Mohon tunggu...
Ronald Pasir
Ronald Pasir Mohon Tunggu... Economist, Stock trader, financial adviser, freelance writer

Hobi Mancing dilaut, menyukai humor, open minded, peniti jalan kehidupan. Suka menulis, percaya bahwa kata-kata bisa menjadi senjata nurani. Menulis bukan untuk menjadi populer, tapi untuk membela yang tertindas dan menggugah yang terlena. Diam di tengah ketidakadilan adalah bentuk pengkhianatan terhadap kemanusiaan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Digitalisasi: Pencerdasan atau Pembodohan Bangsa?

9 Juni 2025   18:00 Diperbarui: 9 Juni 2025   19:37 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Digitalisasi: Pencerdasan atau Pembodohan Bangsa?

*Tulisan ini dipersembahkan untuk semua guruku yang telah membuatku mampu menjelajah dunia.

----------


Teknologi digital melaju cepat ke ruang kelas---laptop, tablet, dan papan pintar menjadi bagian dari "kelas masa depan". Namun realita di beberapa negara Eropa mengundang pertanyaan: apakah digitalisasi benar-benar membuat siswa lebih pintar, atau justru memperpendek rentang perhatian dan mengikis kemampuan dasar belajar?

1. Saat Finlandia Mengembalikan Buku ke Tas Ransel Siswa

Di Riihimki, sebuah kota kecil di Finlandia, murid-murid SMP kembali membawa buku cetak di tas mereka, bukan laptop  . Setelah sepuluh tahun mengandalkan perangkat digital di kelas, guru dan orang tua menyadari:
*Murid mudah teralihkan ke media sosial saat harus mengerjakan soal .
*Konsentrasi melemah, pembelajaran melaju cepat tanpa benar-benar dipahami .

Neuropsikolog Minna Peltopuro memperingatkan: layar mengganggu postur tubuh, mata cepat lelah, dan multitasking oleh anak-anak bisa menghambat pengembangan kemampuan kognitif mereka  .

2. Swedia: Dari Tablet ke Tinta dan Kertas

Swedia juga sedang menggeser arah. Pemerintahnya, setelah dulu begitu agresif mendigitalisasi preschools, kini meminta anak-anak di bawah 6 tahun hanya menggunakan buku dan latihan menulis tangan .

Menteri Pendidikan Lotta Edholm menyatakan bahwa "anak-anak Swedia perlu lebih banyak menggunakan buku cetak"  . Karolinska Institute pun memperingatkan bahwa "pembelajaran melalui digital bisa melemahkan kemampuan kognitif anak”

Liveon Palmer, siswa kelas 3, mengaku lebih mudah belajar dengan menulis daripada mengetik:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun