumber utama informasi kesehatan.
Dampak Kesenjangan Akses Informasi Kesehatan di Nusa Tenggara TimurÂ
Informasi kesehatan memegang peran penting dalam pencegahan penyakit dan peningkatan kualitas hidup. Di NTT, keterbatasan informasi ini berdampak luas pada masyarakat. Prevalensi stunting yang mencapai 37,4%---tertinggi di Indonesia---menjadi salah satu contohnya. Banyak keluarga yang tidak mengetahui pentingnya gizi seimbang selama 1.000 hari pertama kehidupan anak, yang mengakibatkan pertumbuhan fisik dan kognitif anak terganggu.
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Bayi (AKB) di NTT juga masih tinggi, dengan AKI mencapai 135 jiwa dan AKB tercatat sebanyak 1.046 jiwa pada tahun 2023. Rendahnya pengetahuan tentang kehamilan sehat, pentingnya pemeriksaan antenatal, dan imunisasi lengkap berkontribusi pada kondisi ini. Bahkan, cakupan imunisasi lengkap hanya mencapai 65,4%, membuat banyak anak rentan terhadap penyakit yang sebenarnya dapat dicegah.
Selain itu, kurangnya informasi tentang sanitasi yang layak mengakibatkan hanya 50,47% rumah tangga di NTT memiliki akses ke fasilitas sanitasi dasar, jauh di bawah rata-rata nasional sebesar 66,57%. Kondisi ini memperburuk penyebaran penyakit seperti diare, infeksi cacing, dan penyakit kulit. Terlebih lagi, kepercayaan masyarakat terhadap pengobatan tradisional sering kali bertentangan dengan pendekatan medis modern, menghambat langkah pencegahan dan pengobatan yang efektif.
Rendahnya literasi kesehatan di kalangan masyarakat juga memperburuk situasi. Banyak perempuan tidak mendapatkan akses yang cukup terhadap informasi kesehatan akibat norma budaya yang membatasi peran mereka dalam pengambilan keputusan. Anak-anak, sebagai kelompok paling rentan, sering kali menjadi korban kurangnya pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif dan imunisasi.
Solusi untuk Mengatasi Kesenjangan Akses Informasi Kesehatan
Untuk mengatasi masalah ini, beberapa langkah strategis dapat diambil:
Penyuluhan Berbasis Komunitas
Melibatkan tokoh masyarakat untuk mengedukasi warga tentang gizi, imunisasi, dan sanitasi.
Pemanfaatan Teknologi Lokal
Menggunakan aplikasi mobile dan radio komunitas untuk menyebarkan informasi kesehatan dalam format yang sederhana.
Kolaborasi Multi-Sektor
Pendekatan "Penta-Helix" yang melibatkan pemerintah, swasta, akademisi, masyarakat, dan media lokal dapat mempercepat distribusi informasi.
Penguatan Infrastruktur
Pemerintah perlu meningkatkan akses ke layanan kesehatan dasar melalui pembangunan infrastruktur di daerah terpencil.
Dengan kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, diharapkan kesenjangan informasi kesehatan di NTT dapat diatasi.Â
Hak atas informasi kesehatan bukan hanya kebutuhan, tetapi juga tanggung jawab untuk memastikan setiap individu, tanpa memandang lokasi, mendapatkan akses yang setara. Masyarakat yang sehat adalah fondasi bagi kemajuan bangsa.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI