Membaca bukan sekadar hobi intelektual, tapi tanggung jawab moral. Pejabat yang rajin membaca itu otomatis ngasih contoh ke rakyat: "Hei, jadi pemimpin itu bukan cuma modal suara berat dan senyum tiga jari." Membaca bikin pejabat sadar, dunia tak berputar di sekeliling egonya saja. Buku itu kayak cermin besar yang memaksa kepala tunduk, bukan makin tinggi.
Di era banjir hoaks, survei dadakan, dan trending topic yang lebih cepat dari kedipan mata, pejabat tanpa buku itu kayak nelayan tanpa kompas. Gampang hanyut. Padahal pemimpin sejati harus punya fondasi lebih kuat dari sekadar polling sesaat. Membaca memang jalan sunyi, tapi dari kesunyian itulah lahir keputusan besar---bukan keputusan basa-basi.
Singkatnya, pejabat yang malas membaca sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri: kebijakan rapuh, gampang roboh, dan penuh jebakan. Sebaliknya, pejabat yang tekun membaca sedang bangun fondasi sekuat candi: tak lekang oleh zaman, meski difoto dari segala sudut tetap kokoh. Sudah waktunya rakyat menilai pejabat bukan dari seberapa sering nongol di TV, tapi seberapa sering nongkrong bareng buku.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI