Prelude
“Besok ke Sukamara, naik motor.” Begitulah jawab saya ketika rekan-rekan bertanya tentang waktu dan jenis transportasi yang saya gunakan ke Kabupaten Sukamara. Saya ke Sukamara atas perintah tugas pimpinan redaksi untuk membantu koresponden di sana yang tampaknya sudah jarang mengirim berita untuk medianya. Saya menggantikan Dewi, wartawan sebelumnya yang bertugas di sini terlebih dahulu.
Menurut informasi selama saya di Pangkalan Bun, Kabupaten Sukamara adalah daerah hasil pemekaran dari kabupaten induknya yaitu Kotawaringin Barat (Kobar) 8 tahun yang lalu (sekarang jalan tahun ke-9). Daerah ini sulit dijangkau kalau tidak boleh dibilang terisolasi. Selain itu, kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat. Jalan tercepat dari Kobar-Sukamara adalah melalui jalur transortasi air selama 3,5 jam. Menurut google-maps, jalan darat harus memutar ke utara lewat Kabupaten Lamandau yang juga daerah pemekaran Kobar.
Memang ada jalan langsung dari Kobar-Sukamara yang langsung menembus ke barat lewat Kecamatan Kotawaringin Lama, tapi banyak informasi yang menyebutkan tindak kriminal di jalur itu. Mbak Rika, salah seorang redaktur mengatakan pada saya, dia pernah meliput tindak perampasan yang disertai kekerasan hingga mengakibatkan korban meninggal, “Dulu aku pernah liputan di sana, korbannya polisi, polisi aja dibunuh!” ceritanya. Atas dasar tersebut saya mengurungkan niat lewat sana. “Tidak masalah jalan memutar, yang penting aman,” kata saya dalam hati.
Memang, perjalanan ke Sukamara dapat ditempuh melalui transportasi air. Perjalanannya memakan waktu sekitar 3-3,5 jam saja dari pelabuhan speedboat Pangkalan Bun. Banyak yang menyarankan saya agar menggunakan speed saja. Biaya carter-nya sekitar Rp250-300 ribu termasuk motor.
Tapi saya menolak.
Paling-paling naik motor, cuma Rp50 ribu buat ongkos bensin saja.
Karena belum pernah ke Sukamara, terutama lewat darat, saya bertanya pada rekan-rekan yang pernah ke sana. Durasi dan medan adalah dua hal utama yang saya perlu ketahui sebelum berangkat.
Seorang kawan dari bagian percetakan mengaku pernah ke Sukamara naik motor. Dia bercerita bila perjalanan ke Sukamara memakan waktu sampai sepuluh jam! “Itu soalnya kita sering berhenti untuk istirahat, biasamerokok,” ujarnya lantas tertawa.
Satu lagi yaitu rekan office boy, Fauzan namanya. Satu hal yang saya ingat darinya adalah nasehat untuk berhati-hati, karena medan yang akan saya tempuh, terutama ketika masuk wilayah kebun sawit, sangat berbahaya, “Lebar jalannya 3 meter saja, kanan-kiri jurang.”
Dia berjanji untuk mengantarkan saya hingga Sukamara, setelah itu dia akan saya beri ongkos untuk balik ke Pangkalan Bun naik speed. Namun keesokan paginya dia berhalangan karena ada acara keluarga, sehingga mau tidak mau saya harus berangkat sendiri.
Minggu, 1 Mei 2011
Pagi itu, setelah saya menerima pesan singkat dari Fauzan yang menyatakan berhalangan, saya lekas melakukan final check barang. Lima helai kaos oblong, dua seragam kerja, satu celana panjang, satu celana pendek, dua buku jurnalistik, laptop, dan kamera. Peralatan mandi sengaja saya tinggal karena akan menambah beban yang tidak penting. Setelah siap semua, saya membuat secangkir kopi yang memang merupakan kebiasaan saya setiap pagi.
Saat itu kira-kira pukul 07.30 WIB, Indra, seorang satpam baru Borneonews, sedang melihat-lihat motor Vega ZR barunya di areal parkir depan kantor. Tampak sekali-kali dia mengelus-elus tunggangannya itu. Merasa tergelitik, dengan membawa kopi dan koran hari itu, saya menghampirinya. Terjadilah percakapan seputar motor baru tersebut. Dia menceritakan susahnya mengambil kredit motor di Adira Finance. Dia berkali-kali mengeluh tentang syarat-syarat yang harus dilengkapi.Misalnya, formulir gaji, “Saya minta Pak Agus (Margono) untuk membuatkan form gaji, Rp2 juta!” dia lantas tertawa. Agus Margono adalah Kabag HRD Borneonews.
Saya sampaikan pada Indra jika saya mantan debt collector Adira. Saya memberitahunya apabila anggota polisi, tentara, hakim, jaksa, pengacara sangat sulit kreditnya disetujui, karena pihak-pihak yang saya sebutkan tersebut sangat mengetahui hukum fiducia. Fiducia adalah penyitaan yang dilakukan oleh pengadilan karena salah satu pihak ingkar janji, dalam hal ini debitur. Perusahaan besar macam Adira tak bersedia berbelit-belit jika ingin menarik kendaraan dari debitur, selain proses lama, biaya juga besar. Oleh sebab itu mereka menggunakan jasa debt collector, murah dan cepat. Indra yang seorang mantan anggota Kompi Senapan angkatan bersenjata tampaknya dapat menerima penjelasan saya.
Tak lama kemudian, Bayu, salah seorang wartawan Borneonews yang juga satu angkatan dengan saya keluar dari mess kantor sambil menenteng peralatan mandi dengan handuk melingkar di lehernya. Dia tak jadi mandi, dia ikut terhanyut obrol kami.
Baiklah, sudah cukup ngobrolnya, sudah saatnya saya berangkat. Waktu itu kira-kira jam sembilan. Saya ambil tas serta helm, mengucapkan, “Sampai bertemu lagi bulan depan hahaha,” sambil meninggalkan kantor yang baru dua bulan saya di sana.
Karena perjalanan jauh, saya berhenti dahulu di SPBU untuk mengisi bensin. Rp50 ribu saya pikir cukup. Uniknya, pada pagi itu, yang antri mengisi bensin semuanya kendaraan ber-cc besar seperti Mega-pro saya, kawasaki Thunder, dan Vixion. Ya, anda benar, mereka melangsir.
Singkat cerita, saya melalui rute Pangkalan Bun-Kumai-Runtu-Nanga Bulik. Jalan beraspal hanya terdapat di rute sini saja. Di Nanga Bulik, jalan beraspal habis lenyap tanpa bekas berganti jalan padel berlumpur, seperti proyek jalan yang belum tuntas. Saya sempat kesasar sampai akhirnya saya bertemu penduduk lokal. Dia bilang kalau saya kejauhan, “Balik Mas, kejauhan nanti sekitar 5 kilo(meter) ada pos jaga (sawit), lewat situ ke Sukamara,” terangnya.
5 kilometer kesasar? Okelah kalau begitu, putar balik, dan cari pos jaga kebun sawit PT GSG. Memang benar kata orang tadi, di situ ada pos jaga, banyak orang di sana. Lekas saja saya berhenti dan bertanya.
“Ke Sukamara lewat mana Pak?”
“Oh lewat sini bisa.” (bersambung)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI