Hal tersebut tentu sangat merugikan pelaku UMKM karena membuat UMKM tidak mampu bersaing menghadapi persaingan tidak sehat dengan strategi banting harga. Seperti ada seorang produsen jilbab menjual jilbabnya di harga Rp 20.000 dengan margin keuntungan hanya Rp 500, tapi ada produk yang sama dijual dengan harga Rp 3000 dan Rp 5000 dengan bahan dan kualitas yang sama.
Selain dijual dengan diskon gila-gilaan melalui flash sale dan great sale, TikTok Shop juga menggandeng para artis atau influencer sebagai penjualnya melalui live streaming yang mampu meraup omzet hingga milyaran. Live streaming penjualan di TikTok Shop dengan melibatkan artis dan influencer diduga merupakan bagian dari praktek Predatory Pricing.
4. Bebas Menggunakan DataÂ
Selama kita mendengar kisah sukses para seller TikTok Shop, selama jutaan transaksi terjadi maka selama itu pula TikTok menambang data dari para penggunanya.
TikTok mengetahui hampir seluruhnya mulai dari produk apa saja yang diminati, siapa saja yang membelinya, berapa banyak jumlah penjualannya, kapan waktu yang paling tepat untuk menjualnya, kemana saja produk dikirimkan hingga berbagai variabel data penting yang lain.
Data-data tersebut tentu saja sangat bernilai dan dapat diolah serta digunakan untuk keperluan apa saja yang bisa menghasilkan keuntungan. Mereka dapat mengembangkan aplikasinya sesuai dengan perilaku penggunanya untuk meningkatkan jumlah transaksi. Selain itu juga dapat menjual spot iklan kepada para advertiser untuk menarget audience yang tepat.
5. Produk Lintas Batas Melalui Project S
Dengan menggunakan basis data yang ada maka dengan mudah TikTok dapat memotong jalan dengan memproduksi dan menjual produk-produknya sendiri yang paling laris dan viral melalui Project S.
Inisiasi menjual produk sendiri lewat Project S TikTok sudah lebih dulu ada di Inggris. Produk-produk yang sedang populer dan menjadi trend di Inggris kemudian diproduksi sendiri di China lalu dijual kembali di TikTok Shop melalui fitur Trendybeat.
Di Inggris hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah besar karena ekonomi mereka tidak ditopang oleh industri-industri kecil atau UMKM.Tapi jika ini sampai terjadi di Indonesia maka UMKM dan perekonomian Indonesia jelas akan terguncang.Â
Menanggapi isu yang bergulir pihak TikTok Indonesia menegaskan bahwa tidak ada bisnis lintas batas di Indonesia dan Project S tidak akan masuk ke Indonesia untuk saat ini.