Mohon tunggu...
Rarin Oktovani
Rarin Oktovani Mohon Tunggu... -

Lihat n kenali......:)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ketika Kutang dan Cawat Menggugat

4 November 2013   13:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:36 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

“Kenapa aku berada di sini di lempar-lempar dan dijajar di pagar di tengah wajah-wajah tidak bersahabat? Harusnya aku berada di dalam, tidak terlihat, dan tertutup rapi. Kalau suaraku bisa didengar mereka, aku ingin berteriak hentikan !!!” jerit ketakutan para kutang.

“Seharusnya aku juga tidak berkeliaran di jalanan bersama teriakan. Tugasku melindungi kehorhamatan wanita bukan ikut dalam aksi yang tidak kumengerti. Seandainya aku bisa berlari tentunya aku akan melompat dan berlari sekencang mungkin untuk kembali ke tempatku,” cawat-cawat tampak bersedih.

Saya tidak habis pikir kenapa beberapa kejadian demonstrasi dilakukan dengan membawa, menghadiahkan, memajang, mengenakan pakaian dalam wanita yang jelas fungsinya untuk melindungi bagian tubuh wanita dan kehormatannya. Sesuai namanya keberadaan pakaian dalam wanita yang dalam hal ini adalah kutang (BH) dan cawat (celana dalam wanita) tempatnya di dalam, tertutup pakaian pada umumnya. Kutang untuk melindungi payudara dan cawat melindungi vagina sebagai jalan bereproduksi, di mana bagian tubuh tersebut berperan dalam kelahiran kita dan mereka di dunia sampai tumbuh kembangnya dengan pemberian ASI (Air Susu Ibu) tentunya.

Kejadian yang saya ingat mengenai penggunaan pakaian dalam wanita dalam aksi demonstrasi antara lain demo susahnya pengurusan KTP di Jakarta tahun lalu yang memanfaatkan pakaian dalam wanita, dalam hal ini adalah kutang. Kutang digantung di pagar Kemendagri tidak hanya satu atau dua buah saja, melainkan banyak buah yang seharusnya untuk melindungi buah dada wanita. Dan yang baru saja terjadi adalah demo pegiat anti korupsi di Rembang di mana kutang dan cawat juga dijadikan hadiah untuk Polisi di Rembang karena kurang tegasnya dalam penindakan kasus korupsi. Dan beberapa kejadian lain yang melibatkan kedua pakaian dalam wanita tersebut dalam berbagai unjuk rasa.

Pelaku aksi demonstrasi yang kebanyakan adalah pria, tetapi beberapa pengikut atau sekedar penonton di dalam aksi demonstrasi terdapat juga wanita yang pakaian dalamnya dengan bebas dijadikan alat untuk mengusung protes-protes mereka. Aksi demo yang menggunakan kutang dan cawat untuk mengusik harga diri pejabat terkait yang didemo. Kesan penggunaan kutang dan cawat adalah menunjukkan betapa lemahnya dalam bertindak, kurang tegas dalam bersikap, kurang berani dalam mengambil keputusan, dan kesan negatif lainnya. Bahkan anggapan banci juga ditorehkan dalam aksi demo yang melibatkan kutang dan cawat. Apakah para pendemo tidak merasa risih dengan hal ini dimana ibu, saudara perempuan, pacar, istri mereka mengenakan kutang dan cawat untuk melindungi kehormatan mereka? Apakah kutang dan cawat simbol kelemahan, ketidakberdayaan, ketidaktegasan sehingga menjadi alat demonstrasi?

Secara etika tentu sangatlah tidak etis tindakan demikian yang menggunakan pakaian dalam wanita untuk menuangkan protes mereka meskipun yang diusung adalah hal-hal yang mulia untuk kejayaan negeri ini. Alangkah lebih baiknya penggunaan pakaian dalam wanita tidak perlu diikutsertakan dalam aksi demikian. Buat petisi dan orasi yang menarik tanpa melampaui etika karena saya yakin mereka orang-orang intelektual yang mampu berpartisipasi aktif dan kritis dalam menuangkan pikiran-pikiran cerdasnya. 04112013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun