Lagi-lagi ada kabar hangat selebriti komedian separuh baya yang baru menikah siri beberapa bulan silam. Sekarang lantaran istri pertama seleb tersebut akan menggugat cerai karena tak mau dimadu, atau dipoligami,
istri kedua ini yang lalu memutuskan mundur dan bercerai.
Jadi teringat beberapa hari silam, penulis pergi kerja pagi-pagi, duduk di angkot tua dalam perjalanan dari Kalideres. Sopir memutar lagu cengeng lawas dari tape ber-loudspeaker KW yang boro-boro bersuara merdu, judul lagunya saya tak tahu tapi liriknya :Â
"Sungguh ku tak rela,
wanita mana yang rela dimadu"
ya kurang lebih begitu, saya agak lupa lirik lengkapnya (maklum bukan selera saya), intinya sama seperti jeritan hati istri tua sang komedian.
Wanita maunya jadi ratu rumah tangga. Sedangkan laki-laki, yang seharusnya menjadi raja, kok acapkali tak cukup puas punya permaisuri satu saja. Memangnya pernikahan itu ibarat main boneka atau wayang, dirias cantik-cantik untuk dimainkan di panggung sandiwara dunia, lalu bisa berganti peran kapan saja?
Sebegitu mudahnya ucap nikah, lalu ucap cerai. Pernikahan sudah seperti permainan zaman SD saya dulu, pura-pura bikin surat yang atasnya dilipat (disembunyikan) lalu kita suruh dua teman cewek dan cowok terpisah/secara rahasia menandatanganinya, kemudian kita tertawa-tawa menunjukkan surat nikah prank ala bocah-bocah ingusan itu ke teman-teman lainnya. Biasanya korban akan marah-marah dan berusaha merebut dan merobek 'surat nikah-nikahan' tersebut. Tapi ada juga yang ge-er dan kesenangan karena memang naksir dengan 'pasangannya.'
Jadi, masih tegakah para suami, walau Anda kaya-raya, sanggup menafkahi, bahkan berjanji untuk adil, tapi masih menganggap pernikahan ibarat sandiwara boneka? Pula berlaku remeh terhadap mahligai suci rumah tangga, lalu seenaknya mengucap cerai saja?