Global Warming
Pembalakan liar juga berdampak pada pemanasan global. Pohon berperan dalam menyimpan karbondioksida yang kemudian digunakan untuk menghasilkan karbohidrat, lemak dan protein yang membentuk pohon, dalam biologi proses ini disebut fotosintesis. Ketika terjadi deforestasi (penebangan hutan), banyak pepohonan yang dibakar, ditebang, yang mengakibatkan lepasnya karbondioksida di dalamnya, hal ini menyebabkan tingginya kadar karbondioksida yang ada di atmosfir.
Cara penebangan tradisional sebenarnya berdampak buruk bagi kehidupan. Namun apa daya, manusia selalu mencari hal-hal yang instant demi kekayaan dan kebahagiaan pribadi, tanpa memikirkan efek jangka panjang dan efeknya yang lebih meluas. Lalu, adakah cara yang lebih ramah lingkungan daripada sekedar menebang untuk mencurinya?
Tentu saja ada cara yang lebih ramah lingkungan, bahkan lebih cerdas. Salah satunya kultur jaringan. Di sini kita akan membahas lebih mendalam tentang kultur jaringan.
Apa itu kultur jaringan?
Kultur jaringan akan lebih besar keberhasilannya bila menggunakan jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari sel-sel yang selalu membelah, dinding tipis, plasmanya penuh dan vakuolanya kecil-kecil.
Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Teknik kultur jaringan suatu sel atau irisan jaringan tanaman yang sering disebut eksplan secara aseptic (in vitro) diletakkan dan dipelihara dalam medium pada atau cair yang cocok dan dalam keadaan steril.
Memanfaatkan sifat totipotensi?
Teori totipotensi sel (Total Genetic Potential),artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti sel zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berdiferensiasi menjadi tanaman lengkap. Dengan demikian,pengertian totipotensi adalah kemampuan setiap sel tumbuhan untuk membentuk individu baru yang sempurna. Jadi, sifat totipotensi ini pada jaringan tumbuhan dimanfaatkan untuk memperoleh keturunan secara seragam dalam jumlah banyak serta terjadi dengan cepat.Karena sel-sel pada tumbuhan bersifat totipotensi yakni memiliki potensi penuh maka hal itu dapat mempertahankan potensi zigot untuk melakukan pembentukan pada semua bagian organisme secara matang.Selain satu bagian pada tanaman dapat dilakukan kloning menjadi tanaman identik dengan metode genetik.
Dari usaha tanaman membentuk individu baru maka hal itu disebut prinsip kultur sel atau kultur jaringan. Prinsip kultur jaringan dipopulerkan oleh Muer, Hildebrandt, dan Riker pada tahun 1954. Prinsip kultur jaringan ini memiliki kesamaan prinsip dengan perkembangan perkembangbiakan tumbuhan secara vegetatif khususnya metode setek karena pada metode setek bagian tumbuhan yang telah dipotongkan tumbuh menjadi satu individu baru. Namun perbedaannya, pada metode kultur jaringan harus memang benar-benar memperhatikan sterilitasi alat dan bahan pada saat akan menerapkan totipotensi pada tumbuhan. Kultur jaringan juga dapat menyediakan protoplasma sel somatik dan sel generatif (misalnya polen) untuk bahan transfer gen dalam pembentukan sel transgenik.