Mohon tunggu...
Raphael HarloverinGunarso
Raphael HarloverinGunarso Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

Pelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Koesno Sosrodihardjo: Pria yang Menjadi Soekarno dan Menepa Kebangsaan Indonesia

31 Januari 2024   09:25 Diperbarui: 31 Januari 2024   09:33 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Terlahir dengan nama Koesno Sosrodihardjo pada tahun 1901, pria yang kelak menjadi presiden pertama dan ikon nasional Indonesia, Sukarno, memiliki takdir yang jauh lebih megah daripada yang terlihat dari asal-usulnya yang sederhana. Perubahan namanya sendiri, yang merupakan kebiasaan orang Jawa setelah sembuh dari sakit di masa kecil, menandakan sebuah transformasi - dari seorang anak laki-laki biasa menjadi arsitek sebuah bangsa.

Masa kecil Sukarno sangat kental dengan keanekaragaman budaya. Ayahnya yang berasal dari Jawa, seorang guru sekolah, dan ibunya yang berasal dari Bali menanamkan apresiasi yang mendalam terhadap tradisi dan kompleksitas kepulauan Indonesia. Paparan awal terhadap bahasa dan identitas yang berbeda ini kemudian mendorong visinya tentang Indonesia yang bersatu.

Pendidikan formal di Institut Teknologi Bandung, yang saat itu dikenal sebagai Technische Hogeschool, membuat Sukarno terpapar dengan ide-ide Barat dan mengobarkan semangat nasionalismenya. Dia membenamkan diri dalam wacana politik, bergabung dengan gerakan nasionalis Indonesia yang masih muda dan memikat para pendengar dengan pidatonya yang berapi-api. Karisma dan artikulasi yang fasih tentang aspirasi kemerdekaan Indonesia dengan cepat mendorongnya ke tampuk kepemimpinan.

Perjalanan Sukarno bukannya tanpa kesulitan. Pemerintah kolonial Belanda memenjarakannya selama bertahun-tahun, namun semangatnya tetap pantang menyerah. Bahkan di balik jeruji besi, ia menyusun strategi dan menulis, ide-idenya menjangkau massa dan memicu perjuangan untuk kebebasan.

Pendudukan Jepang selama Perang Dunia II memberikan kesempatan yang tidak biasa. Sukarno, yang dibebaskan dari penjara, dengan cekatan menavigasi lanskap politik yang kompleks, bermain bersama penjajah sambil secara halus memperkuat gerakan nasionalis. Dia memahami kekuatan simbolisme, mengadopsi gelar "Bung Karno," sebuah istilah panggilan yang berarti "Saudara Karno," yang beresonansi dengan rakyat dan memupuk rasa persatuan.

Pada tanggal 17 Agustus 1945, Sukarno, bersama Mohammad Hatta, mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Tindakan berani ini, yang menentang rintangan besar, menandai kelahiran sebuah bangsa. Namun, perjuangan untuk meraih kemerdekaan masih jauh dari selesai. Konflik bersenjata selama bertahun-tahun kemudian terjadi, dan Sukarno menavigasi gejolak politik internal dan agresi eksternal dengan perpaduan unik antara pidato, kelicikan politik, dan diplomasinya.

Sebagai presiden pertama Republik Indonesia yang baru saja terbentuk, kepemimpinan Sukarno sangat penting dalam membentuk identitas bangsa. Dia memperjuangkan ideologi "Pancasila," sebuah fondasi lima prinsip yang didasarkan pada persatuan, keadilan, demokrasi, kemanusiaan, dan keadilan sosial. Filosofi inklusif ini bertujuan untuk menjembatani kesenjangan etnis, agama, dan budaya di negara yang masih muda ini.

Kebijakan luar negeri Sukarno, yang dikenal sebagai "Demokrasi Terpimpin", berusaha mengarahkan Indonesia ke jalur netral di tengah-tengah ketegangan Perang Dingin. Dia memperjuangkan Gerakan Non-Blok, mengadvokasi hak-hak negara-negara yang baru merdeka dan menjalin aliansi di luar dunia bipolar.

Namun, kepribadian Sukarno yang lebih besar dari kehidupan, sering kali dibayangi tantangan internal. Perjuangan ekonomi, perbedaan pendapat politik, dan percobaan kudeta pada tahun 1965 akhirnya menyebabkan kejatuhannya. Pada tahun 1967, ia dipaksa untuk melepaskan kekuasaannya, menandai berakhirnya sebuah era.

Warisan Sukarno masih tetap kompleks dan diperdebatkan. Dia adalah seorang pemimpin visioner yang menyatukan bangsa yang beragam dan memainkan peran penting di panggung dunia. Namun, kecenderungan otoriter dan kegagalannya dalam mengatasi kesenjangan ekonomi juga menodai pemerintahannya.

Terlepas dari kontroversi yang ada, pengaruh Sukarno terhadap Indonesia tetap tidak dapat disangkal. Dia adalah orang yang berani memimpikan Indonesia yang merdeka dan menggalang sebuah bangsa di belakang visinya. Namanya tetap identik dengan perjuangan Indonesia untuk merdeka dan kemunculannya sebagai pemain utama dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun