Mohon tunggu...
Rastri Rafiarum
Rastri Rafiarum Mohon Tunggu... Mahasiswa

Saya adalah seorang mahasiswa yang memiliki keterkaitan dalam bidang menulis. Topik yang saya minati adalah topik yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari atau fenomena yang sedang terjadi di masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Cermin Jati Diri Bangsa dengan Bijak Berbahasa dalam Dunia Digital

25 September 2025   07:23 Diperbarui: 25 September 2025   07:23 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Oleh: Rastri Rafiarum (A65)---Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

"Bahasa adalah jati diri bangsa", bukan hanya sekadar kiasan atau ujaran semata. Akan tetapi secara nyata, bahasa merupakan cermin jati diri bangsa yang tidak hanya digunakan untuk berkomunikasi antarwarga negara. Dengan bahasa, kita dapat memperlihatkan budaya, kultur, dan karakter yang terdapat dalam suatu bangsa. Hal ini yang menjadi tantangan besar bagi generasi muda untuk menjaga nama baik bangsa dengan bijak berbahasa dalam ruang digital.

Dalam dunia digital, informasi sangat cepat tersebar bahkan hingga seluruh dunia dapat mengetahuinya. Tidak ada batasan-batasan sekadar bertatap muka, akan tetapi informasi bisa tersebar melalui media sosial, forum daring, hingga komunitas dunia. Satu "klik" oleh jari-jari kita dapat menjadi sesuatu hal yang besar pertanggungjawabannya. Sering kita temui dalam media sosial, seseorang menyampaikan kata kasar dan ujaran kebencian. Masalah seperti ini bukan lagi masalah bagi seorang individu, akan tetapi juga masalah tercorengnya nama baik bangsa kita sendiri.

Masyarakat Indoensia terkenal sebagai masyarakat yang ramah dan santun di mata dunia, seharusnya kesan tersebut juga tercermin dari bagaimana masyarakat Indonesia berperilaku di media sosial. Bijak berbahasa bukanlah suatu batas ekspresi, melainkan sebuah arahan agar seseorang tetap memiliki etika dalam bertingkahlaku. Menggunakan bahasa yang tidak diskriminatif, bahasa yang santun, dan bahasa yang tidak menyinggung perasaan orang lain.

Bahasa adalah identitas kebangsaan. Mampu menuliskan hal baik, dan mengutamakan bahasa Indonesia dalam konteks formal dapat menjadi cara kita untuk menjaga warisan bangsa. Di tengah arus globalisasi yang dimana bahasa asing musah sekali merasuk bahkan merusak keaslian bahasa Indonesia. Dengan tetap menjunjung tinggi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam dunia digital merupakan wujud perlawanan kita terhadap lunturnya jati diri bangsa.

Literasi digital merupakan kunci bagi masyarakat untuk sadar bahwa setiap kata yang kita tulis di dunia maya memiliki dampak yang besar bagi diri dan bangsa ini. Tidak cukup memahami kaidah kebahasaan, akan tetapi juga harus paham etika dalam berkomunikasi baik di dunia nyata maupun dunia maya. Bijak berbahasa bukan sekadar pilihan tapi suatu keharusan. Dunia digital memang tanpa batas, namun kita bisa membatasi diri kita sendiri untuk tetap berpijak pada akar budaya bangsa Indonesia.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun