Mohon tunggu...
Randi
Randi Mohon Tunggu... Freelancer - Content Writer

Seorang content writer, kamu bisa menghubungi saya melalui email randicahyanto@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Pengertian Toxic Positivity, Ciri-ciri, dan Cara Menghindarinya

16 Mei 2022   14:53 Diperbarui: 16 Mei 2022   15:29 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kita tahu bahka berpikir positif itu baik, namun gen z memiliki pandangan yang berbeda. Ketika diminta untuk berpikir positif, beberapa dari mereka mengatakan itu adalah toxic positivity. Apa itu toxic positivity, dan kenapa hal itu tidak baik?

Yuk kita bahas.

Pengertian Toxic Positivity

Dilansir dari divedigital.id, Toxic Positivity merupakan sebuah kondisi dimana seseorang menuntut untuk selalu bersikap dan berpikir positif yang dibarengi dengan menolak emosi negatif, baik ke diri sendiri atau orang lain.

Kita selama ini tahu bahwa berpikir positif itu bagus, itu tidak bisa dibantah. Namun menghindari emosi negatif justru sebaliknya dan bisa berdampak ke kesehatan, khususnya kesehatan mental.

Seseorang yang sedang mengalami toxic positivity biasanya akan selalu menghindari emosi negatif. Padahal menurut alodokter, emosi negatif juga memiliki peranan penting untuk di ekspresikan dan dirasakan.

Dan kenapa toxic positivity tidak bagus? Karena jika dilakukan terus menerus, ia memiliki efek jangka panjang yang tidak baik untuk kesehatan mental.

Ciri-ciri Toxic Positivity

Toxic positivity juga bisa kita kenali karena hal ini memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa kita rasakan. Berikut beberapa ciri-ciri jika seseorang terjebak dalam lingkaran toxic positivity:

  • Ingin menyembunyikan sebuah perasaan yang sebenarnya pada saat itu sedang ia rasakan.
  • Terlihat sedang menghindari atau bahkan mengacuhkan sebuah masalah.
  • Merasa bersalah ketika merasakan atau bahkan mengekspresikan emosi negatif.
  • Memberikan semangat kepada orang lain, namun dalam waktu yang sama ia juga meremehkan masalah yang dihadapi orang lain. Misalnya seperti "semangat ya, jangan lembek, begitu saja kok difikirin".
  • Sering membandngkan diri dengan orang lain. Beberapa anak sekarang menyebutnya sebagai kaum mendang-mending. Misalnya seperti "kamu masih baik kok, lihat si a, dia bla bla bla bla".
  • Menyelahkan korban. "ambil hikmahnya saja ya, dan sebenarnya ini kan salah kamu juga".

Cara Menghindari Toxic Positivity

Agar tidak terjebak dan menjadi penyebab toxic positivity bagi orang lain, ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mengindari hal ini. Berikut beberapa caranya:

1 Rasakan dan Kelola Emosi Negatif

Emosi negatif memang tidak perlu disimpan, namun ini juga tidak perlu disangkal. Emosi, baik itu positif atau negatif, itu adalah hal yang normal. Jika memang kamu memiliki emosi negatif, kamu bisa menyalurkan atau bahkan menceritakannya.

Jika curhat kepada orang lain sulit untuk dilakukan, kamu juga bisa menuliskannya kedalam buku harian.

2 Pahami Hal itu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun