Mohon tunggu...
Rani Yulianty
Rani Yulianty Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Moms two kids

Blogger, penulis buku cerita anak, pebisnis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Produktif Kerja di Rumah, Kenapa Tidak?

20 Maret 2020   21:18 Diperbarui: 20 Maret 2020   21:21 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Saat masih bekerja, saya sangat mengidam-idamkan bisa kerja di rumah. Maklumlah, saat itu, saya sudah direpotkan dengan dua krucil yang butuh perhatian besar. Saat itu si sukung masih berusia 4 tahun dan adiknya berusia 1,5 tahun.

Setiap pagi, sebelum ke kantor saya mengantarkan mereka terlebih dahulu ke daycare dan setiap sore menjemput mereka kembali. Setiap hari melalui rutinitas yang sangat melelahkan bagi saya. Pagi hari mesti menyiapkan segala keperluan anak-anak di daycare.

Setiap sore, selalu telat menjemput mereka karena adanya pekerjaan. Seringkali saat bekerja pun tidak tenang, karena kadang tiba-tiba mendapat kabar, salah satu dari mereka sakit, atau ada masalah-masalah lainnya. Sehingga, saat itu yang terpikir adalah bisa bekerja di rumah.

Untuk mewujudkan impian bisa kerja di rumah, saya pernah aktif menjadi member MLM. Tapi ternyata, kurang cocok untuk saya karena waktu banyak tersita juga, saya sulit membagi waktu antara pekerjaan di kantor, bisnis MLM, dan anak-anak.

Bukankah tujuan saya kerja di rumah agar bisa punya banyak waktu membersamai anak-anak. Saya pun melepas aktivitas di bisnis MLM itu, dan nekad mengajukan surat pengunduran diri.

Kenapa Ingin Kerja di Rumah?
Saya masih tetap ingin bekerja karena merasa ada peluang untuk itu. Saat itu, saya pikir, saya masih bisa aktif mengisi konten di blog pribadi, menulis buku cerita anak, dan kegiatan produktif lainnya.

Kenyataannya...
Kerja di rumah tidak seindah yang dibayangkan. Perlu rencana yang benar-benar matang tentang apa yang mau dilakukan. Perlu keteguhan hati dan disiplin.

Tiga bukan pertama kocar-kacir. Apalagi tidak punya jadwal yang jelas. Tiga bulan pertama proses adaptasi jungkir balik. Tidak betah di rumah terus dengan rutinitas yang sama seputar rumah. Tidak ada pemasukan pribadi, sehari-hari sibuk ngurusin krucil, lumayan bikin otak ngehang, juga.

Ternyata punya banyak waktu, tidak membuat kita lebih produktif, tidak membuat lebih banyak ide untuk dieksekusi, malah lebih banyak magernya. Apalagi godaan uyel-uyelan di kasur sama anak-anak sungguh tidak tertahan, belum lagi anak-anak yang sepertinya tidak suka kalau ibunya sibuk sendiri. Baiklah, sepertinya kerja di rumah itu tidak semudah yang dibayangkan.

Tanpa terasa, sudah dua tahun ini menjalani aktivitas sebagai full time mother dan berusaha untuk tetap produktif dan bisa kerja di rumah. Setelah menjalani aktivitas kerja di rumah, ternyata masih saja ada kendala yang mesti dilalui.

Saat ini, isu #WorkFromHome lagi ramai diperbincangkan di media sosial, terkait perilaku #SocialDistancing yang memang mesti dilakukan karena adanya pandemi wabah virus Covid-19. Perilaku #SocialDistancing ini harus dilakukan sebagai langkah pemutusan rantai penyebaran virus.

Social distancing ini dilakukan selama 14 hari, dengan cara tidak melakukannkegiatan di luar rumah, menghindari kerumunan, tidak keluar rumah jika tidak ada urusan yang penting, menghindari kontak langsung dengan orang lain, berbicara dengan orang lain dalam jarak tertentu, sekitar 1-2 meter.

Agar social distancing ini bisa berjalan dengan lancar, maka pemerintah menerapkan beberapa keputusan di antaranya "belajar di rumah" bagi para siswa dan mahasiswa, belajar dilakukan secara online, dan #WorkFromHome bagi para pekerja.

Sebagai orang yang sudah melakukan "work at home" alias kerja di rumah,ada beberapa tips yang ingin saya bagikan agar bisa tetap produktif kerja di rumah walaupun banyak godaan dan kendala yang menghadang.
Beberapa tips yang saya lakukan di antaranya.

Membuat To do List
Kerja di rumah pastinya tidak seperti kerja di kantor yang sudah jelas jam kerjanya, sudah jelas jadwal kerjanya. Makanya penting banget membuat to do list.

Saya biasanya membuat to do list, pagi hari setelah shalat Subuh. To do list ini saya buat agar saya tahu apa saja yang mesti saya lakukan pada hari itu, di antara kesibukan mengurus rumah dan anak-anak.

Tentukan Jam Kerja
Jam kerja kantoran itu pasti, 8 jam sehari, mulai pukul 7.30 WIB sampai pukul 17.00, hari Senin-Jumat. Sementara kerja di rumah itu, bisa dilakukan kapan saja. Namun, tetap mesti menentukan jam kerja, walaupun hanya beberapa jam. Jam kerja saya sesuaikan dengan kegiatan saya mengantar jemput anak sekolah.

Jadi pagi hari, saya sibuk mengurus pekerjaan rumah dan anak-anak. Lalu mengantar mereka sekolah. Saat menunggui mereka sekolah, saya mulai melakukan pekerjaan, seperti membuat draft tulisan, posting tulisan, membuat infografis, membuat konten untuk media sosial, dan lain-lain. 

Lalu, bagaimana dengan kondisi sekarang? Anak-anak belajar di rumah, apa saya masih bisa menentukan jam kerja? Ya, masih, dong, walaupun waktunya tidak seluasa saat mereka sekolah. Jam kerja, saya ganti, tidak lagi pada jam mereka sekolah, tapi jam mereka istirahat, seperti tidur siang, atau saat mereka tidur malam, saya mulai bekerja.

Memakai Pakaian Rapi
Kerja di rumah memang bisa pakai baju apa saja, mau dasteran pun tidak ada yang melihat. Tapi, saya selalu usahakan saat kerja di rumah, memakai pakaian yang rapi. Kalau bisa sih dandan juga, mungkin udah kebiasaan saat masih kerja kantoran dulu.

Rasanya, jika bekerja dalan keadaan fresh, sudah mandi, dandan, dan berpakaian rapi, mengerjakan pekerjaan pun lebih fokus. Padahal kerjanya juga cuma ketak-ketik di layar smartphone.

Itu beberapa tips yang saya lakukan agar tetap bisa fokus kerja di rumah. Kerja di rumah itu memang memberikan banyak keleluasaan kepada kita, bisa bekerja kapan saja, tanpa harus keluar rumah. Tapi ternyata tantangannya pun luar biasa, jadi mesti bisa disiasati agar kerja di rumah tapi tetap produktif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun