Mohon tunggu...
Nono Purnomo
Nono Purnomo Mohon Tunggu... Guru - mandiri

Belajar memahami dan merasakan ....

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Antara Reward and Punishment Bagi Siswa

3 Mei 2015   22:53 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:24 470
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Berilah imbalan (hadiah) pada murid yang melakukan tindakan baik atau berprestasi dan beri hukuman pada murid secara wajar dan proporsional sesuai dengan tingkat kesalahannya".

IMBALAN dan hukuman adalah dua kata yang memiliki arti yang berlawanan. Namun keduanya dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi peserta didik. Sering kali dalam kegiatan belajar mengajar, pendidik hanya menggunakan hukuman bagi siswa-siswanya yang dianggap bersalah. Terkadang hukuman tersebut sering melebihi kapasitas kesalahan yang dilakukan oleh siswanya, sehingga memberikan kesan bahwa hukuman itu hanya untuk melukai, menciderai perasaan dan membuat anak menjadi pesakitan. Perasaan ini justru akan membuat anak merasa jatuh harga dirinya dan berposisi pada kutub kesalahan, sedangkan pendidik merasa menang dan berada pada kutub kebenaran.

Pendidik yang memiliki ambisi menaklukkan anak akan beranggapan dirinya telah berhasil setelah anak didiknya bersikap diam dan menurut. Ia tidak mengetahui bahwa  sikap anak yang diam dan menurut, didorong oleh ketakutan yang luar biasa akan kegarangan gurunya. Jika berhasil lepas dari cengkraman ketakutan itu, dapat dipastikan anak akan melampiaskan kebebasan dengan mengerjakan hal-hal yang lebih ekstrim lagi. Dalam posisi ini hukuman lebih memiliki arti menjatuhkan motivasi dari pada meningkatkan motivasi. Lalu hukuman seperti apa yang dapat meningkatkan motivasi?

Hukuman yang bersifat mendidik adalah jawabannya. Hukuman ini memiliki tahap-tahap dalam pelaksanaannya. Tahap-tahap itu dilakukkan secara berjenjang; Pertama, bila siswa melakukan kesalahan, pendidik cukup memberikan sindiran kepada anak aatas perbuatan yang dilakukan. Kedua, bila masih melakukan kesalahan yang sama, tegurlah ia dengan lembut dan jelaskan mengapa perbuatan itu tak baik. Ketiga, kalaupun masih saja melakukan hal yang sama, baru beri hukuman yang proporsional sesuai dengan perbuatannya. Namun efek jera yang terjadi jangan menimbulkan ajang balas dendam. Dengan tahap-tahap tersebut anak merasa diperhatikan.

Perhatian inilah yang mampu meningkatkan motivasi, hal ini terjadi karena perhatian yang tulus akan mampu membuka mata hati siswa yang melakukkan kesalahan untuk berbuat lebih baik. Alhasil perhatian ke pendidiknya juga akan muncul dan perilaku siswa menjadi lebih baik.

Pemberian hukuman pada siswa yang bersalah serasa begitu mudah dilakukan oleh para pendidik, anehnya bila siswanya melakukan perbuatan yang baik amat sulit untuk memberi imbalan. Padahal imbalan yang akan diberikan oleh pendidik dapat memotivasi siswa untuk berbuat lebih baik lagi. Mungkin pertanyaannya berupa apa imbalan yang harus diberikan?

Imbalan yang dapat diberikan oleh pendidik dapat berupa rangkaian kalimat yang menyenagkan (pujian) atau pemberian benda yang dapat memberi motivasi. Sebagai contoh ”Selamat nilai anda cukup bagus, terus tingkatkan ya belajarnya.” atau ini bolpoint buat anda sebab nilai anda cukup bagus !

Siswa tidak akan menilai berapa harga bolpoint itu tetapi kalimat tulus yang sudah terbungkus kata pujian tadi akan membuat siswa merasa dihargai sehingga akan mengobarkan semangat dan motivasi belajar mereka. Sebab mereka yakin setiap ada prestasi pasti ada apresiasi. Tentang kapan imbalan diberikan pasti pendidik lebih paham dan tahu momentum yang tepat. Yang terpenting baik imbalan dan hukuman yang akan diberikan kepada siswa harus berlangsung secara proporsional. Sekarang tinggal kita kembalikan pada para pendidik, dapatkah melakukannnya?

Nono Purnomo

Minggu, 3 Mei 2015

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun