Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diary Wiselovehope Bagian 1: Titik Nolku, Masa Kecilku

9 April 2021   16:52 Diperbarui: 12 April 2021   09:33 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nama asliku J saja. Nama penaku Wiselovehope. Tadinya mau kupakai Faithlovehope, tapi kata Iman itu sepertinya terlalu berat bagiku. Sementara imanku hanya sebiji sesawi saja. Aku bukan churchgoer dan bahkan bukan juga devoted prayer. Tapi aku sangat percaya pada Tuhan Maha Pencipta yang menilai manusia bukan dari ibadatnya atau atribut keagamaannya.

Mengapa Wise? Karena aku sadar aku belum bisa menjadi seseorang yang bijaksana. Kupakai kata itu untuk mengingatkan betapa pentingnya untuk tetap berusaha menjadi pribadi bijak, yang sampai sekarang masih jauh dari sempurna.

Kegemaranku sekaligus sedikit talenta yang kuperoleh dari-Nya adalah mengolah kata-kata. Juga mengolah warna dan rasa. Tapi tidak dengan angka dan wicara. Semua orang memang beda jatah talentanya, jadi kukembangkan saja apa yang ada.

Jangan dipendam di dalam tanah, takkan pernah berbuah.

Sejak kecil kedua orangtuaku membesarkanku dengan hadiah begitu banyak buku cerita dan buku nonfiksi. Apa saja kulahap habis, termasuk Kitab Suci, Ensiklopedi, Mitologi Yunani-Romawi dan Serial Dongeng Dunia. Koran-koran dan majalah termasuk Kompas, Pos Kota, Tempo, Femina, HAI, Gadis, Bobo, Kawanku, Femina, Kartini, semua kuakrabi. Komik dan novelku tak terhitung, hingga robek-robek dan hilang dipinjam teman sekolah. Tak terhitung berapa banyak buku perpustakaan yang kupinjam dan kuhilangkan sendiri hingga mesti kuganti.

Selain buku, aku juga dibelikan sangat banyak kaset Sanggar Cerita. Mendengar drama radio pun aku suka, seperti Saur Sepuh dan Tutur Tinular. Belum lagi jaman TVRI dimana belum banyak iklan dan pilihan acara. Si Unyil, Ria Jenaka, Dunia Dalam Berita semua aku tonton.

Pelajaran favoritku di sekolah sedari TK hingga SMA adalah menggambar bebas dan mengarang. Mengapa favorit? Karena bagiku kanvas putih dan buku gambar berkertas putih adalah perlambang kebebasan. Corat-coret adalah hobiku. Aku paling tak suka dibatasi, apalagi mengukur-ukur dengan penggaris dan alat bantu gambar lainnya. Semua bagian tembok putih rumah kucoret habis. Juga lembaran kertas bekas yang selalu kosong di bagian belakang bekas tulisan apapun kupakai untuk menggambar.

Mengarang pun aku suka, karena merangkai kata adalah satu-satunya keahlian yang kumiliki walau belum sempurna. Masih banyak typo dan juga kejanggalan yang hingga kini masih sering kukoreksi. Bagaimanapun, nilai tertinggi dalam ujian Bahasa Indonesiaku hanyalah dari mengarang. Hingga sampai sekarang, aku masih melakukannya di waktu luang.

Aku bukannya tak pernah gagal. Sedari kecil aku sudah sangat akrab dengan kegagalan. Aku sangat jarang bahkan tak pernah menang lomba, tak punya koleksi piala. Hanya ada piagam penghargaan ikut lomba di Pasar Seni Ancol, juga payung suvenir dari lomba gambar. Tak ada catatan prestasi yang luar biasa. 

Tapi aku selalu bangkit lagi dan belajar lagi, walau makan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

(bersambung)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun