Banyak orang bilang, "Enak ya jadi dewasa, bebas ngatur hidup sendiri." Tapi siapa sangka, justru di titik ini aku merasa paling tersiksa. Aku stres, se-stres stresnya.
Stres yang membuat rambutku rontok parah, sampai setiap kali bercermin aku ngeri melihat helaian rambut semakin mundur. Berat badanku susah naik meski aku makan, seolah tubuhku tak lagi mau diajak kompromi.
Bukan cuma itu. Karena stres, aku jadi langganan dokter. Aku rutin ke psikiater untuk mengobati luka batin yang nggak pernah benar-benar sembuh. Aku juga harus ke ahli gizi, mencoba memperbaiki pola makan yang berantakan. Lalu ke dokter penyakit dalam, karena asam lambungku kambuh terus saat pikiran dan hati tidak tenang. Bahkan aku juga harus ke dokter kulit, demi mengatasi kerontokan rambut yang semakin parah.
Aku lelah. Benar-benar lelah.
Kadang aku merasa sudah tidak kuat, sampai terlintas pikiran: lebih baik mati saja.
Tapi suatu hari, saat aku sedang scroll media sosial dengan hati yang hancur, aku menemukan sebuah hadits:
"Janganlah salah seorang di antara kalian mengharapkan kematian karena suatu hal yang membahayakan yang menimpanya. Namun jika ia harus melakukannya, maka hendaknya ia mengatakan: Ya Allah, biarkanlah aku tetap hidup selagi kehidupan itu lebih baik untukku, dan matikanlah aku bilamana kematian itu lebih baik untukku." (HR. Bukhari dan Muslim)
Saat membacanya, aku menangis.
Seolah Allah langsung menegurku dengan lembut. Bahwa aku boleh merasa lelah, aku boleh merasa ingin berhenti, tapi aku tidak boleh menyerah. Hidup dan mati bukan pilihanku. Itu semua ada dalam genggaman-Nya.
Hadits itu menyadarkanku bahwa di balik sakitku, di balik stresku, di balik semua air mata yang kutahan, mungkin masih ada kebaikan yang Allah siapkan. Tugas utamaku hanyalah bertahan, berdoa, dan percaya bahwa tidak ada luka yang sia-sia.
Dan sejak saat itu, meski aku masih rapuh, aku belajar untuk berkata pada diriku sendiri:
"Ya Allah, kuatkan aku selama hidup ini lebih baik bagiku, dan izinkan aku kembali kepadaMu saat kematian lebih baik bagiku."
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI