Mohon tunggu...
Rifaldi
Rifaldi Mohon Tunggu... Universitas Tanjungpura

Mahasiswa aktif Program Studi Ekonomi Pembangunan di Universitas Tanjungpura

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengukur Kesejahteraan Nasional: Apakah PDB Masih Satu-satunya Ukuran yang Relevan?

30 Oktober 2023   14:27 Diperbarui: 30 Oktober 2023   14:29 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendapatan Bruto Domestik (PDB) telah lama menjadi ukuran dominan dalam mengukur keberhasilan ekonomi suatu negara. Namun, pertanyaan yang muncul di era modern adalah: Apakah PDB masih satu-satunya ukuran yang relevan untuk mengukur kesejahteraan nasional? Ahli ekonomi, terutama mereka yang berfokus pada ekonomi kesejahteraan, semakin menggugat relevansi PDB sebagai satu-satunya ukuran yang akurat dan komprehensif.

Sebelum kita menyelami lebih dalam tentang argumen ini, mari kita definisikan apa itu PDB. PDB adalah nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu negara dalam periode waktu tertentu. Ini adalah indikator ekonomi yang kuat dan dapat memberikan gambaran tentang ukuran ekonomi suatu negara, yang sering digunakan untuk membandingkan produktivitas ekonomi antar negara. Namun, apa yang sering diabaikan dalam perdebatan ini adalah bahwa PDB tidak selalu mencerminkan dengan baik kesejahteraan sejati masyarakat.

Para ahli ekonomi kesejahteraan berpendapat bahwa kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor lain selain PDB. Satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah distribusi pendapatan. Meskipun suatu negara mungkin memiliki PDB yang tinggi, jika pendapatan tidak merata, sebagian besar masyarakatnya mungkin masih hidup dalam kemiskinan atau ketidaksetaraan. Oleh karena itu, mengukur kesejahteraan seharusnya tidak hanya melibatkan PDB, tetapi juga mengukur ketidaksetaraan pendapatan dan kemiskinan. Selain itu, kualitas lingkungan dan keberlanjutan juga harus menjadi faktor yang diperhitungkan dalam mengukur kesejahteraan. PDB tidak mempertimbangkan dampak ekonomi terhadap lingkungan dan sumber daya alam. Jika suatu negara mengalami pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi merusak lingkungan secara serius, maka apakah kesejahteraan masyarakatnya benar-benar meningkat?

Ahli ekonomi Amartya Sen memperkenalkan konsep 'kemampuan' (capabilities) sebagai alternatif yang lebih komprehensif dalam mengukur kesejahteraan. Kemampuan mencakup aspek-aspek seperti kesehatan, pendidikan, kebebasan individu, dan lingkungan hidup yang sehat. Ini menekankan bahwa kesejahteraan sejati harus melampaui pendapatan dan mengukur kemampuan individu untuk mencapai kehidupan yang baik. PDB juga gagal mengukur aspek-aspek seperti kualitas layanan kesehatan dan pendidikan, tingkat pengangguran, tingkat kebahagiaan, dan perasaan keamanan masyarakat. Semua elemen ini penting dalam mengukur kesejahteraan nasional yang sebenarnya. Jadi, apakah PDB masih satu-satunya ukuran yang relevan? Meskipun PDB tetap menjadi indikator ekonomi yang penting, banyak ahli ekonomi sekarang mendukung pendekatan yang lebih holistik dalam mengukur kesejahteraan nasional. Dalam era di mana masalah seperti ketidaksetaraan, perubahan iklim, dan kualitas hidup semakin menjadi perhatian global, penting untuk mempertimbangkan faktor-faktor ini bersamaan dengan PDB.

Akhirnya, ukuran kesejahteraan nasional yang efektif harus mencakup lebih dari sekadar angka ekonomi. Kesejahteraan masyarakat harus tercermin dalam kualitas hidup mereka, kesetaraan, keberlanjutan lingkungan, dan kemampuan individu untuk mencapai potensi mereka. Itulah mengapa kita perlu menggabungkan pendekatan yang lebih luas dalam mengukur kesejahteraan nasional, bukan hanya mengandalkan PDB semata.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun